I'LL Teach You Marianne

Keputusan Jack



Keputusan Jack

Selama Jack mengobati kakinya yang terluka Anne hanya bisa diam, menahan tawa. Suaminya itu terus berbicara panjang lebar dan membahas hal-hal tak penting yang tak ada hubungannya dengan luka yang ia dapatkan.     

"Rasanya tidak adil kalau kau sampai membuat Felix dan Liam dihukum, mereka berdua tak bersalah, Jack."     

Jack langsung mengangkat wajahnya dan menatap Anne tajam. "Mereka hampir membuatmu celaka, meskipun Felix yang mengemudikan mobil itu tapi tetap saja Liam juga harus dihukum. Karena mereka berdua adalah satu paket, aku tak bisa menghukum salah satunya saja karena hal itu nantinya akan membuat mereka menjadi iri."     

"Tapi hukumanmu itu tidak masuk akal, Jack."     

"Tidak, hukuman mereka ini adalah yang terbaik. Mereka akan mendapatkan kesabaran yang lebih besar dengan bekerja menjadi tukang bersih-bersih di kantor selama satu minggu."     

Anne menggelengkan kepalanya, ia masih tak memahami jalan pikiran suaminya yang unik itu. Karena tak mau memperpanjang masalah Anne pun memilih menyudahi perdebatannya mengenai hukuman Felix dan Liam, diingatkan soal kecelakaan kemarin membuat Anne mengingat soal pertemuannya dengan dokter Rebeca dan larangan hamil yang dibuat olehnya.     

Melihat Anne tiba-tiba diam membuat Jack bingung. "Apa lagi yang sedang mengganggu pikiranmu, babe?"     

Anne tersenyum, ia kemudian mengulurkan tangannya ke arah Jack memintanya untuk bangun dari lantai dan bergabung dengannya di ranjang. "Ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu."     

"Tentang apa?"     

"Kemarilah, duduk disampingku. Rasanya tak nyaman jika kita berbicara seperti ini."     

Jack menipiskan bibirnya, ia kemudian menerima tangan Anne dan bangun dari lantai untuk duduk di ranjang bersama Anne yang masih menggunakan selimut sebagai penutup tubuh telanjangnya.     

"Ada apa? Sepertinya serius sekali."     

Anne tersenyum, perlahan ia menggerakan lengan kirinya dan menunjukkan tempat tertanamnya alat kontrasepsi yang dipasang dokter Rebeca.     

"Kemarin Felix dan Liam mengantarku ke rumah sakit untuk menemui seorang dokter kandungan yang direkomendasikan oleh dokter Caitlyn, dokter itu bernama dokter Rebeca. Dokter Rebeca mengatakan padaku bahwa aku tak diizinkan untuk hamil selama 24 bulan kedepan, hal itu dikarenakan operasi caecar yang baru aku lakukan dua bulan yang lalu. Dan untuk mencegah kehamilanku beliau memasang alat kontrasepsi tanam di lenganku untuk mencegah kehamilan, sebenarnya aku ingin mengatakan padamu beberapa hari lagi di saat aku sudah siap. Namun sepertinya aku tak bisa menyimpan rahasia terlalu lama darimu."     

Jack menyentuh kulit Anne yang masih sedikit merah. "Apakah sakit?"     

Anne menaikkan satu alisnya. "Apa maksudmu?"     

"Ini, apakah rasanya sakit saat dokter itu memasukan alat kontrasepsi tanam itu di tubuhmu?"     

"Tidak, tidak sakit sama sekali. Hanya seperti digigit semut saja,"jawab Anne lembut sambil tersenyum.     

"Maaf…"     

"Maaf, maaf untuk apa?"     

Jack mengangkat wajahnya yang sudah sendu menatap Anne yang sedang tersenyum padanya. "Maafkan aku atas semua yang sudah terjadi padamu dan anak kita princess, andai saja aku saat itu ada dirumah bersamamu mungkin saja kejadian itu tak akan terjadi. Mungkin saja saat ini princess sudah ada ditengah-tengah kita dalam keadaan sehat dan…"     

"Ssttt." Anne langsung meletakkan satu jarinya di bibir Jack. "Jangan bahas itu lagi, aku sudah merelakan kepergian princess yang saat ini sudah tenang di samping Tuhan. Jadi stop menyalahkan dirimu lagi, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak lagi menyalahkan siapapun atas semua yang terjadi pada princess. Kau tidak lupa akan hal itu, bukan?"     

Perlahan Jack meraih tangan Anne yang berada di bibirnya dan menciumnya dengan lembut. "Dengarkan aku, Anne. Seandainya kedepannya nanti kita hanya akan memiliki Christian saja aku rela, asal bersamamu aku sudah tenang. Keberadaanmu jauh lebih penting dari apapun, kau bukanlah mesin pencetak anak untukku. Jadi jangan bersedih jika kau tak diperbolehkan hamil dalam waktu dua tahun ini, kita sudah memiliki Christian dan itu sudah cukup untukku."     

"Benarkah? Tapi mimpimu untuk memiliki seorang princess yang…"     

"Tidak, aku tak akan menginginkan itu lagi. Yang aku inginkan adalah hidup tenang bersamamu, menikmati hari-hari kita. Kita sudah menikah lebih dari lima tahun sejak sumpah kita berdua di York Minster, tapi selama itu juga aku belum benar-benar membahagiakanmu. Karena itu mulai saat ini aku ingin fokus padamu, jangan khawatirkan tentang keinginan dan mimpiku lagi, Anne. Utarakan saja semua keinginanmu yang selama ini kau pendam dan belum tercapai, dengan sekuat tenaga aku akan mengabulkannya,"ucap Jack dengan cepat memotong perkataan Anne.     

Anne terkekeh geli. "Aku bukan anak kecil yang memiliki wishlist yang belum tercapai."     

"Aku serius, Anne,"sahut Jack sungguh-sungguh.     

"Aku juga serius, yang penting kau tetap ada disampingku dan selalu ada untukku rasanya itu cukup."     

"Sesederhana itu?"tanya Jack tak percaya.     

"Iya sesederhana itu, sesederhana caraku untuk mencintaimu dan mendambakan cintamu, Jack."     

"Oh Anne, entah harus dengan apa aku menunjukkan betapa bahagianya aku memilikimu,"ucap Jack dengan cepat seraya memeluk Anne kembali dengan erat.     

Anne sendiri yang sebelumnya kehabisan tenaga kemudian membalas pelukan suaminya, rasanya semua lelahnya hilang seketika berganti dengan rasa bahagia yang menjalar dalam dirinya.     

Karena terbawa suasana Jack yang belum memakai pakaian pun di balik jubah tidurnya tiba-tiba kembali bereaksi, perlahan namun pasti Jack kembali menyentuh titik-titik sensitif dari tubuh Anne yang membuat Anne larut dalam permainan Jack kembali. Meski sebelumnya mereka sudah memuaskan diri satu sama lain, namun sepertinya hal itu tetap belum membuat keduanya lelah. Seperti memiliki tenaga ekstra Anne kembali mengimbangi permainan Jack yang luar biasa, dering ponsel yang berada di atas nakas pun diabaikan oleh Jack. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah merasakan kehangatan tubuh Anne kembali.     

****     

"Bagaimana? Apa Tuan sudah menjawab teleponmu, Erick?"tanya Alice pelan pada Erick yang masih berusaha untuk menghubungi Jack.     

Erick menggelengkan kepalanya. "Nihil, sejak satu jam yang lalu Tuan tidak merespon satupun panggilan ataupun pesan yang aku kirimkan padanya. Sepertinya Tuan belum bangun."     

"Oh ayolah, ini sudah hampir jam sebelas siang. Mana mungkin Tuan belum bangun, jangan bicara yang tidak-tidak, Erick."     

Erick tersenyum. "Kalau Tuan memang belum mau bangun, kita bisa apa? Ya sudah lah kita mulai saja meetingnya tanpa Tuan, lagi pula meeting ini bukanlah meeting yang sangat penting."     

Brak     

Alice menggebrak meja Erick dengan keras.     

"Tidak terlalu penting apanya? Meeting ini adalah meeting penentuan akhir apakah pengusaha asal Jepang itu mau menginvestasikan uangnya di perusahaan kita atau tidak, bagaimana bisa meeting sepenting ini tidak dibilang tidak terlalu penting, Erick!!!"     

Erick tersenyum. "Ya karena itu, karena hari ini adalah pembacaan keputusan Tuan Tagawa Yoshimura. Maka yang perlu kita lakukan hanyalah menunggu lagu saja, apapun keputusan yang pria Jepang itu berikan kita harus menerimanya. Bukankah begitu?"     

Alice tak bisa menjawab perkataan Erick, ia mati kutu dan hanya bisa diam karena kalah berdebat. Pasalnya apa yang dikatakan Erick benar. Karena meeting sudah akan dimulai akhirnya Erick dan Alice pun bergegas menuju ruangan meeting untuk menyambut tuan Tagawa Yoshimura dan anak buahnya.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.