I'LL Teach You Marianne

Provokasi



Provokasi

Sudah tiga jam Anne duduk di taman yang berbatasan dengan kandang dua harimau Siberia putih milik Jack yang sudah memiliki dua anak seorang diri, diatas meja tepat didepan Anne masih terletak secarik kertas peringatan yang diberikan pengacara yang ditunjuk keluarga Llyod untuk panti asuhan. Rasanya sulit sekali untuk mempercayai semuanya, Anne masih tak percaya keluarga Chester melakukan hal sekejam itu pada panti asuhan yang sudah dua puluh tahun berdiri ditanah keluarganya. Logika Anne benar-benar tak bisa mengerti jalan pikiran keluarga itu.     

Rasanya Anne ingin sekali menghubungi Chester secara langsung untuk bertanya kenapa mereka setega itu, namun di lain sisi Anne masih sadar posisinya saat ini. Apalagi ditambah dengan ketidakberadaan Jack disisinya saat ini akan sangat canggung sekali jika ia menghubungi pria yang belum menikah lagi itu.     

"Kasihan anak-anak itu, waktunya tinggal tiga minggu lagi. Akan sangat sulit mencari tempat tinggal yang layak untuk mereka dalam waktu sesingkat itu." Anne bicara dalam hati sembari terus memperhatikan dua bayi harimau miliknya yang sedang bermain-main disamping ayah dan ibunya yang sedang tidur.     

Saat Anne sedang memikirkan kondisi anak-anak di panti tiba-tiba Liam datang dengan terburu-buru, pria asal Afrika Selatan itu terlihat sangat panik.     

"Ada apa?"     

Liam menelan ludahnya dengan cepat. "Ponsel, dimana ponsel anda Nyonya?"     

"Ada di kamar, sedang aku charge. Kenapa?"     

"T-tuan, beliau saat ini sedang marah-marah pada semua orang yang dihubunginya karena tak berhasil menghubungi anda, Nyonya dan mungkin..."     

Ucapan Liam terhenti karena dilayar ponsel pintarnya saat ini sudah muncul nama Jack dengan sangat jelas, melihat foto suaminya muncul dilayar ponsel Liam dengan cepat Anne mengulurkan tangannya pada salah satu bodyguardnya itu.     

Tanpa membantah Liam segera memberikan ponselnya pada sang nyonya dan langsung berjalan menjauh darinya untuk memberikan waktu pada sang nyonya berbicara dengan suaminya yang saat ini tengah murka.     

"Harus berapa kali aku katakan padamu untuk terus membawa ponsel kemanapun kau pergi, hem? Apa iya aku harus menyewa satu lagi bodyguard wanita supaya bisa menempel padamu kemanapun kau pergi?" Suara Jack langsung terdengar jelas saat panggilan videonya diterima oleh Anne.     

Anne tidak langsung menyapa suaminya, ia hanya diam membiarkan suaminya bicara terlebih dahulu. Dan keputusan Anne untuk membiarkan Jack bicara terlebih dahulu ternyata benar, pria itu sudah sangat marah saat ini. Terlihat jelas dari tatapan matanya yang sangat tajam dan tanpa ekspresi saat berbicara dengan Anne dilayar ponsel.     

"Anne, kenapa kau diam saja? Apa suaraku tak bisa kau dengar?"     

Anne tersenyum. "Sudah?"     

"Apanya yang sudah?"tanya balik Jack dengan suara meninggi.     

"Marah-marahnya, memang apa lagi?"     

Jack langung diam, tatapan matanya yang sebelumnya gahar kini perhalan melembut. "Kau menyebalkan, aku kesal sekali padamu."     

"Aku? Kenapa jadi aku yang menyebalkan? Yang sejak tadi marah-marah itu siapa Tuan Jackson Knight Clarke?"     

"Aku tersiksa rindu di Jepang sementara kau terlihat biasa-biasa saja,"ucap Jack lirih.     

Anne menggigit bibir bawahnya dengan kuat mencoba menahan tawa yang hampir keluar, sungguh melihat ekspresi wajah Jack saat ini sungguh-sungguh sangat menggemaskan jika sedang merajuk seperti saat ini.     

"Apa perlu aku menyusulmu ke Jepang sekarang juga?"tanya Anne pelan sambil tersenyum.     

Jack yang sudah menggulung tubuhnya dengan selimut seketika melepas selimut yang menutupi tubuhnya dan langsung duduk dengan tegap. "Kau serius? Kau mau melakukan itu?" Kedua mata Anne berbinar-binar saat berbicara.     

"Kalau kau mau maka aku akan bersiap sekarang juga,"ucap Anne pelan, niatnya yang sebelumnya hanya ingin menggoda Jack saja pun berubah. Sepertinya pria itu tak bisa diajak bercanda saat menyangkut urusan ranjang.     

"Tidak, aku tak mau menyulitkanmu. Lagipula dua hari lagi aku pulang, setelah itu aku baru bisa..."     

Anne langsung memasang raut wajah kecewa. "Jadi kau sudah tak menginginkan aku lagi,"ucapnya pelan memotong perkataan Jack.     

"Babe, kau ini bicara apa? Siapa yang tak menginginkanmu? Kau tahu bukan siapa dan apa alasanku tetap bernafas dengan baik di dunia yang kotor ini?" Suara Jack terdengar naik dua oktaf saat bicara seperti itu, ia sangat tidak suka sekali jika Anne sudah mulai bicara tak jelas.     

"Kalau begitu kenapa kau melarangku untuk menyusulmu ke Jepang? Jangan-jangan saat ini kau sedang bersama wanita-wanita cantik yang disiapkan oleh rekan bisnismu yang baru itu, ya?"     

"Jesus,"pekik Jack dengan keras, seketika Jack yang sebelumnya berbaring di ranjang langsung berdiri tegak dan langsung mengubah posisi kamera supaya Anne bisa melihat seisi kamarnya.     

"See, lihatlah seisi kamarku. Apa kau melihat jejak-jejak orang lain ditempat ini? Tidak ada, Anne. Erick dan Alice saja tidak berani masuk tanpa izinku. Bahkan house keeping yang membersihkan kamarku adalah tiga orang pria, aku benar-benar tak berinteraksi dengan wanita manapun demi Tuhan. Kalau kau masih tak percaya apa perlu kau melihat aktivitas didepan kamaku ini melalui cctv? Dari cctv itu kau akan melihat siapa-siapa saja yang masuk kekamarku,"ucap Jack serius.     

Mendengar nada bicara suaminya yang sangat serius Anne langsung meletakkan ponsel Liam diatas meja dan langsung berlari menjauh karena ingin melampiaskan tawanya yang sudah tak bisa ditahan, dari kejauhan para pelayan dan anggota the warrior yang lain nampak bingung melihat tingkah sang nyonya.     

Setelah puas tertawa Anne kembali berlari menuju kursi tempatnya duduk dan kembali memasang wajah datar saat kembali memegang ponsel.     

"Apa semua ini belum cukup?"     

Anne yang sebelumnya pergi meninggalkan ponsel Liam tergeletak begitu saja nampak sangat terkejut saat melihat apa yang ada dilayar ponselnya saat ini.     

"Apa yang sudah kau lakukan?"tanya Anne bingung.     

Jack kembali mengubah tampilan kamera dari tangkapan kamera belakang menjadi kamera depan kembali. "Aku ingin mengganti semua blanket di kamarku, kau harus melihat bagaimana house keeping itu mengganti seprai dan selimutku serta bantalku."     

Bibir Anne terbuka lebar, ia tak percaya Jack akan melakukan hal sejauh itu.     

"Kalau belum cukup juga aku akan meminta ganti ranjang juga supaya kau yakin kalau selama di Jepang aku benar-benar tak terkontaminasi dengan wanita manapun."     

"No..jangan Jack, jangan lakukan hal segila itu. kau akan dibenci orang hotel jika melakukan hal itu dan saat ini di Jepang sudah jam berapa?"     

"Sudah hampir jam setengah dua belas malam,"jawab Jack enteng, Jepang memang memiliki selisih waktu 7 jam lebih cepat dari swiss. Sehingga saat ini ketika di Swiss masih jam sore di Jepang sudah malam.     

Anne langsung menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ok..ok...cukup, maafkan aku sayang. Maafkan aku ya, kau tak perlu melakukan semua itu untuk membuktikan apapun. Aku percaya padamu, sekarang lebih baik kau tidur dan jangan menyulitkan petugas lagi. Kasihan mereka, ini sudah malam."     

Jack tersenyum sinis pada Anne. "Mohon maaf Nyonya, permintaan anda telat."     

Belum saja Anne membuka mulutnya tiba-tiba Jack sudah berteriak, meminta para housekeeping menunggu. Menit selanjutnya Anne hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menyesali provokasi yang dibuatnya, pasalnya saat ini ada sekitar sepuluh orang house keeping yang sedang mengganti ranjang ukuran besar yang ada dikamar Jack dengan ranjang baru.     

"Kau memang luar biasa, Jack,"ucap Anne lirih sambil menghela nafas panjang, ia kini merasa kasihan kepada house keeping yang sedang melakukan tugas gila dari Jack tengah malam.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.