I'LL Teach You Marianne

Jack's help



Jack's help

Jack memilih untuk menyudahi olahraga paginya karena mood yang sudah dibangun sejak pagi hancur, setelah mencoba sabar mendengar ucapan para gadis Jepang yang mengaguminya ketenangan Jack kembali terusik saat ada beberapa orang pria yang menyebutnya penyuka sesama jenis. What the hell. Bisa-bisanya ada orang yang berani meragukan kejantannya.     

Dengan menyeka keringat yang masih membasahi kening Jack masuk ke dalam lift untuk segera pergi ke kamarnya, namun harapan Jack tak bisa berjalan dengan sempurna karena gadis bermata hazel yang sebelumnya berbicara di gym kini justru menahan pintu lift berusaha untuk bisa masuk ke lift yang sama dengannya.     

"Apa sikapmu sekasar itu? Tak ada ucapan terima kasih sama sekali yang terucap darimu untukku, Sir,"ucapnya pelan mencoba menyindir Jack yang pergi begitu saja setelah ia memberitahukan apa yang dibicarakan orang-orang di dalam gym, terlepas dari kenyataan Jack yang bisa berbicara bahasa Jepang dengan baik.     

Merasakan ada bahaya mendekat Jack tersenyum, tanpa bicara tiba-tiba ia menekan tombol stop pada saat lift baru naik satu lantai dari tempat gym.     

"Aku adalah seorang pria dengan istri dan tiga anak, aku sudah menikah sangat lama dengan istriku dan sudah sangat paham dengan trik-trik semacam ini sebelumnya. Karena itu aku peringatkan padamu, jangan berusaha membuat dirimu berjasa padaku karena aku tegaskan sekali lagi tanpa bantuanmu aku bisa menyelesaikan masalahku tadi,"ucap Jack datar dengan tenang, setelah bicara seperti itu Jack segera keluar dari lift yang langsung terbuka begitu ia menekan tombol stop.     

Gadis bermata hazel itu terlihat sangat shock mendengar ucapan Jack, ia tak percaya ada seorang pria yang akan bicara sekasar itu padanya. Apalagi sampai mengetahui rencana cantiknya dengan sangat cepat, tiba-tiba rasa takut pun mulai meliputinya saat ini. ia yakin sekali pria yang baru saja satu lift dengannya itu bukanlah sembarang pria menilik dari caranya menangani masalah dan berbicara. Belum juga semua pertanyaan yang melintas dibenaknya terjawab pintu lift sudah tertutup kembali, alhasil kesempatannya untuk berbicara dengan pria itu pun hilang. Jack, sasaran barunya sudah pergi dan melepaskan diri darinya.     

Begitu lift tertutup kembali sebuah senyum mengembang di wajah Jack, tanpa bicara ia kemudian segera bergegas pergi dari tempat itu menuju lift yang lain untuk segera naik ke kamarnya. Sebuah email yang dikirimkan Liam membuat Jack ingin cepat-cepat sampai dikamar saat ini, rasa ingin tahunya dengan semua hal yang dilakukan Anne membuatnya tak sabar kembali ke kamar.     

Karena tidak sabar, di dalam lift Jack membuka email yang dikirimkan Liam. Satu persatu-satu file yang ada di email itu perlahan ia buka dan baca, senyum Jack mengembang ketika membaca pesan yang ada di ponsel Anne. Anne benar-benar menjadi ibu yang baik, tak ada satuharipun terlewat untuknya mencari tahu kabar Asher dan putra mereka Christian. Jack tersenyum ketika melihat foto-foto Asher yang dikirimkan kakek dan neneknya pada Anne, bayi tampan itu tumbuh sempurna sesuai usianya meski tak memiliki ayah dan ibu. Semakin besar Asher semakin mirip pula wajahnya dengan Paul dan Linda, seandainya mereka berdua masih hidup mereka pasti akan sangat bangga pada putranya.     

Tiba-tiba kedua mata Jack terasa panas.     

"Akh, sejak kapan aku menjadi lebih sensitif seperti ini?"Jack menyeka air matanya yang tiba-tiba berkumpul di kedua matanya, mengingat Asher secara otomatis akan membawa kenangan Linda dan Paul yang kini sudah bahagia disurga. "Seperti yang dikatakan istriku sebelumnya, aku juga akan memastikan Asher tumbuh sempurna tanpa kekurangan. Itu janjiku, jadi kalian berdua tenanglah di surga sana."     

Jack menarik nafas dalam, ia kemudian bergegas keluar dari lift karena lift sudah berhenti di lantai paling atas tempat dimana kamarnya berada. Sepertinya keputusan Jack untuk menjauhi gadis bermata hazel itu tepat, karena jika tidak mungkin saja gadis itu akan memiliki kesempatan lagi untuk mencari cara dekat dengannya lebih baik lagi apalagi setelah ia melihat-lihat foto Asher.     

Segera setelah keluar dari lift Jack melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang berada di ujung lorong, menggunakan key card Jack membuka pintu kamarnya yang langsung terbuka begitu ia menempelkan kartu itu pada tempatnya. Tepat pada saat Jack menutup pintunya kembali si gadis pemburu pria kaya yang sebelumnya mencoba membuat Jack berhutang budi padanya keluar dari lift, gadis itu terlihat kesal karena tak berhasil menemukan keberadaan pria dingin yang memiliki karisma luar biasa itu. Setelah menghentakkan kakinya ke lantai, gadis itu pun kembali masuk ke dalam lift meninggalkan lantai dimana kamar Jack berada.     

Sementara itu Jack yang sudah duduk di kursinya yang ada dibalkon merasa sedikit terusik dengan sebuah email yang dikirimkan salah satu tim pengacaranya yang bernama Joseph pada Anne, satu Alisnya langsung terangkat saat membaca nama Joseph sebagai pengirim email paling baru ke Anne. tanpa pikir panjang Jack kemudian membuka email dari Joseph dengan serius.     

***     

Liam dan Felix yang baru saja kembali dari toko ponsel sudah kembali tiba di rumah, kedua pria itu langsung mencari sang nyonya untuk memberikan ponsel barunya yang sudah berisi semua data dari ponsel lamanya yang sudah tak bisa diselamatkan.     

"Thanks, Liam, Felix,"ucap Anne tulus pada kedua bodyguardnya itu begitu ia menerima ponsel barunya.     

"Ini sudah menjadi tugas kami, Nyonya."     

Anne tersenyum lebar saat melihat ponsel barunya berwarna rose gold.     

"Apa anda tidak suka dengan pilihan warnanya, Nyonya?"tanya Felix takut. "Yang memilih warna itu Liam, Nyonya."     

Anne mengalihkan pandangannya dari ponsel barunya pada kedua bodyguardya yang masih berdiri dihadapannya. "Suka, aku suka sekali dengan ponsel ini. warnanya juga aku suka, meski aku lebih suka warna pink. Tapi rose gold juga tidak buruk."     

Plak     

Sebuah pukulan tiba-tiba mendarat di punggung Liam.     

"Nah apa aku bilang, Nyonya pasti lebih menyukai yang warna pink. Kau keras kepala, si,"ucap Felix dengan keras.     

"Tapi nyonya juga menyukai yang warna rose gols itu, jadi tidak masalah,"jawab Liam lirih seraya menyentuh punggungnya yang terasa sakit karena pukulan Felix.     

"Akh kau ini, pekerjaan kita jadi tidak selesai dengan sempurna kalau begini ceritanya,"gerutu Felix kesal, sejak mendapat peringatan dari Jack pasca kecelakaan kecil waktu itu Felix selalu ingin hasil yang sempurna saat bekerja untuk sang nyonya. Well, peringatan keras dari Jack waktu itu sepertinya sangat membekas dalam dirinya.     

Liam yang tak mau disalahkan karena salah memilih warna untuk ponsel sang nyonya pun memberikan pembelaan, alhasil terjadilah perdebatan sengit antar dua bodyguard itu hanya karena warna pada ponsel baru sang nyonya.     

Anne sendiri hanya bisa mengelengkan kepalanya melihat kedua pria berbadan besar itu bertengkar, sepertinya semua orang yang bekerja dengan Jack lama-lama memiliki sifat yang sama dengannya. Dan Anne sudah mulai menikmati semuanya dengan sabar saat ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.