I'LL Teach You Marianne

Clarke's gen



Clarke's gen

Satu bulan sudah berlalu sejak kedatangan Chester, semua masalah yang berhubungan dengannya benar-benar selesai. Masalah panti asuhan pun juga selesai dengan baik, ibu Julia sang kepala panti saat itu bahkan sampai menangis saat Anne dan Jack datang untuk menyerahkan surat tanah pada panti. Wanita itu berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Anne dan Jack yang sudah membantunya mengurus anak-anak dengan memberikan mereka tempat tinggal yang nyaman.     

Kehidupan Anne benar-benar damai tanpa ada masalah yang datang, baik dari para wanita yang berasal dari masa lalu Jack ataupun dari orang-orang yang muncul dari kehidupan lamanya, sampai saat ini Anne belum tahu kalau Leon sudah meninggal karena memang Jack memblokir semua aksesnya agar tak sampai pada Anne. Jack tak mau melihat Anne kembali menangis karena orang lain, terlebih karena Leon.     

"Kenapa mereka belum sampai juga, Jack? Apa ada masalah dengan pesawatnya? Kita tak mungkin salah melihat jadwal bukan?"     

Pertanyaan yang Anne tanyakan berhasil membuat lamunan Jack buyar, segera pria itu menoleh ke arah Anne yang sejak tadi sudah seperti setrika, mondar mandir kesana kemari karena tak sabar ingin bertemu dengan Christian yang sedang dijemput Erick dan Alice ke Luksemburg.     

"Masih ada waktu lima belas menit lagi untuk pesawat itu mendarat sayang, sabarlah sebentar. Lebih baik kau nikmati croissant mu terlebih dahulu, lihatnya makanan itu sudah dingin."     

Anne mengabaikan perkataan Jack, ia lebih memilih untuk tetap berdiri ditempatnya sekarang menatap ke arah langit di ruang tunggu eksekutif menanti pesawat yang membawa Christian datang. Jack sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkat sang istri yang juga belum berubah sejak dulu, tanpa sepengetahuan Anne sesekali Jack mengambil fotonya secara diam-diam. Jack senang sekali mengoleksi foto-foto random Anne berbagai pose, kalau dulu saat Christian masih tinggal bersama mereka ponsel Jack dipenuhi foto berbagai pose putra menggemaskannya itu saat ini ponselnya lebih di dominasi foto-foto istrinya.     

Setelah sepuluh menit berlalu suara pemberitahuan pesawat jet asal Luksemburg yang akan mendarat membuat Anne melonjak kegirangan, persis seperti anak kecil. Jack bahkan hampir tersedak melihat tingkah Anne. Tanpa menunggu Jack yang masih merapikan ponselnya Anne terus berlari menuju pintu kedatangan untuk menyambut Christian yang sudah berbulan-bulan tak ia peluk.     

Anne langsung berhambur ke arah Christian begitu bocah itu muncul dari pintu kedatangan, ia tak memperdulikan para petugas yang berjaga. Rasa rindunya pada sang anak membuat Anne nekat melakukan hal gila.     

"Hei..."     

Seorang petugas bandara yang melihat Anne menerobos masuk hampir saja menangkapnya kalau saja Erick tak menghalau menggunakan tubuhnya.     

"Kau.."     

Erick tersenyum dingin penuh peringatan. "Jangan coba-coba menyentuhkan tanganmu ke tubuh Nyonya Clarke jika masih ingin hidup."     

Wajah petugas itu langsung pucat pasi bergitu nama Clarke disebut.     

"Nyonya Clarke? Istri Tuan Jackson Knight Clarke maksudmu?"petugas lainnya langsung menimpali perkataan Erick dengan cepat.     

Erick menganggukkan kepalanya. "Lihatlah ke belakang, itu Tuan Clarke yang baru kau sebut sedang berjalan mendekat."     

Secara kompak kedua petugas itu pun menoleh ke arah belakang dan langsung tak bisa berkata-kata saat mleihat Jack berjalan dengan tenang ke arah mereka, tanpa sadar kedua orang petugas itu melangkah mundur mencoba memberikan jalan untuk Jack yang ingin bergabung dengan anak dan istrinya.     

"Bagaimana penerbangan kalian?"     

Erick tersenyum. "Aman Tuan, Tuan muda hanya sekali menangis karena lapar."     

Jack terkekeh dan berjalan mendekati Anne yang sudah menggendong Christian dan memberikannya ciuman di hampir semua bagian wajahnya, suara tawa Christian semakin keras saat sang ayah mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi diudara.     

Melihat kebahagiaan keluarga tuannya sebuah senyum tulus penuh haru mengembang diwajah Erick, kalau saja Alice tak bertanya soal keberadaan dua orang petugas yang kini sudah mematung Erick hampir saja lupa dengan kedua orang itu. Perlahan Erick mendekati kedua pemuda yang usianya tak jauh dengannya itu sambil tersenyum.     

"Tenanglah, tak usah takut. Tuanku bukan orang yang mudah marah, selama beliau tak tahu kalian berdua hampir menyelakai istrinya maka nasib kalian berdua akan aman,"bisik Erick lirih menggoda kedua petugas yang wajahnya semakin pucat pasi     

Plak     

Alice yang tahu Erick sedang menggoda kedua petugas itu memberikan peringatan pada kekasihnya untuk tak macam-macam, dengan tersenyum lebar Erick meninggalkan kedua petugas yang masih belum bisa bicara menyusul keluarga sang tuan yang mulai meninggalkan bandara.     

"Kau usil sekali, kedua orang itu pasti sangat shock saat ini,"ucap Alice pelan saat Erick sudah berhasil menyusulnya.     

Erick terkekeh geli. "Tidak apa, anggap saja itu sedikit peringatan pada mereka agar lebih sopan lagi pada penumpang VVIP. Bayangkan saja kemarahan Tuan kalau seandainya tadi kedua pria itu berhasil menyentuh Nyonya."     

Alice menelan ludahnya dengan cepat. "Aku tak berani membayangkan hal-hal mengerikan semacam itu."     

"Haha...makanya itu, anggap saja itu sedikit pelajaran gratis pada kedua petugas itu. lagipula aneh saja Nyonya tak diizinkan masuk, toh posisi kita tadi sudah berada di luar gate kedatangan,"ucap Erick kembali.     

Alice tersenyum, ia tahu kekasihnya itu memperlakukan Anne sama seperti ia memperlakukan sang tuan. Karena itu Alice memilih untuk tak melanjutkan obrolan mereka supaya hal-hal yang tak diinginkan tak terjadi, pasalnya ceritanya akan lain jika hal ini sampai terdengar di telinga Jack.     

Sepanjang perjalanan pulang menuju mansion Christian yang sudah semakin besar dan pintar terus mengoceh, menceritakan hal-hal menarik yang sudah ia lakukan selama berbulan-bulan ini bersama sang kakek. Jack meminta Luis agar mengajari Christian memanggilnya dengan panggilan kakek, hal ini Jack lakukan supaya Christian bisa menghargai Luis lebih baik lagi. Lagipula memang Luis sudah seperti pengganti kakak untuk Christian.     

"Kemarin aku pergi ke Autralia untuk melihat kanguru dan buaya."     

"Aku juga bermain dengan ratusan sapi berwarna hitam putih di padang rumput bersama kakek."     

"Disana aku memiliki banyak teman, Mom. "     

Anne tersenyum mendengar celotehan putranya yang sudah semakin pintar bicara. "Berapa hari kau pergi berlibur bersama kakek ke Australia?"     

"Satu minggu dan itu masih kurang,"jawab Christian ketus.     

Jack terkekeh. "Kalau masih kurang kenapa kau tak minta kakek untuk memperpanjang masa liburannya, Son?"     

"Kakek bilang aku akan dibelikan jet ski jika aku patuh,"ucap Christian penuh semangat.     

Anne menaikkan satu alisnya. "Jet ski? Memangnya Christian sudah bisa mengendarainya?"     

"Kata kakek nanti Erick yang akan melatihku,"jawab Christian polos sembari menunjuk ke arah Erick yang sedang menikmati caffe lattenya.     

Ditunjuk Christian membuat Erick hampir tersedak. "Tidak Tuan, aku tak tahu apa-apa mengenai jet ski ini. Demi Tuhan." Erick langsung memberikan klarifikasi pada tuannya karena tak mau disalahkan, Erick tak mau menjadi bulan-bulanan sang nyonya kembali gara-gara ia mengatakan ingin mengajari Christian naik motor sport.     

Anne menghela nafas panjang saat mendengar Christian dengan penuh semangat sekali menyebutkan barang-barang mahal yang ingin ia miliki tahun ini sebagai hadiah ulang tahunnya.     

"Jangan salahkan Luis,"bisik Jack lirih pada Anne.     

Anne yang sedang memijat kepalanya menoleh kepada Jack. "Aku tidak sedang menyalahkan Luis, aku menyalahkanmu. Kau lah yang menurunkan semua sifat hedonnya itu."     

Jack terkekeh geli. "He's my son, off course he did it."     

"Ya, he is your son!!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.