I'LL Teach You Marianne

Christian yang sempurna



Christian yang sempurna

Niat Anne mengunci diri bersama Jack menjadi bumerang untuknya. Begitu pintu terkunci, Jack yang sebelumnya berdiri dengan tenang langsung menarik Anne ke kursi kebesarannya dan yang lebih sial lagi Anne tak bisa menghindar. Ia terjebak diatas pangkuan Jack dengan posisi yang sangat intim, kedua pahanya terekspos hal ini disebabkan oleh mini dres yang ia gunakan terangkat sempurna oleh Jack. Sepertinya Jack sudah memperhitungkan semua.     

"Jack,"desah Anne serak.     

Jack tersenyum nakal. "What? Aku bahkan belum memulai apapun, baby." Yang dikatakan Jack benar, kecuali gerakan kedua tangannya yang sedang meremas-remas bokong Anne ia memang belum memulai apapun. Benar-benar brengsek.     

Kedua mata Anne kabur, gairahnya terpancing. Jack benar-benar tahu bagaimana cara membuatnya terbawa permainannya.     

"Kau tak bermaksud untuk melakukannya disini, bukan?"     

"Bagamana jika iya?"     

"Jack-"     

Ucapan Anne tertahan karena tangan Jack sudah berhasil menyusup ke balik celana dalamnya, benar-benar nakal dan nikmat! Shit, Jack gila. Dan Anne tak bisa menahan dirinya, sepertinya ia ikut terbuai akan permainan yang Jack buat.     

Anne membuka kedua pahanya lebih lebar, memberikan akses pada Jack untuk memiliki dirinya lebih dalam dan keputusan Anne salah. Jack yang mendapatkan lampu hijau tak menunggu lama, dengan gerakan cepat Jack berhasil membuat Anne kehilangan celana dalamnya detik selanjutnya ia melakukan hal yang sama dengannya sendiri tanpa membuka seluruh pakaiannya Jack berhasil membuatnya memasuki Anne.     

Anne berpegangan pada kedua pundak Jack saat suaminya itu mempimpin jalannya permainan dari bawah, yes meski dalam posisi seperti itu tetap saja Jack yang memimpin. Dia sang komandan sejati dan Anne hanyalah anak buah yang tak bisa melawan, Anne terlalu menikmati semua hujaman yang Jack berikan dari bawah.     

"Do you like it, baby?"     

Anne tak merespon, ia hanya bisa diam menahan diri agar suara erangannya tidak kelaur terlalu keras. Anne tak mau ada orang lain yang mengetahui percintaan yang mereka lakukan saat ini, dulu pada saat masih di London secara tidak sengaja Anne melihat Steffi menyerahkan dirinya pada Leon dikantor dan melakukan apa yang sedang ia lakukan bersama Jack. Karena itu ia tak mau ada orang yang mengetahui apa yang tengah mereka lakukan saat ini, Anne masih belum siap kehilangan muka.     

Karena tak ada respon dari sang istri Jack mempercepat gerakannya dan efek dari gerakannya yang lebih cepat itu membuat Anne menjerit cukup keras. Rasa sakit dan nikmat luar biasa bergabung menjadi satu.     

"Bagaimana? Apa kau menyukainya?"     

"Jack.."     

"Answer me."     

Anne mengangkat kepalanya tinggi-tinggi dengan tangan yang sudah menutupi bibirnya, ia merutuki Jack saat ini. Pria itu benar-benar menyebalkan, bisa-bisanya ia masih bertanya disaat ia sudah larut dalam permainan yang ia buat. Padahal seharusnya tanpa bertanya pria itu harusnya sudah tahu jawabannya.     

Dengan keringat yang sudah mengucur deras Jack tersenyum melihat ekspresi yang Anne tunjukkan, wanitanya itu terlihat sekali sedang menikmati semua permainannya. Tak mau kehilangan pemandangan luar biasa ini Jack memperlambat gerakannya, efek dari keputusannya itu membuat Anne yang sebelumnya hampir mencapai puncak langsung menatapnya tajam. Masih berada diatas tubuhnya Anne langsung menjambak rambut Jack dengan keras.     

"Jahat,"ucapnya serak.     

"I love you,"sahut Jack dengan cepat.     

"Kau menyebalkan, kau menyiksaku, Jack."     

Jack terkekeh. "Aku tidak melakukan apapun, sayang."     

Anne langsung menancapkan kuku panjangnya kepundak Jack dengan kuat. "Do it again, i can't handle it anymore, Jack."     

"Do what?"tanya Jack serak.     

"Faster baby...i beg you, please." Kedua mata Anne berkabut saat memohon pada Jack, ia benar-benar bukan dirinya sendiri saat ini.     

"As your wish baby."     

Sesuai ucapannya Jack pun langsung melakukan apa yang Anne inginkan, ia kembali memcepat gerakannya. Dalam waktu singkat Jack bisa merasakan Anne berhasil mencapai puncaknya, namun karena ia belum selesai Jack tak memperlambat gerakannya sama sekali. Ia tak mengurangi tempo permaiannnya sama sekali sampai akhirnya terdengar suara erangan yang cukup keras dari Jack ketika ia berhasil mencapai puncak permaiananya, Anne yang sudah siap menerima semuanya dari Jack langsung mengeratkan pelukannya pada leher Jack dengan kedua mata terpejam.     

Anne bisa merasakan dirinya penuh dengan cairan hangat yang luar biasa, keduanya masih diam dalam posisi yang sama saling memeluk satu sama lain dengan nafas yang masih putus-putus. Percintaan singkat yang baru mereka lakukan ini benar-benar membuat keduanya kelelahan.     

Setelah berpelukan selama hampir tiga menit Anne mulai melepas pelukannya dari leher Jack, ia lalu menatap wajah sang suami yang kini sudah dibasahi peluh.     

"Kau sangat nakal, kau menyiksaku,"ucap Anne pelan.     

Jack tersenyum. "Kau yang memancingku, sayang."     

"Ck, masih bisa menyalahkan aku?"sahut Anne ketus. "Padahal sudah jelas kau lah yang bersalah dalam hal ini."     

"Aku tak bisa menahan diri lebih lama jika berada didekatmu, jadi jangan salahkan aku."     

Anne tersenyum kecil, perlahan ia mengusap keringat yang membasahi kening suaminya menggunakan kedua tangannya. "Baiklah sekarang lepaskan aku, mau sampai kapan kau berada dalam diriku seperti ini, hem?"     

Alih-alih menjawab pertanyaan yang diberikan Anne, Jack justru tersenyum lebar. Sebuah senyum yang ia bisa artikan, damn. Pria ini ingin memulai lagi dan Anne hanya bisa pasrah, ia menerima Jack kembali dan mengikuti semua permainan gilanya.     

Sementara itu di kantin saat ini Aaron nampak tersenyum saat melihat Christian, anak pintar itu tengah makan seorang diri tanpa bantuan siapapun. Bahkan cara makannya juga sangat rapi, tidak ada kentang goreng yang jatuh diatas meja, tidak ada juga saus yang menempel pada pipinya. Anak itu benar-benar memiliki table manner yang sangat baik.     

"Siapa yang mengajari anak sekecil ini makan dengan sangat rapi?"tanya Aaron pelan pada Erick.     

Erick tersenyum. "Saya yakin anda pasti tahu siapa orang yang berperan penting dalam tumbuh kembang tuan muda selama satu tahun terakhir ini."     

Aaron menaikkan satu alisnya. "Luis, maksudmu pria itu yang mengajari Christian melakukan semua ini?"     

"Iya, siapa lagi memangnya."     

"Jesus, mantan polisi khusus itu benar-benar mengerikan,"ucap Aaron lirih sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ia masih sangat shock melihat Christian yang makan dengan sangat pintar.     

Anak itu bahkan tidak berbicara sama sekali ketika tengah menikmati makanannya, hanya sekali saja ia bicara itupun karena ia minta tolong untuk dibukakan minum. Rose yang duduk disamping Christian pun hanya bisa tersenyum-senyum saja tanpa bicara ketika melihat anak tampan itu makan, sesekali ia meraba perut besarnya dengan menaruh harapan besar semoga putranya bisa melakukan hal yang sama seperti Christian kelak. Yes, saat ini Rose mengandung anak laki-laki. Setelah menikmati waktu berdua dengan Aaron bertahun-tahun akhirnya ia memutuskan untuk memiliki anak dan hal ini didukung sepenuhnya oleh Aaron, karena sejak mereka menikah Aaron memberikan semua keputusan pada Rose. Ia memberi pilihan pada Rose untuk memiliki anak atau tidak, Aaron tak mau membuat Rose terbebani dengan tanggung jawab memberikannya keturunan.     

"Si brengsek itu terlalu beruntung, anaknya benar-benar luar biasa,"ucap Aaron lirih. "Sepertinya gen baik dari Anne lebih mendominasi Christian."     

Erick dan Nicholas hanya tersenyum kecil mendengar perkataan Aaron, begitu juga Daniel.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.