I'LL Teach You Marianne

St. Pierre Cathedral



St. Pierre Cathedral

Setelah berputar-putar di jalanan kota Jenewa selama hampir dua jam, mobil Lamborghini Aventador berwarna hitam metalik yang dikendarai oleh Anne akhirnya berhenti di St. Pierre Cathedral yang berjarak sangat jauh dari rumah mewahnya.      

St. Pierre Cathedral merupakan salah satu tempat tujuan wisata yang cukup terkenal di Jenewa. Pada awalnya, gereja yang satu ini merupakan bangunan yang ditujukan untuk gereja Katolik Roma. Namun, ketika reformasi berlangsung, gereja ini menjadi gereja Protestan dan fungsi tersebut masih berlangsung hingga saat ini.     

Anne memarkirkan mobil mewahnya di tempat parkir khusus wanita yang berada di halaman gereja, Anne menggendong tas ranselnya di pundak sebelah kiri saat berjalan masuk ke dalam gereja. Saat Anne datang kondisi gereja cukup ramai, banyak turis dari berbagai negara yang datang. Bahkan Anne juga mendengar ada beberapa orang berbahasa Jerman yang sedang mengagumi interior gereja bersejarah itu.     

Anne duduk di sebuah kursi panjang yang berada di paling belakang, ia lantas duduk tertunduk dengan tangan terkepal diatas pahanya. Anne berdoa, mengucapkan syukur atas semua kebahagiaan yang ia dapatkan selama ini dan mendoakan orang-orang terkasihnya yang sudah pergi terlebih dahulu. Kalau biasanya Anne hanya menyebut nama kedua orang tuanya dan kakak David Clarke, kali ini Anne juga menyebut nama princess beserta Linda dan Paul.      

"Jaga princess untukku, aku mencintaimu."     

Anne menutup doanya dengan memberikan pesan kepada Linda dan Paul supaya menjaga princess untuknya.      

"Sepertinya nama-nama yang kau sebut tadi adalah orang-orang penting dalam hidupmu,"ucap seorang pria yang sudah duduk di samping kanan Anne dengan sopan.      

Anne yang baru membuka matanya langsung menoleh ke arah sumber suara dan terkejut ketika melihat seorang pria duduk di sebelahnya dengan seekor anjing jenis golden retriever yang menemaninya di lantai.      

"Anjing!!!"     

Pria itu terkekeh geli. "Kenapa terkejut seperti itu? Memangnya ada aturan yang melarang seekor anjing masuk ke gereja?"     

"Tidak, hmm maksudku aku tak tahu. Hanya saja, baru kali ini aku melihat ada seseorang datang ke gereja dengan membawa seekor anjing. Karena itu aku sangat terkejut, apalagi anjing ini terlihat…"     

"Snowee, anjingku sangat friendly. Dia tidak akan menggigit sembarangan tanpa persetujuan atau perintah dariku." Pria berkacamata hitam itu memotong perkataan dengan cepat.     

"Oh benarkah? Bolehkah aku menyentuhnya?"     

"Silakan, panggil saja namanya dia pasti akan mengerti."     

Anne tersenyum, perlahan ia memindahkan tas yang sebelumnya ada di pangkuannya ke kursi dan mendekati anjing besar berwarna golden itu. Dengan sedikit ragu Anne mengulurkan tangannya ke arah anjing besar yang sedang berbaring di lantai itu. "Snowee...come here baby…"     

"Dia jantan, by the way."     

"Ah i see,"jawab Anne dengan cepat. "Snowee, good boy."     

Seperti yang dikatakan oleh pria berkacamata itu, anjing jenis golden retriever yang diberi nama Snowee itu sangat friendly. Ia bahkan langsung menjilati tangan Anne yang sedang membeli beli kepalanya.      

"Good boy, pintar sekali dia. Berapa umurnya?"tanya Anne penasaran.      

"Snowee aku adopsi saat dia berusia 2 bulan, ketika aku mengalami kecelakaan mobil 3 tahun yang lalu."     

Anne mengangkat kepalanya dan menatap pria berkacamata yang masih duduk di kursinya dengan tenang. "Kecelakaan mobil?"     

"Iya kecelakaan mobil yang membuatku kehilangan penglihatan,"jawab pria itu pelan sembari menurunkan kacamata hitam dari hidungnya.      

Anne langsung menutup mulutnya dengan cepat, rasa bersalah pun langsung menusuk dada Anne.     

"Maaf,"ucap Anne lirih penuh sesal.      

Pria itu kembali memakai kacamata hitamnya senyum yang hilang dari wajah tampannya. "Edgar Jones,"ucapnya pelan sembari mengulurkan tangannya ke arah depan.      

Anne yang merasa tak enak langsung meraih tangan pria itu dan menggenggamnya erat. "Marianne, tapi kau bisa memanggilku Anne saja."     

Edgar tersenyum. "Anne, nama yang bagus. Senang bertemu denganmu, Anne."     

"Aku juga, aku senang bisa bertemu dengan snowee. Kau pasti sangat menyayanginya bukan?"     

"Lebih dari itu, terkadang anjing lebih setia dan jujur dari manusia. Selama tiga tahun terakhir ini aku bisa mengetahui siapa orang yang benar-benar tulus berteman denganku dan siapa saja orang yang hanya memanfaatkanku saja disaat aku masih sehat,"jawab Edgar datar sembari meraba-raba kepala snowee yang sudah berada disampingnya, anjing pintar itu seolah sedang menguatkan majikannya.      

Anne menipiskan bibirnya mendengar perkataan pria malang di hadapannya itu, sungguh Anne serba salah saat ini. Rasanya sangat canggung sekali meninggalkan seorang pria difabel seperti Edgar, meski saat ini ada seekor anjing pintar menemaninya namun tetap saja Anne tak tega meninggalkan pria itu sendiri.      

"Kau kemari dengan siapa?"tanya Anne pelan.     

"Aku tadi berangkat berdua bersama snowee ke gereja ini dan saat ini aku sedang menunggu seseorang menjemputku,"jawab Edgar jujur.     

"Seseorang? Kekasihmu?"     

Edgar tersenyum. "Kekasihku justru menjadi orang pertama yang meninggalkan aku, saat dokter mengatakan aku kehilangan penglihatan 3 tahun yang lalu."     

"Jesus, tega sekali dia.     

Edgar terkekeh geli. "Bukankah itu wajar, tak ada wanita yang akan tulus menemani kekasihnya yang cacat dan miskin sepertiku."     

"Tidak semua bunga dalam satu tanaman akan mekar dalam waktu yang bersamaan begitu juga dengan seorang wanita, mantan kekasihmu bisa saja berbuat seperti itu padamu tapi belum tentu dengan wanita yang lain. Jadi jangan menyamaratakan semua wanita memiliki sikap yang sama hanya karena perbuatan mantan kekasihmu,"ucap Anne dengan cepat, ia tak suka disamakan dengan mantan kekasih Edgar yang pergi begitu saja disaat Edgar berada dalam titik terendahnya.     

Saat Edgar akan membuka bibirnya untuk menjawab perkataan Anne tiba-tiba saja seorang pria setengah baya berambut putih muncul dari arah belakang dan langsung menyentuh pundak Edgar, Edgar yang sudah paham dengan sentuhan pria itu perlahan menganggukkan kepalanya dan berusaha bangun dari kursi tempatnya duduk. Melihat sang tuan bangun, snowee juga ikut bangun. Snowee terus menggerakkan ekornya karena merasa senang dan itu membuat Anne gemas, tapi ia menahan diri untuk tak menyentuh anjing pintar itu karena sepertinya gara-gara segera pergi.      

Seperti dugaan Anne, Edgar kemudian terlihat berjalan pergi menuju pintu keluar bersama pria yang baru datang dan snowee yang berjalan di samping kanannya. Saat Anne akan meraih tasnya yang ada diatas kursi tiba-tiba Edgar menghentikan langkahnya dan membalik tubuhnya.      

"Terima kasih, Marianne. Pertemuan singkat ini begitu menyenangkan, Aku harap suatu saat jika masih ada kesempatan kita bisa bertemu lagi,"ucapnya pelan sambil tersenyum.     

Anne menipiskan bibirnya, meskipun Edgar tak bisa melihat tapi Anne tetap tak mau tersenyum sembarangan pada seorang pria. Ia masih menjaga dirinya untuk bersikap wajar di hadapan pria lain.      

"Saya bukan penduduk asli kota ini, kemungkinan untuk kita bertemu kembali mungkin sangat kecil,"jawab Anne datar.     

Edgar tersenyum, perlahan pria itu melepaskan kacamata hitamnya dan menggenggamnya erat. Meski saat ini kedua mata pria itu tidak bisa berfungsi, namun entah mengapa Anne merasa pria itu tengah menatapnya dengan tajam.     

"Takdirlah yang akan mempertemukan kita nanti,"ucap pria itu pelan sebelum akhirnya membalikkan tubuhnya dan bergegas pergi dari hadapan Anne bersama anjing setianya snowee dan pria paruh baya yang menjemputnya.     

Anne terus menatap Edgar selama beberapa saat hingga akhirnya getaran dari ponsel membuatnya sadar, dengan cepat Anne meraih ponselnya dan tersenyum saat melihat nama Jack muncul di layar ponselnya.     

"Hallo…"     

"Apa yang kau lakukan di St. Pierre Cathedral, Anne?!"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.