I'LL Teach You Marianne

Asher yang diberkati



Asher yang diberkati

Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit Anne tak membuka bibirnya sama sekali, pikiran Anne masih melayang-layang di udara. Meskipun Leon sudah membuat luka yang dalam di hatinya namun Anne masih merasa kasihan saat melihat Leon harus berakhir di rumah sakit jiwa, Anne yang sudah tahu bagaimana cerita masa kecil Leon dari nenek Chaterine pada saat ia masih berstatus calon istrinya sepuluh tahun lalu merasa tak rela jika ia harus mengalami hal semacam ini. Apalagi sebelumnya Anne harus melihat bagaimana penderitaan Steffi di akhir hidupnya, dari kisah cinta mereka bertiga hanya dirinya lah yang berakhir bahagia.     

Menyadari suasana hati Anne sedang tak baik Jack tak mau mengganggunya, Jack tahu saat ini perasaan Anne sedang berantakan. Karena itu Jack memilih memejamkan kedua matanya dengan posisi membelakangi Anne.     

"Tenangkan hatiku, Tuhan,"ucap Anne dalam hati bersamaan dengan helaan nafas panjang yang ia lakukan.     

Jack tersenyum tipis. "Kalau kau masih ingin bersamanya kita bisa kembali lagi."     

Anne langsung mengalihkan pandangannya ke arah Jack dengan cepat. "Apa maksudmu?"tanya Anne bingung.     

"Aku tahu kau memikirkan Leon,"jawab Jack pelan sembari mengalihkan pandangannya pada Anne. "Aku bisa merasakannya."     

"Bukan, bukan begitu Jack. A-aku hanya..."     

"Its's ok, aku tahu kisah kalian tidak sederhana. Kau tak perlu merasa tak enak padaku." Jack langsung memotong perkataan Anne dengan cepat, meski bibirnya tersenyum tapi sorot matanya memberikan arti lain dan Anne bisa membacanya. Jack sedang cemburu dan marah saat ini.     

"Aku sedang tak mood untuk bertengar, jangan memancingku, Jack."     

Jack terkekeh geli. "Siapa yang memancingmu untuk bertengkar? Aku? Mana mungkin, aku justru..."     

"Stop."Jerit Anne dengan keras secara tiba-tiba. "Hentikan mobilnya, Erick."     

Erick yang sejak tadi pendengar setia pun langsung menginjak pedal rem dengan cepat ketika mendengar perintah sang nyonya, Jack yang tak memakai sabuk pengaman dan tak siap hampir saja jatuh kedepan kalau saja ia tak langsung mengulurkan tangannya untuk menahan tubuhnya pada kursi yang ada dihadapannya.     

Dalam gerakan cepat Anne membuka pintu disebelah kirinya dan langsung keluar dari mobil yang dikendarai Jack menuju mobil yang digunakan Luis yang berada dibelakang mobil Erick, Luis yang sedang sibuk dengan ponselnya terkejut saat melihat Anne tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya.     

"Aku sedang ingin menenangkan pikiranku, Luis. Jangan bertanya kenapa aku pindah mobil,"ucap Anne dengan cepat saat sudah duduk disamping Luis.     

"Siap Nyonya."     

Anne langsung memejamkan kedua matanya dengan posisi tubuh membelakangi Luis yang sedang tersenyum padanya, sebagai orang yang sudah makan asam garam kehidupan Luis paham dengan apa yang terjadi. Karena itu ia memilih untuk diam dan tak ikut campur.     

Iring-iringan mobil yang sebelumnya berhenti secara mendadak itu akhirnya kembali meneruskan perjalan lagi menuju mansion mewah milik Jack, Jack sendiri hanya bisa diam dan memilih untuk tak berbicara. Jack harus meredam api yang sedang berkobar dalam dadanya saat ini daripada mempermasalahkan kepindahan Anne dari mobilnya. Setelah menempuh perjalan selama hampir 30 menit iring-iringan mobil itu pun tiba di halaman mansion, begitu Anne dan Jack turun dari mobil Erick dan Luis pun pergi meninggalkan pasangan suami istri itu berdua di rumah besar mereka seperti yang sudah Jack perintahkan sebelumnya.     

Anne baru masuk kedalam rumah setelah mobil yang membawa Erick dan Luis tak terlihat dari pandangannya sementara Jack sudah langsung masuk kedalam rumah sejak tadi, bahkan saat ini Anne sendiri tak tahu keberadaan suaminya.     

"Sepertinya dia marah padaku,"ucap Anne lirih sambil menghela nafas panjang saat merasakan kesunyian dalam rumah besarnya.     

Hanya berdua saja dengan Jack dalam rumah yang bak istana membuat Anne bisa merasakan hawa kemarahan Jack yang tertahan di langit-langit rumahnya, karena tenaganya belum sepenuhnya kembali pasca percintaan panasnya dengan Jack kemarin Anne memilih langsung naik ke lantai dua tanpa mencari Jack terlebih dahulu. Pada saat Anne melewati meja makan senyumnya merekah saat melihat makanan lezat sudah tersaji diatas meja makan, sepertinya pelayan datang dan melakukan tugasnya saat dirinya dan Jack pergi ke rumah sakit.     

Meski perutnya belum terisi apa-apa sejak pagi namun rasa kantuk dan lelah membuat rasa laparnya hilang, yang ingin Anne lakukan saat ini adalah tidur untuk mengembalikan energinya. Rasanya seluruh tubuh Anne remuk saat ini, sejak kemarin siang sampai tadi pagi Jack tak memberikannya waktu untuk beristirahat. Jack yang saat ini sudah menenteng sebotol wine mahal yang memiliki kadar alkohol paling tinggi nampak tersenyum dingin ketika melihat istrinya langsung naik ke lantai dua, cemburu dan alkohol memberikan perpaduan sempurna yang membuat Jack emosi Jack terkontrol saat ini.     

***     

"Dorong Nyonya, saya yakin anda mampu. Ayo Nyonya..."     

"Jangan tidur Nyonya, sedikit lagi. Kepala anak anda sudah terlihat."     

"Bagus, ayo Nyonya. Sekali dorongan lagi."     

Suara dokter Caitlyn dan dokter Olivia saling bersahutan saat membantu proses persalinan Linda, setelah menjalani kehamilan yang sangat dikontrol ketat oleh para dokter akhirnya hari yang dinantikan Paul dan Linda tiba.     

Linda merasakan kontraksi dashyat setelah satu minggu terakhir ini mengalami kontraksi palsu, dibantu dokter Olivia yang selama ini menjadi dokter kandungannya Linda melahirkan putra pertamanya di ruang bersalin dibantu dokter Caitlyn.     

"Oekkk...oekkk.."     

Tangisan seorang bayi laki-laki yang sehat menjadi akhir dari perjuangan Linda yang berjuang melahirkan bayinya secara normal, Paul yang sejak satu jam yang lalu menemani proses persalinan Linda langsung menangis saat mendengar tangisan putranya. Anak yang kehadirannya ia nantikan lebih dari lima tahun.     

"Dengar itu, putra kita sudah lahir Linda. Anak kita sangat sehat, dia sudah lahir,"ucap Paul lembut sambil memberikan ciuman pada pipi Linda.     

Linda sendiri hanya mampu menangis, tangisan bayi yang selama ini ia rindukan terdengar jelas ditelinganya. Rasa sakit yang mendera perutnya saat ini pun menghilang berganti dengan rasa bahagia yang tak terkira.     

"S-seperti apa wajah putra kita, P-paul?"tanya Linda lirih.     

Paul tersenyum. "Tampan sepertiku, tapi tangisannya sangat kuat. Putra kita akan tumbuh menjadi seorang laki-laki yang hebat dan pintar seperti ibunya."     

"Aku ingin melihatnya, sekali saja."     

"Nanti, saat kau sudah siap kau akan bertemu dengannya. Saat ini Asher sedang dibersihkan juga oleh para suster,"jawab Paul kembali dengan lembut.     

Kedua mata Linda basah dengan air mata, bibir tipisnya semakin pucat. Seluruh tubuhnya menggigil hebat sehingga membuat dokter Olivia menjauhkan Paul dari sisinya. Paul yang terkejut melihat apa yang terjadi pada Linda nampak panik, ia bahkan sampai berontak dan terus berteriak keras saat dua orang suster memintanya keluar dari ruangan melahirkan.     

"Dokter...apa yang terjadi pada istriku, dok?"     

"Linda...kau pasti baik-baik saja, kau harus kuat Linda. Demi anak kita kau harus kuat Linda..."     

"Lindaa...."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.