I'LL Teach You Marianne

Amarah Anne



Amarah Anne

Jack yang sudah kehabisan kesabaran akhirnya bertindak, ia tak mentolerir lagi Edmund dan Jhonny ayahnya. Keduanya terbukti ikut terlibat dalam semua rangkaian teror yang selama ini Jack alami, mulai dari serangan di Muller Finance Internasional sampai serangan di Seoul semuanya di rencakana oleh Edmund dan Jhonny Immanuel yang dieksekusi Leon dengan memanfaatkan Giselle supaya menjadi kambing hitam mereka.     

Awalnya Leon mengelak dan tak mau bekerja sama dengan polisi langsung terdiam saat Jack mengatakan semua bukti yang ia miliki berasal dari Steffi, Steffi adalah orang yang selama ini mengekor kemanapun Leon pergi dan selalu berhasil mengcopy file-file berharga milik Leon termasuk rencana-rencana gilanya untuk membuat Anne dan Jack berpisah.     

"Fuck, perempuan si-"     

"Jangan mengutuk wanita yang sudah meninggal dalam damai, jangan rusak tidurnya,"potong Jack dengan cepat.     

Kedua mata Jack membulat sempurna. "Apa maksudmu?"     

"Istrimu, wanita yang sudah kau campakkan itu sudah meninggal karena kanker darah. Tadi aku sendiri dan anak buahku yang menemukannya tak bernyawa di hotel dengan mulut bersimbah darah,"jawab Jack jujur.     

"BOHONG!"     

Jack menghela nafas panjang, perlahan ia merogoh sesuatu dari dalam saku celananya dan mengeluarkan sebuah bendau berkilau yang berbentuk bulat. Sebuah cincin!     

Jack mengulurkan tangannya ke arah Jack yang sudah kedua tangannya sudah terborgol."Cincin pernikahan kalian,"ucap Jack pelan. "Cincin ini dilepas dari jari manis Steffi oleh petugas sesuai amanat yang tertulis dalam laptopnya agar dikembalikan padamu."     

Leon berusaha menatap lebih teliti cincin yang ada ditangan Jack, meski cincin itu terlihat sama seperti cincin kawin lainnya tapi ukiran nama Leonardo Ganke dalam cincin itu tak mungkin salah. Cincin itu benar-benar milik Stefii, wanita yang ia nikahi beberapa tahun yang lalu.     

Jack tersenyum menangkap ekspresi wajah Leon. "Sampai akhir ia masih sangat mencintaimu, Leon. Meski hubungan kalian dimulai dengan kecurangan tapi dia sangat mencintaimu, bahkan ketika kau mengumpankannya pada penjahat yang memposanya beramai-ramai. Sungguh, meski aku tak menyukai istrimu tapi dia wanita yang hebat. Masih bisa mencintai pria yang sudah melukainya dengan sangat dalam."     

Leon diam, ia tak menjawab perkataan Jack. Leon masih blank, ia tak percaya Steffi meninggal. Kanker darah? Steffi adalah wanita yang sangat sehat dan Leon tahu itu. Karena itu ia sedikit sangsi dengan perkataan Jack.     

Jack yang sadar dengan ketidakpercayaan Leon kemudian menoleh ke arah polisi yang berada disamping Leon, sedikit anggukan kepala dari Jack membuat polisi itu paham. Tanpa bicara polisi itu menggiring Loen untuk duduk disebuah kursi yang berada dihalaman rumah keluarga Immanuel yang saat ini sudah terpargar dengan pita kuning hitam milik polisi meninggalkan Edmund dan ayahnya Jhonny yang mengumpat Erick dengan kata-kata kasar.     

Begitu Leon duduk Jack kemudian mengambil sebuah kursi dan duduk dengan posisi tegap didepan Leon yang sudah diapit dua polisi disebelah kanan dan kirinya. Belum juga Leon membuka mulutnya, mencoba mencari tahu alasan Jack membuatnya duduk tiba-tiba Jack meletakkan ponselnya dalam posisi landscape dihadapan Leon.     

"Lihat sendiri baru bicara,"ucap Jack pelan sembari menekan tombol play pada video yang sedang berhenti itu.     

Sedetik kemudian bibir Leon terkunci rapat saat video mengerikan itu berputar, pemandangan kamar hotel dengan darah yang berceceran di seprai dan handuk serta tisu yang berserakan dilantai membuat jantung Leon berdedar kencang. Di tambah lagi dengan keberadaan Steffi yang sedang terlentang lemas dengan mulut yang mengeluarkan darah, tunggu! Apakah itu Steffi? Leon meraih ponsel Jack menggunakan kedua tangannya yang terborgol, beruntung tangannya diborgol ke arah depan sehingga Leon masih bisa menggunakan kedua tangannya dengan akses yang sangat terbatas.     

"I-ini..."     

"Kondisi Steffi saat aku temukan tadi pagi pasca dia berbicara dengan istriku, istriku yang memberi kabar buruk tentang Steffi padaku." Jack kembali memotong perkataan Leon.     

"Marianne?"     

Jack mengangguk pelan. "Steffi yang membocorkan semuanya pada Anne sejak beberapa minggu yang lalu, dia menghubungi istriku melalui email. Semua rencana busukmu yang mengkambing hitamkan Giselle pun di bongkar oleh Steffi, diakhir hayatnya Steffi meminta maaf pada istriku. Memohon ampunan padanya karena sudah menyakitinya, tapi istriku saat itu menolak memaafkan Steffi karena merasa apa yang dilakukan Steffi dulu itu tidak salah. Anne justru bersyukur Steffi menjadi pengganggu hubungan kalian berdua saat itu sampai akhirnya kalian bercerai dan kau menikahi Steffi, karena seandainya saat itu Steffi tidak ada mungkin saja aku tak akan bisa menikah dengan Anne dan memiliki anak yang luar biasa darinya. Mungkin saja kebahagiaan yang aku rasakan ini akan menjadi milikmu dan jujur saja aku juga bersyukur dan berterima kasih sekali pada Steffi yang membuat Anne datang padaku." Jack tersenyum setelah bicara panjang lebar penuh kalimat provikatif yang pasti akan membuat Leon semakin marah padanya.     

Tapi tebakan Jack saat ini salah, Leon tak terpancing dengan provokasi yang sudah dilontarkan Jack. Kedua matanya masih menatap tajam ke arah video yang ada diponsel Jack yang saat ini sudah ia hentikan di bagian Steffi yang sedang terzoom kamera, wajah pucat dan kurus terlihat jelas. Dan ada rasa sakit menggelitik dalam diri Leon saat ini, sungguh sebuah perasaan aneh saat melihat Steffi dalam kondisi seperti itu.     

Pada saat Jack akan membuka mulutnya tiba-tiba ia terkejut saat melihat sosok sang istri yang sedang berjalan kearahnya, tunggu! Itu tak mungkin Anne bukan? Sekali lagi Jack mencoba menajamkan pandangannya, menatap ke arah Anne yang sedang berjalan dengan langkah buru-buru ketempat dimana ia berada saat ini.     

"Bab..."     

Plak     

Sebuah tamparan keras mendarat diwajah Leon, seumur hidupnya Anne sudah menahan diri untuk tidak menghiraukan provokasi yang dibuat Leon dalam bentuk apapun untuk mengusik kehidupan rumah tangganya dengan Jack. Akan tetapi kali ini lain, Anne benar-benar sudah kehabisan kesabaran, semua amarah dan kebenciannya pada Leon meluap-luap keluar dari dadanya.     

"Anne..."     

"Bajingan, brengsek, pengecut, manusia hina, manusia sampah, manusia rendahan. Rasanya semua julukan itu tak cukup untuk menunjukkan betapa menjijikannya kau jadi manusia, Leon. Dulu saat kau berselingkuh dengan Steffi pertama kali aku sangat marah, aku marah pada kalian berdua yang sudah mengkhianatiku dan mengutuk Steffi bertahun-tahun karena sudah merebut suamiku. Tapi setelah aku bertemu Jack akhirnya aku sadar, ternyata Steffi adalah malaikat yang dikirim Tuhan padaku untuk menyelamatkan aku dari bajingan brengsek sepertimu. Kau tahu, sampai akhir hayatnya Steffi sangat mencintaimu. Meski caranya mendapatkanmu salah tapi cintanya tidak salah, cintanya tulus padamu bahkan ketika kau membuangnya setelah kau bosan dengannya. Steffi masih mencintaimu dengan tulus, Leon. Hingga akhirnya ia meninggal karena sakit ia masih sangat mencintaimu, dia membawa cintanya mati meninggalkanmu yang tak mendapatkan apa-apa. Kau benar-benar laki-laki paling brengsek yang aku kenal, Leon. Kau tak pantas menyandang nama belakang nenek Chaterine, kau tak pantas menjadi bagian anggota keluarga Ganke,"ucap Anne menggebu-gebu penuh umpatan pada Leon yang saat ini sudah terjatuh di tanah pasca ditampar Anne sebelumnya.     

"Ingat kata-kataku ini, Leon. Dari kita bertiga hanya kau lah yang tak akan bisa merasakan cinta, kau akan hidup dalam kehampaan. Ingat itu baik-baik."Anne kembali memberikan kalimat umpatan sebelum akhirnya berbalik dari hadapan Leon dan Jack yang sejak tadi diam melihat Anne marah-marah.     

Langkah Anne terhenti saat tiba didepan Edmund dan Jhonny ayahnya. "Kalian tahu, Daddy calvin sangat menyayangi kalian dan menganggap kalian anggota keluarganya. Aku yakin di surga sana Daddy pasti kecewa melihat semua yang kalian lakukan selama ini, berdoalah semoga Daddy dan kakek Muller memaafkan kalian."     

Setelah berkata seperti itu Anne kemudian bergegas menuju mobil yang sebelumnya ia naiki ketika turun dari pesawat meninggalkan semua orang yang sedang sangat terkejut melihatnya marah-marah.     

"Antar aku ke makam Steffi."     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.