I'LL Teach You Marianne

Mr.X



Mr.X

Sesampainya di apartement Jack kembali mendapatkan masalah dan masalah kali ini jauh lebih besar dari yang terjadi di kantor polisi sebelumnya, keberadaan the warrior yang muncul dikantor polisi sebelumnya ternyata dipermasalahkan oleh Anne. Meski sebelumnya dikantor polisi Anne terlihat tenang dan bersikap biasa saja, namun sesampainya di apertment kemarahannya membuat Jack dan para bodyguardnya itu tak berani mengangkat wajahnya.     

"Bukankah tadi kau berjanji tak akan marah padaku kalau aku bicara jujur, babe?"tanya Jack lirih.     

Anne menyipitkan kedua matanya. "Marah? Memangnya siapa yang marah? Aku yang marah? Oh tidak, aku tidak sedang marah. Aku hanya sedang kesal saja padamu."     

"Kalau tidak marah tolong jangan tatap aku seperti itu, aku tak mau ditatap dengan tatapan membunuh darimu, babe,"pinta Jack jujur.     

Anne mendengus, lalu mengalihkan pandangannya dari Jack.     

Mengabaikan Jack, Anne lalu mendekati anggota the warrior yang berbaris didepan pintu masuk dengan posisi tegak sempurna. "Katakan padaku, sudah berapa lama kalian di kota ini?"     

"Satu minggu, Nyonya."     

Anne tersenyum. "Wah cukup lama juga, ya. Lalu selama satu minggu itu apa saja yang sudah kalian semua lakukan?"     

"Menjaga keselamatan anda dan Tuan dari jauh, Nyonya. Kami membaur dengan masyarakat disekitar coffee shop."     

Anne menggigit bibir bawahnya, menahan amarah. Ingin rasanya ia mendekati Jack saat ini dan menggigit perutnya kuat-kuat, Jack sudah membodohinya. Meskipun yang dilakukan Jack tidak salah dengan menempatkan para penjaganya disekitar mereka, tapi kenapa Jack tak mengatakan hal ini terlebih dahulu padanya. Padahal sejak awal Jack sudah sesumbar ingin hidup dengan tenang, berdua saja dengan dirinya di Newcastle Upon Tyne seperti dulu.     

"Baiklah, sekarang kalian pergi kembali ke tempat tinggal kalian. Oh iya, kalian tinggal dimana?"     

"Kami tinggal di lima kamar yang berbeda di gedung ini, Nyonya. Tiga diatas lantai ini dan dua dibawa persis lantai ini."     

Anne menggeram, kesabarannya benar-benar sudah habis saat ini. Jack benar-benar mempermainkannya. "     

"Ok, kalau begitu sekarang kalian pergi dari hadapanku."     

Tanpa diperintah dua kali, sepuluh anggota the warrior langsung ambil langkah seribu. Menjauh dari sang nyonya yang siap meledak, selama sang nyonya bicara didekat mereka aura dingin dari tubuh sang nyonya sudah dapat mereka rasakan. Dalam waktu singkat kamar Anne dan Jack pun kembali sepi, bahkan saking heningnya suara detak jarum jam yang terpasang di dinding dapat terdengar jelas.     

"Babe..."     

"Aku ingin mandi, seluruh tubuhku sudah lengket dengan keringat. Jangan ajak aku bicara,"Anne langsung memotong perkataan Jack dengan cepat sambil berjalan menuju kamar mandi.     

Karena di dalam kamar mandi sudah tersedia jubah mandi yang bersih dan siap pakai Anne tak perlu mengambil jubah mandi terlebih dahulu, melihat Anne masuk ke dalam kamar mandi Jack menjadi lemas. Ia duduk di sofa yang empuk dengan tatapan kosong ke arah pintu kamar mandi yang kini tertutup rapat, Jack tak tahu harus mulai berbicara dari mana. Semua ini memang salahnya yang tak memberitahukan keberadaan the warrior pada Anne.     

Anne yang sudah berada dibawah guyuran shower pun nampak menikmati acara mandi malamnya itu, menggunakan air dingin yang menyegarkan tubuhnya Anne dengan telaten membersihkan setiap inci dari tubuhnya. Jangan lupakan juga dengan ritual keramasnya yang sudah ia lakukan terlebih dahulu beberapa saat yang lalu, setelah tiga puluh menit berlalu Anne kini sudah berdiri didepan kaca dengan tubuh yang sudah terbalut jubah mandi dan rambut yang sudah setengah kering pasca dikeringkan dengan handuk khusus sebelum di sempurnakan menggunakan hair dryer.     

Segala kemarahan dan kekesalannya pun sudah hilang saat ini, berganti dengan kesegaran yang luar biasa. Setelah memakai skincare dasar pada wajahnya, Anne kemudian berjalan keluar dari kamar mandi. Langkahnya terhenti saat melihat Jack sudah tertidur dalam posisi duduk di sofa, suara dengkur halusnya juga dapat Anne dengar dengan jelas. Sepertinya Jack benar-benar kelelahan setelah apa yang terjadi hari ini, senyum diwajah Anne semakin mengembang saat melihat meja yang ada dihadapan Jack dihias kelopak bunga mawar dengan tulisan Sorry yang cukup besar. Sepertinya Jack benar-benar menyesal dengan perbuatannya yang merahasiakan keberadaan para bodyguard terbaiknya di sekitar mereka.     

Anne menarik nafas dalam-dalam, menatap Jack penuh cinta.     

"Tidurlah sendiri malam ini, kau harus menikmati hukumanmu malam ini karena sudah menyimpan rahasia dariku, sayang,"ucap Anne dalam hati.     

Karena malam sudah sangat larut Anne memutuskan untuk segera tidur setelah berganti pakaian tidur, tidur seorang diri diranjang yang cukup besar membuat Anne sulit tidur pada awalnya. Namun setelah menyakinkan diri kalau saat ini Jack sedang ada bersamanya perlahan-lahan Anne pun memejamkan kedua matanya, menyusul Jack ke alam mimpi.     

***     

Jenewa, Swiss, 4.00 AM.     

Di salah satu kamar yang ada di apartemen mewah yang disewa Wayne Scott, saat ini Leon sedang menatap layar laptopnya yang sudah menghitam kehabisan daya. Sejak sore hari Leon berusaha menghubungi Giselle Allen, bonekanya agar melakukan rencana lanjutan. Namun semua panggilannya diabaikan Giselle, tak ada satupun pesan yang dibalas oleh wanita itu. Dan hal ini membuat Leon geram.     

"Tidak, rencanaku tidak boleh gagal. Aku sudah menunggu saat-saat seperti ini begitu lama, tinggal selangkah lagi aku bisa membawa pulang Marianne kembali,"geram Leon penuh tekad, kedua manik hazelnya membulat sempurna meski ia belum tidur semalam suntuk.     

Sejak mengetahui Anne hamil anak kedua dengan Jack, Leon menjadi lebih gila bekerja dibanding sebelumnya. Selama hampir satu tahun Leon bersungguh-sungguh dengan semua pekerjaannya, bahkan ia tak lagi memanggil para pelacur kelas atas ke rumah besarnya untuk memuaskan hasratnya lagi. Tekadnya yang besar untuk membawa Anne kembalilah yang membuat Leon bisa menahan diri. Hasil keuletan Leon berbuah manis, beberapa proyek film yang sebelumnya tertunda bisa selesai dalam waktu yang hampir bersamaan dan memberikannya keuntungan besar. Karena itu saat ini nama Leonardo Ganke kembali bersinar di kancah perfilman internasional sebagai produser film-film animasi terbaik.     

Semua rencana terbaik untuk menjebak Jack sudah Leon susun sangat rapi, bahkan para wanita yang mirip dengan Shopia Higgins sang cinta pertama sekaligus mantan tunangan Jack pun sudah Leon siapkan. Leon berniat menggoda Jack menggunakan wanita-wanita berwajah Shiopia Higgins agar hubungannya dengan Anne goyah, satu informasi yang selama ini Leon dapatkan dari orang terdekat Jack yang sudah membantunya sejauh ini adalah Jack mencintai Shopia Higgins.     

"Aku sudah sejauh ini, aku tak boleh gagal. Meskipun Giselle Allen menghilang tanpa kabar saat ini namun aku masih memiliki Mr X yang akan menjadi support sistem terbaikku,"ucap Leon dalam hati, selama satu tahun terakhir ini kobaran semangat Leon untuk mendapatkan Anne kembali membara karena sang Mr. X yang memberikannya dukungan semangat.     

Mr. X yang merupakan orang yang sangat mengenal Jack itu memberikan semua informasi pribadi Jack yang tak diketahui Anne, termasuk betapa tergila-gilanya Jack pada Shopia Higgins puluhan tahun yang lalu. Kecantikan dan kepopuleran Shopia membuat seorang Jackson Patrick Muller yang kala itu masih labil menjadi budak cinta Shopia, bahkan ketika mereka akhirnya bertunangan Jack masih sangat patuh pada semua permintaan Shopia. Sehingga tak heran ketika Shopia diketahui berselingkuh dengan pemain sepak bola Jack menjadi sangat hancur dan memilih mengasingkan diri. Meninggalkan perusahaan sampai dua tahun.     

Drrttt...     

Getaran dari ponsel yang ada disamping laptop membuat Leon tersadar dari lamunannya.     

"Tenang saja, aku sudah memiliki cara untuk membuat si pengecut itu muncul dari tempat persembunyiannya." Terdengar suara bariton rendah di ujung telepon begitu Leon mengangkat panggilan masuk ke ponselnya,     

Senyum Leon melebar. "Benarkah? Bagaimana caranya?"     

"Christian, bocah itu. Meskipun Jack sangat mencintai istrinya tapi dia tak mungkin mengabaikan putranya, ahli warisnya. Karena itu aku akan membuat Jack terkena serangan jantung dengan bermain-main bersama putranya yang menggemaskan itu,"jawab sang penelpon misterius dengan suara penuh keyakinan.     

Leon terkekeh, senyum liciknya mengembang sempurna. "Baik Tuan, saya percayakan padamu."     

"Ok, kau tak usah hiraukan wanita yang hampir gila itu. Dia sudah tak tak berguna lagi."     

"Siap Tuan, saya serahkan semuanya pada anda."     

Tutt....     

Panggilan pun terputus, Leon tersenyum menatap ponselnya yang menunjukan kombinasi angka nomor telepon sang Mr. X yang identitasnya sudah ia ketahui.     

"Tamat riwayatmu kali ini, Jack. Marianne akan segera kembali padaku, lihat saja nanti,"pekik Leon dengan suara cukup keras yang ditutup dengan tawa menyebalkan darinya yang menggema di seluruh ruangan kamar apartemennya.     

Karena moodnya sedang baik, Leon kemudian menghubungi seseorang yang sangat ia kenal di Jenewa.     

"Kirimkan dua wanita cantik dengan kulit sepucat susu padaku saat ini juga dan jangan lupa paksa mereka minum obat perangsang sebelum naik ke kekamarku,"ucap Leon datar saat memesan dua pelacur pada seorang mucikari kenalannya.     

Well, sekali brengsek tetaplah brengsek. Seperti yang Steffi tuliskan pada email yang ia kirimkan pada Anne beberapa hari yang lalu.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.