I'LL Teach You Marianne

Feeling



Feeling

"Bagaimana, Son? Apa dia berguna untuk rencana kita?"tanya seorang pria tua pada putranya yang baru saja meletakkan ponselnya di depan laptopnya yang menampilkan data-data keuntungan bersih Muller Finance Internasional dalam waktu satu tahun terakhir.     

"Tenang, Dad. Kita hanya tinggal duduk manis saja, pria ini mudah sekali diatur. Rencana kita untuk mengambil alih apa yang seharusnya menjadi milik kita kan segera terwujud,"jawab pria tampan yang sedang mengepalkan kedua tangannya diatas meja.     

"Haha...baguslah, kalau begitu lebih baik kau tidur. Hari sudah hampir pagi, kau harus jaga kesehatanmu. Setelah kita berhasil mengambil alih perusahaan kau akan sangat sibuk."     

"Aku mengerti, Dad. Kau tenang saja, setelah ini aku akan segera tidur."     

Pria tua yang sudah memakai piyama tidurnya itu kemudian meremas pundak putranya sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruang kerja sang putra, untuk kembali ke kamarnya. Sepeninggal sang ayah pria itu menatap layar laptopnya kembali sambil tersenyum, perlahan tangannya meraba layar kaptop yang menampilkan jumlah keuntungan bersih Muller Finance Internasional.     

"Apa yang akan menjadi milikku akan kembali padaku, kali ini tamat riwayatmu, Jack,"ucap pria itu pelan dengan suara bergetar, setiap menyebut nama Jack emosinya selalu tak terkontrol.     

***     

"No!!!"     

Jack membuka kedua mata biru langitnya dengan cepat bersamaan dengan teriakan yang keluar dari bibirnya. Seluruh baju yang melekat pada tubuhnya sudah basah dengan keringat. Mimpi buruk, damn.     

Sebuah mimpi buruk tiba-tiba saja mengusik tidur tenang Jack, setelah bersama Anne kembali baru kali ini Jack mengalami mimpi buruk kembali.     

Jack menyeka wajahnya yang basah menggunakan kedua tangannya. "Sepertinya karena aku tak mandi dan berganti pakaian makanya mimpi buruk itu muncul,"gumam Jack lirih sebelum akhirnya senyumnya mengembang saat melihat posisi tidur Anne yang menantang dengan kancing piyama yang terbuka sehingga membuat kedua benda indah kesukaan Jack terlihat jelas.     

"Fuck, hei you little bird. Tak bisakah kau santai sebentar? Jangan menyiksaku, your mama sedang tak mungkin mau menyenangkanmu."Jack bicara sendiri saat merasakan benda dipangkal pahanya membesar dan terasa sesak akibat kemolekan tubuh Anne.     

Karena hari sudah hampir pagi dan tak bisa tidur lagi, Jack memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya dikamar mandi. Dengan menggunakan air dingin Jack membasahi kepalanya, Jack tak mengerti kenapa mimpi buruk kembali datang padanya setelah berbulan-bulan ia memiliki kualitas tidur yang sangat baik. Karena perutnya terasa lapar tiba-tiba Jack memutuskan untuk tak berlama-lama melakukan ritual wajibnya setelah bangun tidur, menggunakan handuk yang cukup besar untuk membalut tubuh bawahnya Jack pergi ke dapur untuk membuat makanan.     

Meski jam sudah menunjukkan pukul lima pagi namun Jack tak mau membangunkan Anne, Jack lebih memilih untuk membuat makanannya sendiri. Dengan bacon panggang yang terakhir dibuat Jack kemudian menikmati sarapan paginya dengan lahap, sesekali Jack melirik ke arah Anne yang masih dalam posisi yang sama. Terlentang dengan dada yang terbuka.     

"Kau memang nakal, babe. Beraninya tidur dalam posisi seperti itu,"gumam Jack lirih dengan mulut penuh makanan.     

Setelah menghabiskan sandwich buatannya Jack kemudian meraih ponselnnya yang sejak tadi malam ia charge di atas meja, ketika ponselnya diaktifkan Jack terkejut saat mendapatkan puluhan pesan masuk yang dikirim Erick, Luis, Nicholas dan Aaron. Keempat orang yang saat ini menggantikan semua pekerjaannya itu serempak mengirimkan pesan padanya, meski pesan yang berbeda.     

"Giselle Allen dibawa pindah oleh keluarganya setelah dirinya dituduh sebagai otak dari serangkaian serangan yang mengusik anda, Tuan."     

Jack membaca pelan pesan yang dikirimkan Erick padanya, perlahan ia melipat ponsel pintar keluaran brand asal Korea itu dengan perlahan.     

Perlahan Jack menoleh ke arah Anne yang masih terlelap dalam tidurnya, Jack mengingat kembali kata-kata yang diucapkan Anne sebelumnya. Kini Jack semakin yakin kalau Giselle hanyalah pion yang dikendalikan Leon, hanya saja Jack merasa ada sesuatu yang janggal dari semuanya. Entah darimana Jack merasa Leon bukanlah otak sesungguhnya dari serangkaian peristiwa yang membuatnya dalam masalah, pasalnya Jack yakin Leon tidak serapi itu dalam menyusun rencana seorang diri.     

Kalau sebelumnya Jack merasa Leon adalah otak dibalik semua tindakah Giselle, kini Jack merasa ada orang lain lagi yang ada dibalik sepak terjang Leon. Orang yang sangat mengerti dirinya, secara tiba-tiba tubuh Jack menegang saat terlintas sebuah nama yang tak asing dalam otaknya.     

Tanpa menunggu lama Jack kemudian keluar dari kamar dengan ponsel yang sedang mencoba menghubungi Erick, Jack yakin Erick pasti sudah bangun. Perbedaan waktu yang hanya satu jam dengan Swiss membuat Jack tak kesulitan ketika berkomnunikasi dengan Erick.     

"Iya Tuan." Suara serak khas bangun tidur dari Erick terdengar jelas ditelinga Jack.     

Jack tersenyum dan menatap jam tangan yang terpasang ditangan kirinya. "Kau sudah bangun, kan?"     

"Sudah Tuan, kesadaran saya sudah kembali 100 % saat ini, Tuan." Erick yang paham kemana arah pembicaraan sang tuan langsung menjawab seperti itu.     

"Bagus, dengarkan aku baik-baik. Selidiki apa saja yang sudah dilakukan Edmund Immanuel dan ayahnya Jhonny selama beberapa bulan terakhir ini, aku minta datanya jam 12 siang ini,"ucap Jack tegas, nada bicaranya meninggi saat menyebut nama sang saudara sepupu yang tak ada hubungan darah itu.     

"Edmund Immanuel, apa anda merasa pria itu ada hubungannya dengan serangkaian kekacauan ini, Tuan?"tanya Erick dengan cepat.     

Jack berdehem. "Entahlah, feelingku tiba-tiba saya terhubung pada Edmund dan ayahnya yang gila itu setelah membaca pesan yang kau kirimkan soal Giselle."     

Erick yang sebenarnya baru tertidur satu jam pasca bercinta dengan Alice itu langsung bangun dari ranjang besarnya tanpa menggunakan kain penutup sehingga tubuh telanjangnya terekspos sempurna. "Baik, Tuan. Saya akan meminta anak buah saya untuk menyelidiki Edmund, memang rasanya aneh tiba-tiba saja Edmund dan ayahnya tak berbuat apa-apa setelah dia datang ke kantor waktu itu."     

"Nah kau menyadarinya juga, bukan? Ya sudah kalau begitu, kerjakan semuanya dengan rapi tanpa ada kekurangan. Aku akan menghubungi Luis untuk memastikan kondisi Christian, aku khawatir Christian dijadikan sasaran oleh sepupu brengsek itu untuk menekanku. Aku tahu akal licik Edmund dan ayahnya,"ucap Jack kembali.     

"Siap Tuan, saya akan langsung melakukan perintah anda."     

Jack tersenyum dan mematikan panggilannya sebelum akhirnya menghubungi Luis di Luksemburg, tak butuh waktu lama panggilan Jack langsung diterima Luis yang memang terbiasa bangun pagi itu. Keduanya pun terlibat pembicaraan yang serius selama hampir sepuluh menit, beberapa kali Jack menyebut nama Leon dan Edmund. Dua orang pria yang masih mengusik kebahagiaan rumah tangganya sampai saat ini, meskipun tujuannya berbeda.     

"Aku memang belum memiliki bukti, tapi perasaanku tertuju pada Edmund dan ayahnya yang masih saja berharap bisa memiliki Muller Finance Internasional. Karena itu aku memintamu untuk memperketat penjagaan, jangan terima siapapun yang ingin datang mendekat. Aku tak mau terjadi apa-apa pada Christian, Christian adalah harapan masa depanku, Luis,"ucap Jack serak     

"Anda tenang saja, Tuan. Saya akan mempertaruhkan nyawa saya untuk menjaga Tuan muda."     

Jack menipiskan bibirnya. "Terima kasih, Luis. Aku percayakan putraku padamu,"ucap Jack pelan sebelum akhirnya menutup teleponnya.     

Saat sudah memasukkan ponselnya kedalam saku Jack menengadahkan wajahnya ke langit yang mulai sedikit terang. "Maafkan aku, Dad. Kalau saudara angkatmu dan putranya itu terus mengusik keluargaku maka aku tak akan segan kali ini, aku harap kau tak marah padaku dari atas sana."     

Selama ini Jack memang menahan dirinya untuk tidak menghabisi Edmund dan ayahnya yang merupakan saudara angkat sang ayah, semasa hidupnya dulu Calvin Muller dan Jhonny yang saat itu masih menyandang nama Muller sebagai nama belakangnya sangat akrab. Karena itu Calvin selalu berpesan pada Jack untuk selalu memaafkan semua kesalahan yang dilakukan Edmund, tapi semenjak tahu Edmund adalah pria yang mengambil kesuciaan Shopia Higgins yang saat itu berstatus sebagai tunangannya, Jack pun menjadi sangat membencinya sampai saat ini. Apalagi ditambah ambisi Edmund yang sampai saat ini ingin merebut perusahaannya.     

"Kesabaranku sudah habis, Edmund. Kalau terbukti kau adalah orang yang selama ini mencoba mencelakaiku maka jangan salahkan aku jika kali ini aku membuatmu menyesal,"ucap Jack pelan penuh tekad.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.