I'LL Teach You Marianne

Menyelesaikan masalah



Menyelesaikan masalah

Anne terbangun saat sinar matahari mengenai wajahnya yang menembus tirai dikamar tidurnya, begitu kedua matanya terbuka Anne langsung mencari Christian yang ternyata masih tidur dalam posisi terbaiknya dengan kaki berada disamping wajah Anne.     

Anne terkekeh geli saat menyentuh jemari mungil putranya. "Anak siapa kau, baby. Tidur seperti ini sekali."     

Setelah memperbaiki posisi tidur sang putra Anne kemudian beranjak turun dari ranjang untuk pergi ke kamar mandi, namun baru saja menapakkan kakinya Anne sudah meringis kesakitan. Otaknya pun langsung memutar memory yang sudah terjadi kemarin, seketika Anne langsung mengangkat kakinya untuk melihat seberapa dalam luka yang ia dapatkan pasca berlarian dari pintu gerbang utama ke dalam rumah tanpa menggunakan sepatu.     

"Sepertinya luka ini cukup dalam,"gumam Anne lirih saat melihat luka-luka di kakinya yang menggores telapak kaki mulusnya.     

Karena tak mau terjadi infeksi Anne kemudian menghubungi pelayan untuk membantunya mandi dan membersihkan luka di kedua telapak kakinya, tak butuh waktu lama tiga orang pelayan pun langsung ke dalam kamar Anne. Ketika memekik kecil saat melihat telapak kaki sang nyonya yang terluka.     

"Bantu aku mandi, sepertinya aku tak bisa mandi sendiri,"ucap Anne lembut sambil tersenyum, kecuali kedua matanya yang masih sembab dan rambut yang acak-acakan penampilan Anne masih enak dipandang. Kecantikannya yang alami tanpa make up membuatnya tetap terlihat sempurna meski baru bangun tidur.     

Ketiga pelayan wanita itu kemudian mendekati sang nyonya, memapahnya masuk kedalam kamar mandi. Sesekali Anne meringis kesakitan saat merasakan perih yang menusuk dikedua telapak kakinya, beruntung Christian tertidur dengan lelapnya sehingga ia tak tahu jeritan-jeritan kecil dari sang ibu dari kamar mandi ketika para pelayan membersihkan lukanya.     

"Kita panggil dokter saja, Nyonya,"ucap salah satu pelayan dengan khawatir.     

Anne yang sedang dibantu keramas lalu mengangkat sedikit kepalanya menatap ke arah pelayan yang sedang memberihkan kakinya. "Kenapa memangnya?"     

"Ada batu yang tertinggal di kaki anda dan saya tak berani mengambilnya, saya takut, Nyonya,"jawabnya takut-takut.     

"Batu?"     

"Iya Nyonya, dikedua telapak kaki anda ada dua batu tajam yang tertinggal. Kami benar-benar tak berani, Nyonya. Lebih baik kita panggil dokter, supaya bisa mendapatkan penanganan lebih cepat untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, Nyonya."     

Anne mendesah panjang. "Baiklah, hubungi dokter Leo jangan dokter Caitlyn. Dokter Caitlyn sedang standby di rumah sakit karena sebentar lagi Linda akan melahirkan."     

"Baik Nyonya."     

Salah satu pelayan bergegas keluar dari kamar mandi untuk menghubungi dokter Leo, sementara dua pelayan lainnya mempercepat gerakan supaya sang nyonya bisa lebih cepat selesai mandi. Dalam waktu yang tak lama Anne pun sudah duduk di pinggiran bathup dengan tubuh terbalut handuk, butuh waktu yang sedikit lebih lama untuk mengeringkan rambut panjangnya yang tebal setelah itu baru semua ritual mandinya benar-benar selesai.     

Anne meringis saat merasakan pisau bedah dokter Leo mulai merobek kakinya lebih dalam untuk mengeluarkan dua batu yang terjebak disana.     

"Tahan Nyonya, masih ada kotoran yang harus dibersihkan,"ucap dokter Leo pelan dari balik masker medisnya.     

"Kenapa perih sekali, dok?"     

"It's ok, Nyonya. Itu alkoholnya sedang bekerja,"jawab dokter Leo kembali.     

Anne memejamkan kedua matanya saat merasakan perih luar biasa mendera kakinya ketika dokter Leo kembali menyemprotkan cairan alkohol pada lukanya sebelum diberikan obat untuk menghilangkan kuman-kuman yang tertinggal supaya tak terjadi infeksi. Setelah memberikan obat, dokter Leo mulai membalut kedua kaki Anne menggunakan kain kasa.     

"Really, dok?"tanya Anne tak percaya saat melihat kedua telapak kakinya yang sudah dibalut kain kasa.     

Dokter Leo tersenyum. "Untuk penyembuhan lebih cepat, Nyonya."     

"Aku tahu, tapi ini berlebihan. Aku tak mungkin akan bisa berjalan dengan kondisi seperti ini,"gerutu Anne kesal.     

Dokter Leo tak merespon perkataan Anne kembali, sebenarnya kemarin ia sudah melihat luka di kedua kaki Anne. Namun karena kemarin situasinya sedang tidak kondusif dokter Leo tak bertindak, karena itu hari ini ia memberikan perlindungan ekstra pada kedua telapak kaki Anne. Karena tugasnya sudah selesai dokter Leo pun berpamitan pada Anne untuk kembali ke rumah sakit, sebelum benar-benar pergo dokter yang sudah tak muda lagi itu memberikan kecupan pada kening Christian yang tertutup rambut. Christian terkekeh geli sat merasakan ujung kumis dokter Leo menyentuh kulit lembutnya, yang mana itu membuatnya terlihat semakin menggemaskan dan membuat dokter Leo menciumnya lagi dan lagi.     

Dari atas ranjang Anne tersenyum melihat pemandangan hangat itu, dokter Leo dan dokter lainnya yang bekerja untuk keluarga Clarke berperan penting dalam setiap detail perkembangan Christian yang semakin pintar dan sehat melebihi anak seusianya. Tentu saja pertumbuhan Christian dipantau ketat, calon ahli waris keluarga Clarke yang memiliki kerajaan bisnis hampir disemua lini industri itu harus mendapatkan perawatan terbaik supaya pada saatnya nanti ketika ia dewasa siap mengemban tugas berat memimpin jutaan orang yang menggantungkan nasib pada perusahaannya.     

Anne menoleh ke arah pelayan yang berdiri didekat pintu. "Jack, dimana dia?"     

Really Anne? Hari sudah hampir siang dan kau baru menanyakan keberadaan suamimu?     

"Tuan terbang ke Swiss tadi pagi saat anda belum bangun bersama Erick dan Luis, Nyonya."     

"Terbang ke Swiss?" Kedua alis Anne terangkat saat bicara.     

"Iya, yang saya dengar tadi katanya Tuan ingin menangkap pelaku atas teror kemarin, Nyonya."     

Anne langsung menggigit bibir bawahnya dengan kuat bersamaan teremasnya ujung selimut yang menutupi tubuhnya saat mengingat teror yang terjadi kemarin di halaman rumah, meski pelakunya tewas namun rasa takut Anne kembali datang apalagi saat mengetahui sasaran mereka adalah putranya. Putra semata wayangnya yang berharga.     

"Tenang Nyonya, kejadian semacam itu tak akan terjadi lagi pada kita. Saat ini sudah ada polisi dan anak buah Tuan yang berjaga di sekitar rumah sampai dua lapis, jadi anda bisa tenang beristirahat didalam rumah,"ucap pelayan itu kembali sambil tersenyum mencoba menenangka sang nyonya yang terlihat sekali sedang tegang.     

Anne menegakkan tubuh, menoleh ke arah sang pelayan yang kini sudah berada disampingnya. "Apa kau tahu siapa orang yang ingin ditangkap suamiku?"     

"Kalau saya tidak salah dengar tadi Tuan Erick sempat menyebut nama dua orang samar-samar, kalau tidak salah namanya adalah Edmund dan Leo."     

"Leon, bukan Leo." Anne membenarkan ucapan sang pelayan dengan suara bergetar.     

"Nah iya benar, Nyonya. Tapi tunggu, apa anda mengenal kedua pria itu?"tanya pelayan itu kembali penasaran.     

"Edmund adalah anak dari saudara angkat ayah Jack dan Leon adalah mantan suamiku yang sudah mengkhianatiku beberapa tahun lalu jauh sebelum aku bertemu dengan Jack di Inggris,"jawab Anne datar.     

"Jesus."     

Anne tersenyum mendengar reaksi sang pelayan. "Kalau begitu kau boleh keluar, aku ingin tidur. Sepertinya obat yang diberikan dokter Leo mulai bekerja."     

"Baik Nyonya, permisi."     

Pelayan itu langsung keluar dari kamar Anne dengan cepat sembari membawa sebuah mangkok khusus yang sebelumnya digunakan untuk membersihkan kaki Anne, begitu pintu tertutup Anne meraih ipad miliknya yang berada diatas nakas. Anne mencoba mencari tahu apa yang dilakukan Jack, namun niatnya terhenti ketika kembali menemukan email masuk dari Steffi. Anne yakin si pengirim email itu adalah Steffi mengingat simbol huruf S pada akhir email yang tertulis untuknya.     

"Ya Tuhan Steffi...."pekik Anne dengan keras saat melihat sebuah foto dari tautan email yang ia terima dari Steffi.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.