I'LL Teach You Marianne

Blank



Blank

Dengan menggunakan piyama mandinya Viona duduk disofa menatap layar televisi yang sedang menyiarkan berita penangkapan Leon, Edmund dan Jhonny Immanuel. Dakwaan yang dituduhkan pada mereka pun cukup berat, apalagi dengan banyaknya tuntutan yang diajukan para pengacara pribadi Muller Finance Internasional yang sejak tadi belum meninggalkan kantor polisi.     

"Here,"ucap Jack lembut sembari memberikan segelas wine pada Anne.     

Anne tersenyum dan menerima wine yang diberikan Jack, Anne sudah bisa sedikit-dikit menikmati alkohol dengan catatan hanya minum dihadapan Jack saja. Tidak boleh didepan orang lain atau bersama orang lain, karena daya toleransi tubuh Anne belum begitu baik terhadap alkohol.     

Jack menenggak wine yang ada digelasnya sampai tandas. "Akhirnya hama-hama itu masuk ketempat seharusnya."     

Anne tersenyum. "Kau yakin mereka akan dipenjara?"     

"Kau meragukanku?"     

"Bukan, aku hanya bertanya saja. Baik Leon dan paman serta saudara sepupumu itu bukanlah orang baik, aku yakin sekali mereka akan menggunakan segala cara untuk melepaskan diri dari kasus ini."     

Jack menipiskan bibirnya dan menuang kembali wine kedalam gelasnya yang sudah kosong. "Tidak untuk kali ini, aku sudah pastikan mereka akan mendekam di penjara dalam waktu yang sangat lama. Kedua mata Jack masih tertuju pada televisi yang menayangkan semua yang terjadi dikantor polisi, bahkan dari televisi Jack bisa melihat Erick dan Luis yang sedang duduk disamping pengacara pribadinya.     

Anne menghela nafas panjang untuk menyamarkan rasa pusing yang tiba-tiba menyerang kepalanya, sepertinya kondisi tubuhnya sedang tidak bagus saat ini. Padahal Anne hanya minum satu tenggak saja, tapi kepalanya langsung bereaksi. Anne yakin ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin ketika ia menggila saat mengetahui Christian menjadi sasaran penjahat yang diperintah Edmund dan Leon.     

"Kau baik-baik saja, Anne?"tanya Jack pelan saat melihat Anne sudah berbaring di ranjang.     

"Kepalaku sakit, sepertinya aku tidak cocok dengan wine itu."     

Jack langsung meletakkan gelasnya diatas meja dan berjalan menyusul Anne ke ranjang, langkahnya terhenti saat melihat kaki Anne yang masih memaki jaring antibiotik yang menutup lukanya. Jack sudah tahu Anne terluka, dokter Leo sudah memberitahukan masalah itu padanya tadi pagi begitu ia mengobati Anne.     

"Kalau begitu tidurlah, tapi tunggu. Apa luka di kakimu ini sudah diganti jaring antibiotiknya?"     

Anne menggeleng perlahan, rasa sakit yang menusuk kepalanya membuatnya tak bisa membuka bibir menjawab pertanyaan Jack. Melihat jawaban Anne membuat Jack langsung bangun dari ranjang, mencari kotak p3k. Tak lama Jack kembali dengan peralatan khusus untuk luka ringan seperti yang Anne alami, dengan hati-hati Jack membuka jaring antibiotik yang terpasang dikaki Anne bersamaan dengan kain kasa yang membalutnya.     

Bak seorang profesional Jack membersihkan dan kembali memasang jaring antibiotik yang baru untuk membantu penyembuhan luka dikaki Anne dalam waktu yang cukup singkat, kain kasa penutup pun juga sudah kembali melilit kedua telapak kaki Anne yang terluka karena berlari kemarin.     

"Aku berjanji, ini adalah luka terakhir yang kau miliki, sayang,"ucap Jack lembut saat memberikan kecupan di punggung tangan Anne yang sudah terlelap.     

Anne tak merespon apapun, sepertinya alkohol yang ia minum sedikit itu sudah membuatnya terlelap. Secara tak sengaja Jack melihat ada butiran air mata mengalir dari kedua sudut mata Anne.     

"It's over baby, semuanya sudah selesai. Steffi sudah mendapatkan balasan yang setimpal atas semua perbuataannya dan kini Leon juga akan mempertanggungjawabkan semuanya, kau tak perlu menangis lagi sayang. Setelah ini keluarga kita akan bahagia kembali selama-lamanya bersama anak-anak kita."Jack berbisik tepat ditelinga Anne ketika sudah membersihkan air mata sang istri sebelum akhirnya ia pergi dari ranjang karena tak mau menyakiti Anne.     

Sepertinya alkohol sialan itu bukan hanya memabukkan Anne saja. Seluruh tubuh Jack beraksi, panas, bergolak menginginkan Anne saat ini, detik ini juga. Tapi kewarasan Jack masih tersisa, karena itu ia lebih memilih untuk segera keluar dari kamar mereka yang sudah terasa panas menuju kamar mandi untuk mendinginkan tubuhnya.     

***     

Erick tersenyum saat semua bukti yang ia bawa dari kamar hotel tempat Steffi menginap berguna, baik Leon ataupun Edmund serta ayahnya tak bisa berkutik. Steffi benar-benar berhasil mencuri semua data penting milik Leon yang berisi perjanjian kerja samanya dengan Edmund Immanuel dalam upaya menjatuhkan Jack dan merebut Muller Finance Internasional, kini Erick berpikir keras. Bagaimana cara wanita itu mendapatkan semua file penting seperti ini.     

Luis yang baru saja membubuhkan tanda tangan di surat gugatan terhadap ketiga orang itu kemudian menghampiri Erick. "Ayo pulang, kita harus melaporkan kabar bahagia ini pada Tuan."     

"Aku masih tak habis pikir, Luis."     

"Kenapa? Ada hal lain yang mengusik pikiranmu?"     

Erick mengangguk pelan. "File dari laptop Steffi, aku penasaran bagaimana cara wanita itu mendapatkan semuanya tanpa ada yang tertinggal? Rasanya sangat tidak mungkin ada orang luar yang mampu mencuri file ini kecuali..."     

"Kecuali mereka bersekongkol, begitu?"potong Luis dengan cepat.     

"Yes."     

Luis terkekeh mendengar perkataan Erick, sebenarnya apa yang Erick katakan tidak salah. Karena orang lain pun akan mengira Steffi masih ada di pihak Leon sampai ia ditemukan tewas, kalau saja Anne tidak mengatakan ia sedang berkomunikasi dengan Steffi dan membahas semua rencana jahat yang sudah dan akan dilakukan Leon bersama Edmund dan Jhonny Immanuel.     

"Steffi masih berstatus istri Leonardo Ganke sampai ia tewas, jadi sangat mudah untuknya mengikuti kemanapun suaminya pergi. Bahkan dengan menunjukkan bukti kalau mereka adalah suami istri Steffi bisa mendapatkan kunci cadangan kamar hotel Leon dengan sangat mudah, sampai sini kau paham?"     

Erick menganggukkan kepalanya berkali-kali, apa yang diucapkan Luis benar. Apalagi Steffi bukanlah seorang wanita bodoh.     

"Hilangkan pikiran jelekmu pada wanita yang sudah meninggal, walau bagaimanapun di akhir hayatnya dia sudah berbuat baik untuk Nyonya. Jadi kita tak perlu menghujatnya lagi, biarkan dia tenang diatas sana bersama Tuhan,"ucap Luis kembali.     

"Iya kau benar, sepertinya aku masih terbawa kebencianku padanya atas semua yang sudah ia lakukan dulu pada Nyonya. Tapi ya sudahlah, Nyonya sudah memaafkannya jadi aku juga harus menghilangkan kebencianku padanya."     

Luis terkekeh dan menepuk pundak Erick perlahan. "Itu baru Erick yang aku kenal."     

Erick tersemyum dan merapikan barang-barangnya kedalam tas bersiap untuk pulang, pada saat akan berjalan menyusul Luis yang sudah pergi terlebih dahulu Erick secara tak sengaja melihat Leon yang masih duduk dengan tatapan kosong. Sepertinya berita kematian Steffi membuatnya sedikit terpukul, meskipun sudah mencampakkan Steffi tapi hadiah cincin pernikahan milik Steffi yang Jack sebelumnya berikan sudah membuat Leon tak bisa berpikir jernih apalagi ditambah dengan video yang Jack tunjukkan.     

Kondisi terakhir Steffi yang berlimang darah diranjang hotel benar-benar membuat pikiran Leon blank, ia bahkan tak mendengarkan dan memperdulikan semua dakwaan yang dituduhkan padanya. Begitu juga pada saat statusnya dinaikkan menjadi tersangka, tak ada respon apapun yang ditunjukkan Leon.     

Well, sepertinya ada yang menyesal. Tapi percuma, penyesalan itu tak berguna karena saat ini Steffi sudah tidur dengan tenang di rumah barunya meninggalkan semua kesakitan yang ia dapatkan selama menjadi istri Leon.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.