I'LL Teach You Marianne

Love in the air



Love in the air

Entah sudah berapa menit Jack menopang kepalanya sembari terus menatap Anne yang masih terlelah. Terlihat sekali betapa lelahnya Anne saat ini, setelah kemarin Jack membuat Anne menggila di bathtub Jack kembali memberikan kenikmatan lainnya di ranjang, sofa bahkan di dapur saat mereka membuat makan malam. Dengan tidak adanya pelayan dirumah membuat Jack sangat leluasa mewujudkan semua fantasi yang selama ini hanya terpendam dalam kepalanya saja, meski di lain sisi ia harus kerepotan dalam menyiapkan makanan. Tapi itu semua terbayar karena apa yang kemarin ia lakukan benar-benar membuatnya puas begitu juga dengan Anne, sudah tak terhitung banyaknya Anne mencapi pelepasannya saat Jack menyentuhnya, menyatukan tubuh mereka berdua dalam berbagai posisi.     

Ada gurat kelelahan dalam wajah Anne pagi ini, bahkan kantung matanya dapat Jack lihat tapi hal itu tak mengurangi kecantikkannya sama sekali. Anne masih cantik dan sempurna seperti biasa, senyum menyebalkan Jack semakin tersungging lebar saat melihat ke arah dada dan leher yang sudah dipenuhi tanda kepemilikan hasil karyanya.     

Suara getaran ponsel diatas nakas yang berada disamping tempat tidurnya membuat perhatian Jack teralihkan, ingin rasanya Jack melempar jauh-jauh ponselnya ke luar kamar karena sudah mengganggu kesenangannya pagi ini akan tetapi karena Anne sedikit terganggu dengan suara getaran itu alhasil Jack mengalah dan memilih mengambil ponselnya untuk melihat siapa yang sudah menghubunginya.     

Satu alis Jack terangkat saat melihat nama Luis muncul dilayar ponselnya, Luis juga termasuk salah satu orang yang tak Jack izinkan tinggal dirumahnya.     

"Kau tahu konsekuensinya bukan, jika mengganggu kesenanganku?"ucap Jack datar sembari berjalan menuju jendela besar yang ada dikamarnya untuk menutup tirainya agar suasa kamar tetap nyaman untuk Anne tidur meski hari sudah cukup siang.     

"Maaf Tuan, tapi saya rasa anda harus tahu kabar ini. Leonardo Ganke tidak ditahan, hasil pemeriksaan para dokter menyatakan kalau pria itu mengalami gangguan kejiwaan." Suara Luis terdengar lantang saat bicara.     

Kedua mata Jack membulat sempurna. "Katakan lebih detail."     

Di ujung sambungan Luis mulai menceritakan apa yang sudah terjadi pada Leon, kemarin pada saat Leon dan Edmund serta Jhonny dibawa ke kantor polisi tiba-tiba saja Leon tertawa sendiri dan lebih parahnya ia mulai berbicara seorang diri saat berada di sel tahanan. Bahkan Leon sempat memeluk bantal dan memberikan ciuman berkali-kali pada bantal kotor itu dengan menyebut-nyebut nama Steffani, karena aktivitas Leon yang meresahkan itu akhirnya para polisi memanggil dokter jiwa untuk memeriksa kondisinya dan setelah melakukan pemeriksaan menyeluruh Leon dinyatakan tak bisa ditahan karen mengalami gangguan jiwa.     

Selama Luis bicara Jack tak menginterupsi sama sekali, ia diam dan menjadi pendengar yang baik dengan menutup bibirnya rapat-rapat.     

"Saya sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit jiwa menyusul Erick dan Alice yang sudah tiba terlebih dahulu,"ucap Luis pelan menutup ceritanya.     

Jack mengalihkan pandangannya dari halaman luasnya kepada Anne yang masih terlelap di ranjang dalam damai dengan selimut tebal yang menutupi tubuh telanjangnya. "Ok, sebutkan nama rumah sakitnya. Aku akan kesana bersama istriku."     

Percakapan mereka pun terputus tepat setelah Jack meminta dialamat rumah sakit jiwa yang digunakan untuk merawat Leon, Jack terduduk di kursi dengan lemas. Meski harapannya adalah Leon mendapatkan balasan setimpal atas semua perbuatannya selama ini namun jujur saja ia tak pernah mengharapkan hal semacam ini terjadi, seorang lelaki penguasa yang pintar dan hebat seperti Leonardo Ganke berakhir di rumah sakit jiwa? Itu sungguh hal yang sangat mustahil. Andai saja bukan Luis yang menceritakan masalah ini mungkin saja Jack tak akan percaya.     

Setelah terdiam cukup lama tanpa melakukan apa-apa di kursi perlahan Jack mendekati Anne di ranjang, demi Tuhan ia sangat tidak tega membuat Anne terbangun dari tidurnya. Tadi malam Anne tidur saat matahari hampir terbit, Jack yakin sekali saat ini Anne pasti tak punya tenaga.     

Sentuhan tangan Jack yang dingin mendarat di pipi Anne yang kemerahan, merasa terganggu Anne sedikit mengeliat mencoba menghindari gangguan di pipinya dan Jack terkekeh akan hal itu. Bahkan dalam keadaan tidak sadar Anne masih sangat menggemaskan.     

"Babe..wake up."     

Jack berbicara dengan lembut di dekat telinga Anne yang masih tertutupi rambut panjangnya. Anne yang masih sangat mengantuk tak merespon perkataan Jack, ia mengabaikannya dan memilih untuk tetap tidur.     

"Bangun atau aku akan membuatmu kembali tertidur nyenyak dengan..."     

"Aku bangun, aku bangun Jack!!" Anne menjerit keras dengan kedua mata yang terbuka lebar, ajaib Anne langsung terbangun saat mendengar ancaman Jack.     

Jack terkekeh geli. "Maafkan aku, tapi kau harus bangun. Ada tempat yang harus kita kunjungi saat ini juga, babe"     

Dengan mata yang masih sangat berat Anne menatap Jack. "Mau pergi kemana? Aku lebih suka diranjang ini, Jack." Anne merengek penuh harap. "Aku lelah sekali, kau benar-benar membuatku tak memberikan aku kesempatan untuk beristirahat kemarin."     

Bibir Jack menipis mendengar ucapan Anne. "Ok maakan aku, aku kemarin memang bersalah karena terlalu bersemangat. Tapi kali ini aku membangunkanmu bukan untuk melakukan itu atau mengajakmu bersenang-senang."     

"Apa maksudmu? Aku tak paham kemana arah pembicaraanmu Tuan Clarke."     

"Aku ingin mengajakmu ke rumah sakit..."     

"Kenapa? Apa ada yang terluka? Siapa yang terluka? Erick, Alice, Luis atau Christian??"     

Jack menggelengkan kepalanya sembari menyentuh pipi Anne dengan lembut. "Bukan, bukan mereka semua. Mereka baik-baik saja."     

"Lalu siapa Jack?"     

"Kau akan tahu jika sudah sampai disana, ayo lebih baik sekarang kau bersiap. Yang lain juga sudah tiba dirumah sakit itu,"jawab Jack lembut berusaha menyibak selimut yang menutupi tubuh Anne, jakunnya naik turun saat kembali melihat keindahan tubuh Anne didepan matanya. Tahan Jack, tahan.     

"Please, jangan bermain-main denganku Jack,"desah Anne kesal.     

Seketika darah dalam tubuh Jack bergolak, dengan gerakan cepat Jack mendorong Anne kembali ke posisinya semula berbaring diatas ranjang. Benda diantara kedua paha Jack yang sudah keras juga menekan paha Anne yang tak tertutup apa-apa, Anne pun langsung menutup rapat-rapat bibirnya saat merasakan ada bahaya yang sedang mengintainya.     

"Not again, aku lelah Jack,"erang Anne penuh harap, kedua mata sayunya justru semakin membuatnya ingin sekali disentuh dan Jack ingin menyentuhnya lagi sekarang, saat ini juga.     

"Aku tahu, aku juga tak setega itu padamu, sayang. Kali ini kau harus benar-benar bangun, kedatangan kita di rumah sakit itu sudah ditunggu yang lain,"ucap Jack serak tanpa mengalihkan pandangannya dari kedua pucuk dada Anne yang sudah membusung siap untuk di nikmati.     

"Ok, kalau begitu lepaskan aku sekarang. Sepertinya kita harus bergegas, Jack."     

Damn, suara serak Anne itu langsung membuat Jack menggila. Seluruh tubuhnya panas minta didinginkan dan hanya Anne yang mampu melakukan itu.     

"Persetan dengan mereka,"ucap Jack kembali sebelum akhirnya melahap pucuk dada Anne yang sejak tadi menantangnya.     

Pekikan kecil dari Anne membuat Jack semakin liar, satu tangannya langsung meremas dada Anne yang lain dengan gerakan lembut-keras yang membuat gairah Anne kembali tersulut dan menerima Jack seutuhnya masuk kedalam tubuhnya yang ternyata juga masih sangat menginginkan Jack.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.