I'LL Teach You Marianne

'Menyusul'



'Menyusul'

Dunser, distrik West Somerset.     

Sudah tak terhitung berapa kali nama Linda disebut di sebuah rumah yang cukup besar di area peternakan keluarga Linda yang merupakan salah satu keluarga yang cukup terpandang di salah satu desa terindah yang ada di Inggris itu. Kedua orang tua Linda dan kakak-kakaknya bahkan sempat pingsan secara bergantian saat peti jenasah Linda dibuka, mereka tak percaya jika Linda meninggal. Padahal kemarin Linda baru saja berbicara dengan mereka melalui video call membahas seputar kehamilannya yang berjalan lancar dan rencana-rencana indah setelah melahirkan nantinya, karena itu mereka semua shock.     

Kedua orang tua Linda bergantian menggendong Asher, cucu yang sangat dinantikan kehadirannya dari pernikahan Linda dan Paul. Disaat semua orang menangis dan memanggil nama Linda di pojok ruangan Paul duduk dengan tatapan kosong, kehilangan separuh jiwanya membuat Paul tak bisa diajak berkomunikasi dengan siapapun. Kedua kakak lelaki Linda lainnya pun sudah beberapa kali mengajak Paul berbicara, namun hasilnya nihil. Paul masih mengunci rapat bibirnya dengan terus menatap ke arah peti dimana jasad Linda berbaring dengan damai.     

"Kalau Paul seperti ini terus bagaimana, Luis?" Erick berbisik pelan pada Luis yang berdiri disampingnya.     

Luis menarik nafas panjang. "Aku pernah ada diposisi Paul, kehilangan istri dan putri kami. Jadi aku tak bisa berkomentar banyak, kita tunggu waktu saja. Waktulah nanti yang akan menyembuhkan luka Paul."     

Erick menggaruk kepalanya yang tak galak, ia merutuki kebodohannya yang sudah salah bertanya pada Luis. Erick lupa kalau Luis adalah seorang pria yang kehilangan anak dan istri yang sangat ia cintai saat sedang melakukan tugasnya, karena itu sejak berada di rumah sakit ketika semua orang sibuk mencoba membuat Paul melepaskan jenasah Linda dari atas ranjang Luis hanya diam. Pria tua itu tak melakukan apa-apa, sepertinya Luis merasa dejavu saat melihat kehancuran Paul saat ini.     

Dokter Caitlyn dan dokter Olivia pun sibuk menguatkan semua anggota keluarga Linda yang sangat shock, sementara baby Asher yang sejak tiba di rumah sang ibu nampak masih tertidur pulas di keranjang bayinya yang berada disamping peti jenazah yang ibu.     

"Maafkan putriku, maafkan dia kalau selama ini sudah membuat anda mendapat masalah,"ucap Margarita ibu Linda pada saat sedang memeluk Anne dengan erat, Margarita tahu siapa Anne karena selama ini Linda sudah sering menceritakan soal Anne dan Jack pada kedua orang tuanya. Apalagi pada saat ia tinggal di Luksemburg selama satu tahun terakhir ini pada saat ia menjalani program bayi tabung di rumah sakit milik keluarga Clarke atas rekomendari Jack.     

Anne mengeratkan pelukannya pada tubuh wanita tua yang baru saja kehilangan putri bungsunya itu dengan air mata yang sudah menganak sungai. "Linda adalah sahabat terbaikku, dia tak pernah membuatku dalam masalah, Nyonya. Justru aku yang selama ini merepotkannya dan Paul, Nyonya."     

Tangis Margarita semakin keras mendengar perkataan Anne, ia kembali mengingat perkataan putrinya yang selalu mengatakan kalau Anne adalah sahabat terbaiknya pada semua anggota keluarga Jhonson. "Terima kasih Nyonya, terima kasih sudah menjadi temen putriku yang nakal dan keras kepala itu. Terima kasih sudah membantunya meraih mimpinya untuk bisa hamil dan melahirkan anaknya, entah dengan cara apa aku harus membalas kebaikan anda dan suami anda, Nyonya."     

Anne menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Jangan panggil aku dengan sebutan itu, panggil aku Anne saja, Nyonya. Aku adalah putri anda, sahabat Linda. Jadi tolong jangan memanggilku dengan sebutan itu lagi hikss..."     

Margarita semakin sesegukan mendengar perkataan Anne, meskipun ini adalah pertama kali Anne datang ke kampung halaman Linda namun semua anggota keluarga Linda menyambutnya dengan hangat. Hal ini tentu saja karena selama hidupnya Linda selalu mengatakan semua hal baik tentang Anne dan suaminya, terbukti para lelaki yang ada di rumah Linda terlihat segan pada saat melihat Jack pertama kali.     

"Terima kasih sudah membawa putri kami pulang, Tuan Clarke. Saya tak tahu harus bicara apa lagi selain mengucapkan terima kasih,"ucap Joshua ayah Linda dengan serak saat menjabat tangan Jack setelah memeluk Paul sang menantu yang tak bicara apa-apa sejak tiba di rumah sekitar 30 menit yang lalu.     

Jack tersenyum. "Ini bukan hal besar, Tuan Jhonson. Linda dan Paul sudah banyak membantu saya, jadi hal kecil ini tak perlu anda bahas."     

Pria berkacamata itu langsung memeluk Jack dengan erat. "Aku bersyukur, ternyata putriku dikelilingi orang-orang baik. Sekali lagi terima kasih, Tuan. Entah apa yang akan terjadi pada istriku kalau tak melihat Linda untuk terakhir kalinya jika jenazahnya tak dibawa pulang ke desa ini."     

Jack tak bicara, ia lebih memilih untuk menenangkan pria yang sedang memeluknya dengan erat itu. Jack paham perasaan ayah Linda saat ini, sebagai seorang yang baru juga kehilangan putri kecilnya Jack mengerti perasaan Joshua. Karena itu saat ini ia berusaha menguatkan pria yang sudah tak muda lagi itu dengan membahas semua hal baik yang sudah dilakukan Linda semasa hidupnya.     

Mendengar Jack menceritakan kebaikan-kebaikkan Linda pada kedua orang tuanya membuat Paul tersenyum, ajaib. Setelah hampir lima jam tak memberikan ekspresi apapun tiba-tiba Paul tersenyum, diingatkan soal betapa cerianya Linda saat masih bersama-sama dengan Anne bepergian menjalankan tugas dari kampus membuat air mata Paul menetes. Paul ingat kalau Linda rela keluar dari kampus demi hanya untuk menolong Anne yang saat itu sedang bertengkar hebat dengan Jack karena kesalah pahaman.     

Mengingat akan kebaikan hati Linda yang luar biasa itu membuat Paul bangga dan semakin mencintai Linda, hanya orang yang benar-benar tulus saja yang mau menolong temannya yang sedang berada di titik terendah dalam hidupnya. Linda bahkan sampai rela mengubur cita-citanya sebagai fashion designer ternama hanya untuk bersama Anne.     

"Kau adalah satu-satunya wanita yang aku cintai, Linda. Kau dengan tulus menerima semua kekuranganku dan mencintaku tanpa pamrih, bagaimana mungkin aku bisa hidup tanpamu setelah ini,"ucap Paul lirih sambil memutar cincin pernikahan sederhananya dengan Linda.     

Perlahan namun pasti Paul berjalan mendekati peti mati Linda melewati banyak orang yang masih menangisi Linda, langkah Paul terhenti saat sudah berada disamping keranjang bayi putranya.     

"Hei boy, terima kasih sudah hadir dalam hidup kami berdua. Terima kasih sudah membuat Mommy dan Daddy menjadi semakin mencintai satu sama lain, maafkan kami jika kami tak bisa menemanimu tumbuh dewasa. Maafkan Daddy, nak. Daddy kira Daddy bisa melanjutkan perjuangan Mommymu untuk mengurusmu hingga dewasa, ternyata Daddy salah. Daddy tak bisa melakukannya tanpa Mommymu,"ucap Paul lirih pada Asher yang sedang tertidur lelap di keranjang bayinya.     

Anne yang sedang berada didekat Paul langsung menoleh saat mendengar Paul bicara. "Paul apa yang kau bicarakan?"     

Paul menoleh kearah Anne dan tersenyum. "Aku titipkan putraku padamu...An..."     

Dorr....     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.