I'LL Teach You Marianne

As long as you beside me



As long as you beside me

Menara Eiffel, Paris. Perancis. 08.00 PM.     

Anne memutuskan untuk bersantai di taman yang ada disekitar menara Eiffel, alih-alih duduk di restoran mahal yang ada disekitar salah satu menara paling terkenal di dunia itu. Ia bahkan memilih menggunakan scaft mahalnya untuk alas duduknya di rerumputan seperti pasangan muda lainnya yang juga melakukan hal yang sama seperti Anne.     

"Lihatlah ke atas, malam ini langit indah sekali." Anne bicara pelan sambil terus menatap ke arah langit yang malam ini memang terlihat sangat indah.     

Jack yang merasa tak nyaman duduk di rerumputan seperti saat ini hanya tersenyum sebentar dan kembali memfokuskan pandangannya pada Anne yang terpana melihat langit malam. Di pandang terus menerus oleh Jack membuat Anne sadar, perlahan ia mengalihkan pandangannya pada Jack yang terlihat sudah sangat kesal itu.     

Anne kemudian duduk bersila dengan tubuh tegak menghadap Jack. "Kenapa? Kau masih marah karena aku ajak bersantai ditempat seperti ini?"     

Jack mendengus. "Tidak, siapa yang marah?" Jack terlalu gengsi mengakui dirinya tak nyaman duduk di rerumputan ditempat terbuka seperti saat ini.     

"Kalau tidak marah lalu apa arti wajah ini, hm?"     

Jack menggelengkan wajahnya mencoba menghindari tangan Anne yang ingin menyentuhnya. "Aku hanya sedang tak percaya saja dengan pilihanmu ini, bagaimana bisa kau menolak bersantai di restoran bintang lima dan justru memilih duduk di tanah seperti saat ini bersama orang-orang ini. Bagaimana kalau salah satu diantara mereka memiliki niat jahat, Anne? kita tidak sedang membawa bodyguard sekarang."     

Anne terkekeh. "Kau tahu, ditempat terbuka seperti ini justru lebih menyenangkan daripada harus duduk di kursi empuk dan nyaman dengan iringan lagu romantis dan makanan lezat. Berada di sini justru akan membuatmu merasa lebih bebas tanpa harus memikirkan anggapan orang lain pada kita atau melakukan pembalasan seperti yang kau lakukan di restoran sebelumnya tadi saat kau dengan sengaja membuat manager restoran itu malu karena sudah berani bicara tidak sopan padamu, kan?"     

"Kau tahu kalau tadi aku sedang memberi pelajaran pada manager tidak sopan itu?     

"Jack, kita sudah saling mengenal cukup lama. Dan aku tahu benar siapa dirimu, termasuk yang kau lakukan tadi."     

Jack mendengus. "Salah siapa dia berani bicara tidak sopan padamu, berani-beraninya dia memintamu pergi bersamanya ke ruang cctv secara langsung. Seharusnya kalau dia menghargaiku dia akan berbicara padaku terlebih dahulu, bukan seperti tadi. Benar-benar tidak punya etika." Kemarahan Jack pada sang manager restoran sebelumnya kembali datang saat Anne membahasnya kembali.     

"Astaga, itu hanya basa-basi saja, Jack."     

"Niat jelek juga awalnya dimulai hanya karena kesempatan,"sahut Jack ketus sambil membuang wajahnya ke arah lain.     

Anne menggelengkan kepalanya, ia tak percaya suaminya masih sangat kekanak-kanakkan seperti ini. Namun di lain sisi Anne bahagia, sifat cemburu Jack yang meluap-luap seperti ini tak berubah. Masih sama seperti saat mereka masih terlibat hubungan yang tak jelas, karena saat itu Jack tidak mengutarakan perasaannya seperti pria-pria lainnya saat mengajak kencan seorang wanita pertama kali. Yang Jack lakukan saat itu adalah langsung mengclaim kalau dirinya adalah milik pria si pencemburu itu, mengingat semua itu Anne tersenyum sendiri.     

Secara tiba-tiba Anne menggerakan kepalanya ke arah paha Jack dan menjadikannya bantal, detak jantung Jack berpacu dengan sangat cepat saat melihat Anne tiba-tiba tidur dipahanya ditempat terbuka seperti ini disaat benda keras dalam celana dalamnya itu sedang on fire.     

"Anne.."serak Jack lirih.     

Anne tersenyum. "Diamlah, aku sedang menikmati pemandangan langit. Sunguh posisi ini adalah posisi terbaik."     

Damn, junior sialan. Jack mengumpat benda kebanggannya dalam hati. Bisa-bisanya dia semakin keras karena hanya mendengar Anne mengatakan saat ini adalah posisi terbaiknya.     

"Jack."     

"Ya."     

"Terima kasih sudah datang dalam hidupku dan membuatku bahagia, aku kadang-kadang masih tak percaya kehidupan yang aku jalani sekarang benar-benar terjadi. Menikah denganmu, memiliki seorang putra tampan darimu, menjadi seorang nyonya yang tinggal di istana megah dan bisa mendapatkan apapun yang aku mau. Sungguh, aku tak pernah membayangkan hal semacam ini akan aku jalani bersamamu,"ucap Anne lirih dengan mata sendu menatap ke arah Jack.     

"Jangan bicara tak jelas seperti ini, aku tak suka."     

Anne tersenyum, tebakannya benar. Jack pasti akan kesal pada ucapannya. "Aku hanya sedang mengatakan isi hatiku saja, meskipun banyak sekali hal yang terjadi aku bersyukur masih ada dirimu disisiku yang selalu ada untukku, Jack."     

Kedua mata biru Jack menyipit, ia kini paham kemana arah pembicaraan istrinya yang sedang menatapnya.     

"Tertangkapnya Edmund dan Leon yang ternyata menjadi dalang dari semua kekacauan yang menimpa kita, kehilangan Princess, pengakuan dosa dan kematian Steffi serta kepergian Linda dan Paul yang terjadi secara bertubi-tubi ini sungguh membuatku tak akan mampu berjalan lagi jika tak ada dirimu, Jack. Aku tahu kau mungkin menganggapku terlalu kekanak-kanakan, tapi aku benar-benar bisa gila jika menghadapainya sendiri Jack,"imbuh Anne kembali dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.     

Jack tersenyum tipis dan menggerakkan tangannya untuk membelai wajah Anne yang terlihat sangat mempesona dibawah langit seperti saat ini. "Justru kau lah penguatku, Anne. Kau adalah alasanku tetap berada di dunia ini dan melawan mereka semua, orang-orang yang berusaha membuatku jatuh. Kau adalah alasanku untuk tetap berdiri dengan tegak meskipun sudah kehilangan putri kita yang berharga, jadi jangan bicara seperti itu. Kita sudah melewati semua badai yang menerpa kehidupan kita dan aku harap kau tetap kuat untuk terus mendampingiku."     

Air mata Anne menetes perlahan dari kedua sudut matanya karena ucapan Jack. "Aku harap setelah ini kita bisa menjalani hidup secara normal seperti pasangan lainnya, tanpa ada gangguan lagi dari orang-orang jahat atau orang-orang yang berasal dari masa lalu kita masing-masing. Aku hanya ingin bahagia, hanya itu, Jack."     

Perlahan Jack menggerakkan kedua tangannya ke arah pundak Anne dan membantunya untuk bangun dari pahanya, setelah Anne duduk didepannya tanpa ragu Jack memberikan sebuah kecupan di bibir Anne dengan lembut dan berakhir dengan menyatukan keningnya di kening Anne.     

"Itu juga keinginanku, kau ingat bukan apa yang keingian terbesar yang pernah aku katakan dulu padamu?"     

"Keinginan apa?"     

"Aku ingin memiliki selusin anak darimu."     

"Jack.."desah Anne lirih dengan pipi memerah menahan malu. "Aku bukan kucing yang bisa melahirkan anak dalam jumlah yang banyak."     

Jack terkekeh geli. "Itu hanya keinginanku saja, kalau kau tidak bisa aku tak memaksa. Lagipula memiliki dua atau tiga anak aku rasa cukup."     

Bug     

Anne melayangkan pukulannya ke paha Jack dengan cukup keras.     

"Kau menyebalkan, memangnya hamil dan melahirkan itu mudah. Dan sepertinya untuk satu satu dua tahun kedepan aku belum bisa hamil lagi, Jack."     

Wajah Jack menegang. "Apa maksudmu?"     

Anne meraih tangan kanan Jack dan meletakkannya di perutnya. "Aku sudah dua kali melahirkan secara caecar dan akan berbahaya jika aku hamil lagi dalam waktu dekat, karena itu aku..."     

"Tidak, kalau begitu kau jangan hamil dulu. Aku tak mau terjadi hal buruk padamu, Anne." Jack langsung memotong perkataan Anne cepat dengan wajah yang kaku.     

"Benarkah? Lalu cita-citamu untuk memiliki anak selusin bagaimana?"tanya Anne pelan mencoba menggoda Jack.     

Jack meraih kedua pipi Anne menggunakan kedua tangannya. "Itu bisa dipikirkan nanti, yang penting aku masih bisa terus memproduksi anak tanpa henti bersamamu."     

"Jack..."     

Ucapan Anne terhenti karena Jack sudah melumat bibirnya dengan kuat dan dalam tanpa rasa malu meski saat ini mereka berada di tempat terbuka, Anne menutup kedua matanya menikmati ciuman yang Jack lakukan saat ini.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.