I'LL Teach You Marianne

Kepercayaan



Kepercayaan

Saat Anne sedang makan dengan lahap Alan hanya duduk dan tak menyentuh makanannya sama sekali, pasca mendapat laporan dari Nicholas berkaitan dengan sabotase yang dilakukan Roger Dauglas beberapa saat yang lalu nafsu makan Alan langsung hilang.     

"Kau tak lapar?"tanya Anne pelan dengan mulut penuh makanan.     

Alan mengangkat wajahnya dan menatap Anne. "Aku belum lapar."     

"Benarkah? Tapi daging ini enak, cobalah sedikit. Aaa buka mulutmu…"     

Alan menahan gerakan tangan Anne yang ingin menyuapinya makanan. "Aku lebih suka daging yang lain." Mata kiri Alan mengerling ke arah Anne dan beralih menatap kedua dadanya.     

"Mesum!!" Anne menjerit cukup keras bersamaan dengan jatuhnya garpu yang sedang ia pegang.     

Alan terkekeh, ia pun meraih garpu milik Anne yang terjatuh diatas piringnya dan langsung memakan potongan daging yang masih menancap di ujung garpu. "Ya, aku akui itu dan kau juga tahu aku hanya mesum padamu seorang."     

Anne menggeram. "Kembalikan garpuku."     

"Sure, dengan senang hati Nyonya Clarke."     

Anne langsung merebut garpu miliknya dari tangan Alan, lalu melanjutkan makan tanpa berniat untuk menyuapi Alan makan kembali.     

Melihat Anne marah membuat Alan sedikit lupa akan kekesalannya pada Roger Dauglas yang selalu mengganggunya sejenak, Anne benar-benar mood boosternya yang nyata. Saat sedang memikirkan jalan keluar dari masalahnya tiba-tiba ponsel pintar Alan yang berada di atas meja pun bergetar, karena layar ponsel itu sedang menghadap ke atas Anne bisa melihat siapa yang menghubungi suaminya. Nampak terlihat jelas nama Cassandra Lim muncul dilayar ponsel Alan.     

"Kenapa diabaikan? Angkat saja, siapa tahu penting,"ucap Anne pelan.     

"Dia Cassandra dan Cassandra selalu menggangguku, aku tak mau kita bertengkar karena gadis ini. Abaikan saja,"sahut Alan ketus sambil meraih potongan daging kalkun panggang dari piring besar yang ada dihadapannya.     

Anne tersenyum. "Jangan asal menilai seseorang, angkatlah. Siapa tahu penting Alan."     

"Kau tak masalah aku menerima telepon darinya? Kau tahu kan Cassandra Lim salah satu gadis yang mengejar-ngejarku?"     

"Tidak masalah, kenapa memangnya. Hanya bicara di telepon saja, bukan sebuah masalah besar,"jawab Anne lembut sambil mendorong ponsel Alan mendekati sang empunya.     

Alan menghela nafas panjang, ia tak habis pikir bagaimana bisa seorang istri mengizinkan suaminya menerima telepon dari wanita lain. Namun saat akan menganggap ponselnya tiba-tiba panggilan dari Cassandra Lim berakhir.     

"See, perempuan itu mematikan panggilannya."     

"Itu karena kau terlalu lama mengangkatnya, jadi otomatis mati. Dasar jahat."     

"Jahat? Siapa? Aku?"     

"Iya, memangnya siapa lagi yang..oh lihat sepertinya dia menghubungimu lagi, kali ini panggilan video. Cepat angkat!!"     

Satu alis Alan terangkat, ia benar-benar tak habis pikir dengan sikap Anne. Dengan sedikit malas Alan akhirnya mengangkat panggilan video dari Cassandra.     

"Oh thanks God, akhirnya kau angkat juga panggilanku Alan." Suara Cassandra terdengar sangat bersemangat ketika Alan menerima panggilannya.     

Alan tersenyum tipis. "Ada apa Cassie? Kenapa menghubungiku lagi? Apa Roger Dauglas belum cukup untuk memuaskanmu?"     

Kedua mata Cassie yang berbinar langsung meredup mendengar perkataan Alan. "Ke-kenapa kau bicara seperti itu Alan, kau tahu bukan kalau hanya kau satu-satunya pria yang aku cintai."     

"Kau juga tahu kan kalau aku sudah menikah dan saat ini sedang sangat bahagia dengan istriku, akh ya aku belum memperkenalkan istriku secara resmi padamu. Waktu kami menikah kalian belum sempet berkenalan bukan, ok sekarang aku perkenalkan. Ini istriku Anne, satu-satunya wanita yang aku cintai." Tanpa rasa bersalah sedikitpun Alan mendekati Anne dan meletakkan kamera diatas meja, supaya dirinya dan Anne bisa tertangkap kamera.     

Anne yang tak ada persiapan hanya bisa tersenyum datar ketika wajahnya muncul di layar ponsel Alan, menatap Cassandra yang terlihat sangat shock. Belum hilang keterkejutan Cassandra melihat Anne muncul di layar ponselnya tiba-tiba ia kembali mendapat shock terapi saat Alan tiba-tiba mencium bibir Anne, didepan matanya.     

"Alan…"     

"Upss sorry Cassie, maaf kau harus melihat adegan tadi. Oh ya Anne itu Cassie anak Nelson Lim salah satu orang yang bekerjasama dengan perusahaan kita, Cassie ini dulu juga sering membantuku,"ucap Alan basa basi memperkenalkan Anne pada Cassie.     

"Hi Cassie…"     

Anne tak melanjutkan kalimatnya karena tiba-tiba Cassie mematikan panggilan videonya dan membuat Alan tertawa terbahak-bahak, ia puas sekali melihat Cassie yang sangat terkejut.     

"Jahat, dia pasti sangat terkejut dan sakit hati sekarang."     

"Kau kasihan padanya?"tanya Alan bingung.     

"Bukan kasihan, aku hanya merasa sedikit iba padanya. Walau bagaimanapun dia adalah seorang wanita yang belum menikah, pasti rasanya sangat tidak nyaman ketika melihat sepasang suami istri sengaja mengumbar kemesraannya dihadapannya."     

Alan menggelengkan kepalanya, ia tak mengerti dengan jalan pikiran Anne saat ini. "Kau tahu siapa Cassie bukan? Dia adalah wanita yang mencoba menggodaku, suamimu Anne. Bahkan sampai saat ini, ketika kita sudah menikah wanita itu masih belum berhenti dan masih terus mencoba mencari celah untuk bisa mendekatiku. Lalu bagaimana bisa kau mempunyai rasa iba kepada wanita seperti itu Anne, sangat tidak masuk akal sekali."     

Anne tersenyum lebar, kedua matanya berbinar mendengar perkataan Alan. Perlahan Anne meraih tisu dan menyeka bibirnya, setelah itu ia kemudian menatap wajah suaminya dengan tatapan hangat. "Aku tahu kalau dia masih tergila-gila padamu sampai saat ini, karena aku sempat mendengar beberapa kali dari pelayan di rumah kakek yang mengatakan kalau saat kita masih berada di Norwegia Cassie sering datang untuk mencarimu. Namun aku tak mempermasalahkan hal itu, karena apa? Selama kau tidak membalas atau merespon dirinya maka aku tak perlu khawatir, karena percuma aku melarangmu berhubungan dengannya kalau misalkan dari awal kau masih merespon dirinya. Namun karena kau tak memperdulikannya maka aku tak perlu khawatir, aku yakin kau bisa menjaga kepercayaan yang sudah aku berikan. Selama dia tak melewati batasannya aku rasa aku tak perlu takut kau tergoda olehnya, lagipula jauh lebih cantik aku dari Cassie. Aku yakin kau pasti tak akan tergoda olehnya."     

"K-kau percaya padaku?"     

"Tentu saja aku percaya, bukankah kau suamiku. Kalau aku tak percaya padamu lalu aku harus percaya pada siapa lagi?"tanya balik Anne sambil tersenyum.     

Jantung Alan berdetak 10 kali lebih cepat mendengar perkataan Anne, kata demi kata yang diucapkan Anne terasa membuat dadanya menjadi hangat. Padahal sebelumnya ia mengira Anne tidak peduli kepadanya, karena lebih membela Cassie yang jelas-jelas mencoba mengganggu rumah tangga mereka. Namun ternyata Anne punya alasan khusus yang membuatnya merasa sangat bahagia karena mendapatkan kepercayaan penuh dari Anne.     

"Apa aku mencintaiku Anne?"     

Wajah Anne memerah. "Kenapa bertanya seperti itu? Ayo makan lagi, aku masih belum selesai makan." Anne berusaha mengalihkan pembicaraan.     

Akan tetapi sepertinya harapan Anne untuk menyudahi pembicaraan tak berhasil, karena Alan sudah meraih tubuhnya dan membuatnya kini duduk di atas tubuh Alan.     

"Cepat jawab, aku butuh jawabanmu,"pinta Alan serak, kedua matanya berkilat seperti serigala yang kelaparan. Sebuah tatapan yang mudah Anne untuk pahami.     

"Jangan begini, kita sedang di meja makan Alan. Bagaimana kalau ada orang yang melihat,"jawab Anne lirih, ia mencoba untuk membenarkan posisi duduknya karena saat ini pahanya sedikit terekspos pasca kedua kakinya berada di kanan dan kiri paha Alan yang membuatnya terlihat sangat menggoda.     

"Tak mungkin Anne, ini di villa. Tak ada seorangpun disini, pelayan yang menyiapkan makanan juga langsung pergi setelah selesai masak. Tidak seperti di rumah kakek yang banyak orang, disini hanya kita berdua."     

"Penjagamu... bagaimana dengan mereka." Anne bicara lirih sambil berusaha menahan tangan Alan yang sedang meraba-raba pahanya.     

"Ada di luar, mereka tak diizinkan masuk. Karena itulah aku lebih suka membawamu ke villa ini, karena aku bisa bebas melakukan apapun yang aku mau disini tanpa khawatir ada yang melihat kita,"jawab Alan dengan suara berat.     

Dada Anne terasa panas, ia menyesal sudah membuka pintu untuk Alan. Alan benar-benar tak akan pernah membiarkannya istirahat sejenak, sentuhan yang diberikan Alan pun langsung membuat seluruh tubuhnya bereaksi.     

"Alan stop jangan disini a-aku…"     

Brak     

"Tuann...gawat Tuan!!!"     

Seluruh tubuh Anne langsung kaku, ia sangat hafal dengan suara pria yang baru muncul dari arah belakangnya saat ini.     

Alan menggeram. "Close your eyes Nicholas!!!"pekik Alan dengan keras.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.