I'LL Teach You Marianne

Jealous Jack



Jealous Jack

Grand Palais, Paris.     

Rencana-rencana menyenangkan yang sudah disusun dengan baik oleh Anne dan Alice pun hancur dengan keberadaan Jack dan Erick yang ikut dalam pameran pakaian musim panas Chanel yang dilakukan di Grand Palais, Paris.     

Grand Palais sendiri merupakan sebuah situs bersejarah yang besar, ruang pameran dan kompleks museum yang terletak di Champs-Elysees di arondisemen ke-8 Paris, Prancis. Di tempat menakjubkan ini jugalah rumah mode dunia Chanel hampir selalu melakukan pameran untuk setiap pergantian musim.     

Selama pameran berlangsung Jack tak melepaskan cengkraman tangannya dari tangan Anne, ia bahkan dengan sengaja mengekspos cincin pernikahannya. Satu hal yang tak pernah Jack lakukan selama ini.     

"Bagaimana, apa sudah ada daftar baju yang ingin kau beli?"tanya Jack pelan pada Anne yang masih menatap para model yang berlenggak-lenggok diatas catwalk yang dibuat menyerupai pinggir pantai.     

Anne menggeleng. "Belum begitu yakin."     

"Kenapa?"     

"Karena aku yakin pilihanku pasti tak akan kau setujui."     

Jack terkekeh. "Jangan begitu sayang, itu namanya kau sudah menuduhku yang tidak-tidak."     

"Benarkah? Jadi aku diperbolehkan membeli pakaian apapun yang aku mau?" Kedua mata indah Anne berpendar indah saat bicara.     

"Sure, kenapa tidak,"jawab Jack lembut.     

Anne tersenyum dan mengerlingkan satu matanya ke arah Alice yang duduk tepat di belakangnya. "Deal, kau yang sudah berjanji ya. Awas saja kalau kau tak menyetujui baju pilihanku."     

Jack mengangguk kepalanya kembali untuk meyakinkan Anne kalau ia tak sedang bergurau, melihat respon Jack semangat Anne untuk mengikuti kelanjutan pameran pun kembali berkobar ia bahkan sudah mengeluarkan ponsel pintarnya yang sejak tadi berada di dalam saku jaket Chanel yang melekat ditubuhnya.     

Namun janji tetaplah janji, tak ada satupun pilihan Anne yang disetujui Jack. Pria kolot itu tak mengizinkan Anne membeli bikini bikini cantik yang sedang diperagakan para model di catwalk, padahal menurut Anne bikini bikini pilihannya adalah bikinnya yang paling sopan dan tidak terlalu menonjolkan keindahan tubuhnya. Namun Jack tetap saja tak mengizinkan Anne untuk memiliki bikini itu, apalagi memakainya dipantai seperti rencana Anne dan Alice sebelumnya.     

Alhasil selama sisa pameran Anne sudah tidak memiliki gairah lagi untuk mengikutinya sampai akhir, ia bahkan memilih untuk bermain game dalam ponselnya alih-alih melihat para model berlenggak-lenggok di catwalk membenarkan pakaian-pakaian mahal yang mereka kenakan. Begitu juga dengan Alice, Alice yang juga tak mendapatkan izin dari Erick untuk membeli bikini-bikini cantik incarannya yang sangat limited edition itu juga memilih menyibukkan dirinya dengan menikmati makanan yang ada ditangannya daripada kembali menikmati kelanjutan pameran.     

Setelah pameran selesai Anne langsung bangun dari kursinya dan mengajak Alice cepat-cepat keluar dari Grand Palais. Namun karena langkah Jack dan Erick panjang-panjang alhasil keduanya dengan mudah dikejar oleh kedua pria itu.     

"Kalian berdua mau sampai kapan berjalan sepanjang jalan seperti ini tanpa melakukan apa-apa, babe?" Dari arah belakang Jack bertanya pada Anne.     

"Terserah kami mau apa, kalau kau lelah kembalilah ke hotel dan istirahat,"jawab Anne ketus.     

Jack tersenyum tipis, ia tahu istrinya sedang marah. "Apa kau marah gara-gara pakaian super seksi tadi itu?"     

Langkah Anne langsung terhenti seketika, Alice yang sejak tadi berjalan disamping Anne pun juga langsung menghentikan langkahnya.     

"Menurutmu apa lagi?"     

Jack menaikkan kedua pundaknya. "Ya aku tidak tahu, makanya aku bertanya padamu."     

Anne menghentakkan satu kakinya dengan keras. "Kau menyebalkan, pembohong, tukang ingkar janji. Aku benci padamu."     

Setelah berkata seperti itu Anne kemudian kembali bersiap pergi namun baru saja akan melangkahkan kakinya kedepan tiba-tiba saja Jack menarik tubuhnya kebelakang, bersamaan dengan itu sebuah sepeda yang dikendarai seorang ank usia 13 tahun melintas tepat dihadapan Anne. Andai saja Jack tidak menarik tubuhnya mungkin saja saat ini Anne sudah tertunduk sepeda dengan kecepatan tinggi itu.     

"Hei!!"pekik Erick dengan keras bersamaan dengan beberapa orang lainnya yang kaget karena ulah bocah lelaki itu yang bersepeda di jalur pejalan kaki.     

Anne sangat terkejut hanya bisa diam saat berada dalam pelukan Jack, begitu pula dengan Alice yang langsung mendekatinya.     

"Are you ok, babe?"     

"Kau baik-baik saja kan, kak?"     

Alice dan Jack mengucapkan pertanyaan secara bersamaan pada Anne.     

Dengan wajah sepucat kertas Anne mencoba tersenyum. "Iya, aku baik-baik saja."     

Meskipun Anne mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, namun tidak dengan Jack. Jack yang tahu kalau istrinya itu tidak baik-baik saja kemudian menarik tangannya ke arah sebuah restoran yang berada tepat di samping mereka saat ini, melihat Jack membawa Anne ke dalam restoran Alice dan Erick pun mengikuti mereka dari belakang tanpa berbicara. Walau sebenarnya Erick masih ingin mencari tahu siapa bocah lelaki yang masih mengendarai sepedanya secara ugal-ugalan di sepanjang trotoar yang semakin menjauh dari tempat mereka berada saat ini.     

Ketika berda di restoran tanpa rasa malu Jack langsung berjongkok didepan Anne untuk memeriksa kakinya, Jack tadi sempat melihat Anne sempat salah memijak ketika ia menarik tubuhnya kebelakang.     

"Jack apa yang kau lakukan? Banyak orang yang melihatmu,"ucap Anne lirih, ia merasa tak nyaman dengan tatapan para pengunjung restoran yang saat ini menatap tajam kearah mereka.     

"Jack…"     

"Tenanglah, aku sedang memeriksa kondisi kakimu."     

"Tapi orang-orang melihat kearah kita, Jack."     

Jack menghela nafas panjang. Secara tiba-tiba ia bangun dan berdiri menatap kearah semua pengunjung restoran yang sedang menatapnya, tanpa basa basi Jack kemudian menjelaskan apa yang sedang ia lakukan saat ini menggunakan bahasa Perancis yang sangat lancar.     

Anne bahkan sampai membuka mulutnya lebar-lebar karena tak percaya Jack akan mengatakan hal itu dihadapan banyak orang asing. Dengan wajah memerah Anne menarik tangan Jack agar kembali fokus padanya.     

"Apa yang kau lakukan? Kau sudah gila?"     

Jack menyipitkan matanya. "Gila? Apanya yang gila? Aku hanya sedang menjelaskan pada mereka semua, tentang apa yang sedang aku lakukan padamu tadi supaya mereka tidak berpikir macam-macam padaku atau padamu."     

"Iya tapi…"     

"Maaf mengganggu anda berdua, Tuan Nyonya." Seorang pria berpakaian rapi tiba-tiba menyala pembicaraan Anne menggunakan bahasa Perancis.     

Jack pun langsung menoleh ke arah pria yang baru muncul itu dengan tatapan tak bersahabat seperti biasa, bagi Jack seorang pria asing yang mencoba mendekatinya dan Anne adalah ancaman.     

"Ada yang bisa saya bantu?"tanya Jack ketus.     

"Perkenalkan nama saya Philippe August, general manager restoran ini. Tadi saya mendengar istri anda hampir menjadi korban dari seorang pesepeda ugal-ugalan yang melintas di depan restoran ini, apakah itu benar?"     

Jack mengernyitkan keningnya. "Iya benar, apa kejadian seperti ini sering terjadi?"     

Pria bernama Philippe August itu menganggukan kepalanya. "Benar Tuan, selama hampir tiga minggu ini sudah ada sekitar 20 orang yang menjadi korbannya. Mereka adalah kelompok pencopet modus baru yang menggunakan sepeda sebagai sarana untuk melancarkan aksinya."     

"Jesus."     

Phillipe August tersenyum mendengar pekikan Anne. "Iya Nyonya, bahkan sudah ada tiga orang yang tertangkap oleh polisi namun komplotan mereka masih tak jera dan terus saja meresahkan para warga serta turis yang berada di sekitar tempat ini. Karena itu coba anda periksa terlebih dahulu apakah ada barang yang hilang atau tidak, kalau memang misalkan ada barang yang hilang saya bisa membantu anda pergi ke ruang cctv untuk melihat secara lebih rinci lagi wajah si penjahat itu supaya kita bisa melaporkannya ke kantor polisi untuk proses lebih lanjut."     

"Tidak, sepertinya tak ada barang yang hilang. Kalaupun misalnya ada barangnya hilang aku bisa membelikannya 100 barang yang sama seperti yang diambil oleh penjahat itu, jadi anda tak usah repot-repot mengajak istri ku pergi ke ruang cctv." Jack yang sejak tadi tak suka dengan pria berjenggot tipis di hadapannya itu, langsung bicara sedikit sarkas sambil mengambil posisi di depan Anne menghalau pandangan pria bernama Philippe August.     

Jack tak suka ada pria lain yang tersenyum pada Anne, termasuk pria yang mengaku sebagai general manager di restoran yang mereka datangi saat ini. Apalagi apa tadi? Dia mengajak Anne ke ruang cctv! What the hell...Jack tak akan membiarkan hal itu terjadi.     

"Jack…"     

Jack tak menghiraukan panggilan Anne, ia masih saja fokus pada Philippe August yang tak mau segera menyingkir dari tempat mereka.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.