I'LL Teach You Marianne

Otak Utama



Otak Utama

"Mommy's here baby."     

"You save now."     

"I love you, baby."     

"I'm sorry baby...i'm sorry."     

Ucap Anne berulang-ulang saat sudah memeluk erat Christian dalam pelukannya, Christian yang sebelumnya sudah tenang kembali menangis saat bertemu sang ibu. Tangisan Christian semakin membuat Anne merasa semakin bersalah, begitu Jack mengatakan yang sebenarnya Anne langsung duduk menjauh dari Jack. Ia bahkan tak mau disentuh Jack dan meminta sang supir yang membawa mobil untuk segera pulang ke rumah tanpa berputar-putar lagi.     

Dengan air mata berlinang Anne memeluk Christian duduk disofa menjauh dari semua orang, termasuk dari Jack. Tubuh Anne bergetar saat mengingat apa yang sudah Jack katakan sebelumnya.     

"Beberapa saat yang lalu, ada dua orang penyusup yang membuat kekacauan dirumah. Luis terkena luka tembak saat menyelamatkan Christian."     

Kalimat yang Jack ucapkan itu langsung membuat seluruh sendi yang ada ditubuh Anne terasa lemas, sel-sel darahnya mencair. Anne bahkan merasa seluruh tubuhnya sudah berubah menjadi jelly ketika Jack menyebut Luis terluka tembakan saat menyelamatkan Christian.     

Karena itu ketika mobil berhenti digerbang depan menunggu antrian untuk masuk pasca melewati pemeriksaan polisi, Anne langsung membuka pintu mobil dan berlari masuk kedalam rumah dengan bertelanjang kaki. Anne memilih melepaskan high heels cantiknya supaya bisa berlari dengan lebih cepat yang mana hal itu membuat Jack dan semua orang yang melihatnya terkejut, karena Anne berlari dari pintu gerbang Jack pun akhirnya memilih melakukan hal yang sama. Ia berlari tepat dibelakang Anne yang terus menyebut nama Christian.     

"Kami akan bekerja sama dengan semua negara Kawasan Schengen untuk mengusut penyerangan ini, Tuan. Serangan ini sudah masuk dalam tindakan teror dan kita harus mengusut tuntas kasus ini,"ucap Enrico salah satu petinggi polisi kota Luksemburg yang sangat akrab dengan mendiang tuan David Clarke, kakek Jack.     

Jack menggeram. "Harus, untuk dana operasional kau tak usah permasalahkan. Aku yang akan menjamin semuanya."     

Enrico menggeleng. "Tidak Tuan, mendiang Tuan David Clarke sudah banyak sekali membantu kami semasa hidupnya. Jadi apa yang akan kami lakukan ini adalah sebuah kewajiban yang tak perlu anda bayar."     

"Baiklah, katakan saja apa yang kau butuhkan nanti. Asistenku akan langsung mengurusnya,"ucap Jack pelan sambil menoleh ke arah Anne yang masih saja sesegukan meski sudah memeluk Christian.     

Melihat Jack menatap istrinya Enrico tersenyum. "Wajar, Tuan. Nyonya pasti sangat shock, apalagi setelah apa yang terjadi pada putri kalian sebelumnya."     

"Iya kau benar, sepertinya istriku sangat ketakutan."     

Enrico menepuk pundak Jack pelan sebelum akhirnya pergi menemui Luis yang merupakan mantan rekan kerjanya saat Luis masih bekerja sebagai polisi, Enrico lalu duduk disamping Luis dan mulai berbicara serius dengan pria yang baru saja tertembak itu.     

Jack sendiri kemudian menyibukkan diri, menemani anggota kepolisian lainnya memeriksa halaman rumahnya yang sedikit kacau karena tak berani mendekati Anne. Jack sadar saat ini Anne sedang marah besar padanya karena tak langsung menceritakan apa yang terjadi pada Christian.     

"Mommy.."     

"Yes, baby. Ada apa? Christian mau apa?"tanya Anne lembut.     

"Princess, dimana princess? Kenapa perut Mommy sudah tidak besar lagi?"tanya Christian polos.     

Lidah Anne kaku, dadanya terasa sesak saat Christian menanyakan keberadaan princess yang sudah pergi tanpa sempat ia sentuh itu.     

"Princess saat ini sudah bahagia bersama kakek dan nenek di surga, sayang."     

"Berada di surga?" Kedua mata biru Christian membulat saat bicara.     

Anne menganggukkan kepalanya dengan air mata berlinang. "Iya, kita doakan princess saja ya. Semoga princess di surga bisa bahagia dan bersenang-senang."     

Seperti sudah besar, perlahan Christian menyeka air mata sang ibu menggunakan kedua tangan kecilnya. "Apakah kita bisa menyusul princess ke surga, Mommy?"     

"Bisa, tentu saja bisa. Suatu saat nanti semua keluarga kita akan bersatu di surga,"jawab Anne menahan tangis.     

"Yeess... aku bisa bertemu princess di surga. Akh aku sudah tidak sabar Mommy!!"Seru Christian dengan polosnya.     

Noah dan beberapa pelayan lainnya hanya bisa diam saat Christian berkata seperti itu, bahkan Luis yang sedang berbicara dengan Enrico sampai mengalihkan pandangannya saat Christian ingin bertemu princess di surga. Perkataan anak kecil memang kadang-kadang menyakitkan untuk didengar oleh orang dewasa.     

Karena tenggorokannya terasa haus setelah menangis, Anne kemudian meraih segelas orange jus dari atas meja dan langsung menenngaknya sampai tandas. Melihat sang ibu minum Christian tersenyum, perlahan kedua mata anak tampan itu terpejam di dada sang ibu. Pelukan hangat ibunya membuat Christian mengantuk, menyadari putranya akan tidur Anne kemudian membelai-belai punggung Christian penuh kasih. Karena tak mau tidur Christian terganggu dengan suara bising, Anne perlahan bangun dari tempatnya duduk dan membawa Christian naik ke lantai dua. Anne tak memperdulikan darah yang keluar dari kedua telapak kakinya, rasa sakit dan perih dikedua kakinya hilang saat sudah memeluk buah cintanya, permata hatinya yang ia lahirkan dalam kesakitan seorang diri.     

Enrico tersenyum miris melihat kaki Anne yang berdarah. "Cinta seorang ibu benar-benar luar biasa."     

"Iya, sudah banyak darah dan air mata yang tumpah dalam keluarga ini. Rasanya sangat menyakitkan sekali kalau mengetahui hal semacam ini terjadi lagi, karena itu aku minta padamu tolong usut sampai tuntas kasus ini. Tak perduli sekuat apa orang yang ada dibalik penyerangan ini, kau harus menyeretnya ke penjara,"ucap Luis dingin merespon perkataan Enrico.     

Enrico yang tak memahami semua perkataan Luis tersenyum. "Kau tenang saja, aku masih sehebat dulu. Jadi jangan ragukan aku."     

"Ck, jangan bermulut besar terlebih dahulu sebelum terbukti hasilnya, Rico,"sahut Luis ketus.     

Enrico terkekeh mendengar perkataan Luis, meski keduanya sudah berada di dunia yang berbeda namun hubungan baik antara Enrico dan Luis masih baik sama seperti saat mereka masih bekerja bersama sebagai polisi khusus.     

Jenewa, Swiss.     

"Fuck, kenapa harus menembak? Aku kan bilang culik saja anak itu, ambil dia dari pengasuhnya dan jadikan alat untuk menekan si sombong itu."     

Suara Leon terdengar membahana didalam kamarnya saat berbicara dengan salah satu anak buahnya di Luksemburg yang melaporkan situasi terkini di kediaman keluarga Clarke.     

"Rencanaku gagal, kalian benar-benar tak berguna."     

Prank     

Ponsel yang baru saja digunakan untuk berbicara itu kini hancur berantakan di lantai pasca Leon membantingnya ke dinding, Leon benar-benar dibuat kesal oleh kebodohan orang-orangnya yang diberi tugas sangat mudah itu.     

Melihat sang tuan marah Wayne Scott tak berani membuka mulutnya, ia memilih untuk diam supaya tak membuat mood sang tuan rusak tambah parah.     

"Siapkan mobil, Wayne. Aku harus pergi ke rumah Immanuel untuk melaporkan kekacauan ini,"ucap Leon dingin.     

Wayne mengangkat satu alisnya. "Immanuel?"     

"Iya, Edmund Immanuel saudara sepupu Jack yang selama ini membantuku menyusun rencana untuk memisahkan Jack dan Marianne."     

Damn, dalang utama muncul. Si sepupu dajjal ^^.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.