I'LL Teach You Marianne

Blokir



Blokir

Jack berdiri dengan gagah menggunakan setelan serba hitam yang disempurnakan dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya menatap tajam ke arah peti jenasah Steffi yang sedang dimasukan kedalam tanah oleh beberapa orang petugas, dua jam yang lalu saat Jack dan Erick sedang dalam perjalanan menuju rumah Edmund mereka mendapatkan telepon dari dokter Leo yang menceritakan semuanya.     

Meski mendatangi Edmund sangat penting namun Jack memilih untuk pergi ke hotel tempat dimana Steffi berada, seperti yang diucapkan dokter Leo. Saat Jack dan anak buahnya tiba dikamar Steffi mereka dikejutkan dengan kondisi Steffi yang sangat mengenaskan, darah segar yang masih tersisa di mulut Stefii juga nampak berceceran dibagian ranjang lainnya. Karena tak memiliki saudara akhirnya Jack mengambil alih kepengurusan pemakaman Steffi.     

Setelah peti mati Steffi terkubur sempurna di dalam tanah Jack kemudian mendekati gundukkan tanah itu dan meletakkan satu boquet bunga lily diatasnya. "Anne sudah memaafkanmu, Steffi. Tenanglah di tempat tinggalmu yang baru dan terima kasih sudah pernah hadir dalam hidup Anne, karena jika sata itu kau tak ada mungkin saja aku dan Anne tak akan bisa bersama seperti saat ini. Sekali lagi terima kasih."     

Erick tersenyum mendengar perkataan sang tuan, sebagai salah satu orang yang menjadi saksi hidup perjalan cinta Anne dan tuannya Erick tahu betul peran penting seorang Steffi dalam hubungan Anne dan sang tuan. Seperti tuannya, perlahan Erick meletakkan setangkai bunga diatas makam Steffi.     

Setelah semua proses selesai, Jack kemudian mengajak Erick dan Luis pergi dari makam. Ketika sedang berjalan menuju mobil ponsel yang ada dalam saku baju Erick bergetar, perlahan ia meraih ponselnya dan mencari tahu siapa yang mengirimkan pesan kepadanya. Air muka Erick berubah saat membaca pesan yang dikirimkan salah satu anak buahnya yang sedang merapikan barang-barang milik Steffi dari kamar hotel, laptop milik Steffi yang berisi catatan hariannya terbuka dan terbaca oleh mereka. Sepertinya Steffi sengaja tak memberikan password pada laptopnya supaya orang yang menemukannya bisa tahu apa isi laptopnya dengan mudah.     

"Tuan."     

Jack melepaskan kacamatanya perlahan. "Ada apa?"     

"Kita mendapatkan barang bukti baru, Tuan,"jawab Erick pelan.     

"Barang bukti apa?"tanya Luis dengan cepat.     

"Bukti keterlibatan Leon dan Edmund atas semua kekacuan yang selama ini terjadi di perusahaan."     

Jack memasukkan satu tangannya kedalam saku celananya. "Coba bicara yang jelas, Erick."     

Erick menarik nafas panjang dan mulai mengatakan informasi yang baru saja ia dapatkan dari anak buahnya yang sedang mengurus semua kekacauan di kamar hotel yang sebelumnya ditempati Steffi, meski Steffi sudah membayar semua biaya tinggalnya selama sepuluh hari di hotel itu tapi kerusahakan atas ranjang dan perabotan lainnya yang terkena darah diganti oleh Jack.     

"Sepertinya wanita itu benar-benar sudah mempersiapkan semuanya,"ucap Luis singkat.     

Jack mengangguk pelan. "Syukurlah, setidaknya wanita itu sadar atas kesalahannya selama ini dan meminta maaf pada istriku sebelum meninggal."     

Erick tersenyum. "Lalu apa yang harus kita lakukan, Tuan?"     

"Ambil laptop miik Steffi dan kita pelajari, kumpulkan semua bukti sebelum menangkap dua orang sakit jiwa itu,"jawab Jack dingin, mengingat Leon dan Edmund membuat mood Jack rusak.     

"Tiga orang Tuan, jangan lupakan Jhonny. Jhonny Immanuel lah yang membaut Edmund seambisi itu merebut perusahaan milik ayah anda,"celetuk Erick dengan cepat.     

Luis terkekeh. "Tenang Tuan, anda tidak sendiri saat ini. Ada aku yang akan membantu menyingkirkan hama-hama itu, jadi anda tetap menepati janji anda pada Tuan Calvin. Tak menyakiti paman dan saudara angkat anda."     

Jack tersenyum. "Ya, kau benar. Setidaknya janjiku pada Daddy akan tetap terjaga baik."     

Karena hari sudah semakin siang dan ketiganya belum makan akhirnya Jack pun memutuskan mengajak mereka meninggalkan area pemakaman untuk mencari restoran sembari menyusun rencana baru menggunakan barang bukti baru yang berasal dari laptop milik Steffi.     

Dalam perjalan menuju restoran Jack menyibukkan diri berkirim pesan dengan Anne, sesekali ia tersenyum saat membaca pesan yang dikirimkan Anne.     

Anne1.Clake:     

Tolong bawajan aku baklava setelah kalian selesai dengan urusan di Swiss.     

JacksonK. Clarke:     

Apa itu Baklava? Namanya aneh, aku baru pertama mendengarnya.     

Anne1.Clarke:     

Gunakan kecerdasanmu untuk mencari tahu apa itu baklava, jangan balik bertanya padaku.     

Jack terdiam cukup lama saat membaca pesan yang dikirimkan Anne, tanpa pikir panjang Jack kemudian melakukan pencarian di internet untuk mencari tahu apa itu baklava. Senyumnya mengembang saat melihat apa itu baklava, Baklava adalah sejenis pastry khas Turki yang memiliki ciri khas berupa teksturnya yang berlapis-lapis. Sajian khas Turki satu ini memiliki cita rasa sangat manis yang pas untuk disantap sore hari bersama segelas Teh khas Turki.     

JacksonK.Clarke:     

As your wish princess, aku akan membawakan pesanan yang kau mau. Sabar ya, setelah semua urusanku selesai aku akan kembali padamu dan maafkan aku atas ketidakjujuranku kemarin. Aku terlalu egosi sehingga tak memikirkan perasaanmu.     

Anne1.Clarke:     

Dimaafkan jika apa yang aku minta sudah berada ditanganku, jika belum berarti maafku belum kuberikan padamu.     

Jack tersenyum membaca pesan terakhir dari Anne sebelum akhirnya ia mematung saat membaca sebuah notifikasi yang muncul di ponselnya.     

'This user has blocked you'     

Bunyi notifikasi yang muncul pada saat Jack mengirimkan emoticon menangis sebelumnya pad Anne.     

"Akh benar-benar, sepertinya kita harus bergerak cepat supaya masalah ini cepat selesai,"ucap Jack frustasi.     

Erick mengernyitkan keningnya. "Apa sudah terjadi masalah lain, Tuan?"     

"Iya, Anne memblokir nomor ponselku jika aku segera kembali dengan membawa baklava."     

"Baklava?" Secara bersamaan Erick dan Luis mengulangi nama makanan turki itu dengan bingung karena baru pertama kali mendengarnya, sama seperti Jack beberapa saat yang lalu. Damn, yang bodoh ternyata bukan hanya Jack saja.     

"Gunakan ponsel kalian untuk mencari tahu apa itu baklava,"sahut Jack ketus.     

Di blokir oleh Anne membuat Jack tak tenang, ia benar-benar gelisah dan tak bisa fokus. Jack kini bersumpah tak akan mengampuni Leon dan Edmund beserta Jhonny Immanuel sang paman tanpa ikatan darah itu.     

Sementara itu Erick dan Luis sibuk mencari tahu apa itu baklava melalui ponsel masing-masing, begitu mengetahui apa itu baklava keduanya tersenyum kecil. Segarang-garangnya sang tuan tetap saja ia akan ciut pada istrinya dan hal itu sudah terbukti berkali-kali, well sepertinya hukum alam memang berlaku. Jadi pepatah besar yang mengatakan dibalik kesuksesan seorang pria ada seorang wanita yang hebat itu sepertinya benar.     

Sepanjang perjalanan menuju restoran untuk mengisi perut Jack terus mencoba mengirimkan pesan pada Anne, sebenarnya bukan hanya pesan. Tapi berbagai emoticon memelas juga ia kirimkan, namun karena Anne masih memblokirnya alhasil pesan-pesan itu tertahan di ponselnya dan tak sampai ke tujuan. Jack pun akhirnya terpikir sebuah ide gila untuk bisa berkomunikasi dengan Anne.     

Dengan senyum mengembang Jack mulai memainkan jemarinya dengan lincah diatas layar ponselnya sebelum akhirinya ia mengirimkan pesan itu.     

"Hehe..."     

Sebuah senyum mengganggu nampak terlihat diwajah Jack sedetik kemudian.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.