I'LL Teach You Marianne

Know you better



Know you better

Dengan menahan malu Anne langsung berlari masuk kedalam kamarnya kembali, ia merutuki kecerobohannya yang keluar begitu saja hanya menggunakan selimut. Tapi ini semua tak akan terjadi jika tak ada suara gelas pecah, jadi ini tak bisa dibilang salahnya 100%. Jack harus bertanggung jawab atas semua kekacauan yang baru saja terjadi dan Anne akan mengingatnya dengan baik hal itu.     

Setelah Anne kembali masuk kedalam kamar Jack melepaskan cengkraman tangan Chester pada kerah bajunya dengan mudah, Chester sepertinya masih terganggu akan ucapan Jack sebelumnya. Setelah berhasil melepaskan diri dari Chester secara tiba-tiba Jack mendorong Chester dengan kuat sehinga membuat pria itu terjatuh di sofa.     

"Kau.."     

"Aku memang sengaja mengambil alih asetmu di wilayah selatan, kau ingin tahu apa alasannya? Alasannya adalah karena aku tak mau melihat istriku sedih,"ucap Jack dingin.     

Chester menaikkan satu alisnya. "Ck, menjijikan sekali. Bisa-bisanya kau membawa istrimu dalam masalah ini, kau benar-benar pengecut Jack."     

"Aku pengecut kau bilang? Haha...Bawa kemari berkasnya Erick."     

Erick pun langsung mendekati Jack dengan membawa berkas yang sudah disiapkan sebelumnya, begitu berkas-berkas itu berpindah ditangannya Jack langsung melemparkannya ke pangkuan Chester dengan cepat.     

"Baca itu, setelah itu katakan padaku siapa yang pengecut disini."     

Meski kesal dengan perlakuan Jack namun tak urung Chester melakukan apa yang diminta Jack, satu demi satu ia mengumpulkan kertas yang sebelumnya dibuang oleh Jack. Dua menit pertama tak ada perubahan ekspresi pada pria itu sampai akhirnya pada menit keempat wajahnya menjadi sepucat susu. Bibirnya bahkan sampai bergetar saat menemukan surat peringatan dari salah satu pengacaranya yang meminta pihak panti asuhan yang selama dua puluh tahun ini menggunakan lahannya untuk segera pindah, tak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan Chester kemudian meraih ponselnya dan menghubungi salah satu pengacaranya untuk memastikan kebenaran surat peringatan yang kini ada padanya.     

Selama sang pengacara bicara Chester tak membuka mulutnya sama sekali, ia benar-benar sangat terkejut dengan perkataan sang pengacara yang membenarkan surat peringatan yang Chester tanyakan.     

"Aku tak menyangka orang sekaya kalian tega mengusir panti asuhan yang selama ini menampung anak-anak kurang beruntung untuk pergi, ck...apa kalian sudah kehabisan uang hingga melakukan hal serendah itu? Kalau memang katakan saja, aku akan siap menginvestasikan uangku untuk usaha keluarga kalian,"ucap Jack pelan membuyarkan lamunan Chester yang sangat shock, bahkan dengan tanpa sadar ia sudah meremas kuat kertas yang berisi peringatan yang diterbitkan pengacaranya.     

Heing.     

Tak ada jawaban atau sanggahan dari Chester. Pria itu masih sangat shock dengan apa yang baru saja ia lihat, harga dirinya sebagai seorang sekretaris jendral PBB yang disanjung-sanjung hampir semua orang di dunia ini langsung hancur karena surat yang diterbitkan pengacaranya itu. Dan lebih kacaunya lagi sang ibulah orang dibalik keberadaan surat mengerikan itu.     

Secara tiba-tiba Chester bangun dari kursinya, agak terhuyung ia berdiri dihadapan Jack. Sorot mata garangnya sudah hilang, berganti dengan pandangan penuh sesal yang dapat dengan mudah Jack baca. Detik selanjutnya pria itu membalik tubuhnya dan berjalan menuju pintu keluar, ditangannya masih tergenggam salinan surat peringatan yang ditunjukkan Jack. Beberapa kali ia hampir terjatuh kalau saja anak buahnya tak bertindak cepat.     

Jack menipiskan bibirnya melihat kondisi Chester yang sepertinya sangat terpukul, tak ada kalimat yang terucap dari bibir Jack saat ini bahkan ketika Chester secara tak sengaja menjatuhkan salah satu guci mahalnya yang berasal dari Cina ketika ia akan menuruni undakan menuju mobilnya yang terparkir tepat didepan pintu rumahnya.     

"Tuan..."     

Jack mengangkat tangannya, menghentikan perkataan Erick. "It's ok, singkirkan saja guci itu."     

"Siap."     

Erick kemudian menoleh ke arah anggota the warrior yang lain untuk menyingkirkan pecahan guci dengan ukiran naga besar yang sedang terbang yang sudah berserakan dilantai supaya yak melukai siapapun.     

Jack sendiri memilih pergi ke lantai dua untuk menemui istrinya, rasanya saat ini menggoda Anne lebih menyenangkan daripada terus mengingat kelakukan absurd Chester Llyod dan keluarganya yang aneh itu. Niat Jack untuk menyusul Anne ke kamar terpaksa ia batalkan karena wanita yang ingin ia goda sudah berdiri dengan anggunnya didepannya, warna putih dres yang digunakan Anne membuatnya nampak sangat cantik dimata Jack. Anne yang tahu cara menyenangkan Jack nampak luar biasa dengan gaya berpakainnya saat ini.     

"Well, istriku yang cantik ini ingin mengesankan siapa dengan berpakaian seperti ini?"tanya Jack pekan bernada provokasi.     

Senyum yang sudah dipasang Anne pun lantas hilang seketika saat mendengar pertanyaan yang Jack lontarkan. "Sepertinya aku salah memilih pakaian, akan lebih baik jika kau menggunakan selimut seperti tadi saja untuk..."     

"How dare you!!"     

Anne langsung meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Apa masalahnya? Bukankah itu jauh lebih baik daripada aku mendapatkan pertanyaan yang sangat menyebalkan seperti ini dari suamiku sendiri, huh?"     

Jack tersenyum, ia melangkahkan kakinya mendekati Anne yang sedang marah. Tangan kekarnya perlahan melingkari pinggang ramping Anne dan menariknya dengan kuat ke arah tubuhnya, memeluknya erat seperti baru bertemu setelah lama berpisah.     

"Sepertinya masih ada yang kurang dengan pelayanan yang aku berikan tadi pagi, sehingga..."     

"Jack..."erang Anne kesal.     

Jack terkekeh geli. "Ok ok.. maafkan aku, aku hanya bergurau. Aku hanya sedang kesal saja kau secantik ini saat ini, tapi aku senang karena si sekjen brengsek itu sudah pulang setelah ia menghancurkan salah satu guci mahal kesayanganku."     

Anne menaikkan satu alisnya. "Chester sudah pulang?"     

"Kenapa? Kecewa?"     

Anne mencebikkan bibirnya. "Sekali lagi kau menggodaku maka jangan salahkan aku jika aku marah padamu, Jack."     

Bukannya takut akan peringatan yang diberikan Anne, Jack justru semakin bersemangat menggoda istrinya. Tanpa rasa lelah Jack langsung meraih tubuh Anne, menggendongnya ala pengantin dan membawanya kembali masuk kedalam kamar yang tentu saja membuat Anne panik. Mereka baru selesai bercinta satu jam yang lalu setelah semalam suntuk saling memuaskan diri.     

"Kau tak berniat untuk membunuhku, bukan?"tanya Anne dengan cepat ketika Jack sudah membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang masih berantakan.     

Jack menyubit hidung mancung Anne dengan kuat. "Tak ada orang yang akan mati karena bercinta, jangan asal bicara."     

"Siapa bilang? Apa kau tak melihat banyaknya wanita yang meninggal karena kekerasan sex dan...cup.     

Jack yang tak suka dengan ucapan Anne langsung memberikan kecupan di bibirnya dengan lembut.     

"Sepertinya kau harus dihukum karena sudah sembarang bicara, babe."     

Kepanikan langsung tergambar di wajah Anne saat Jack menyinggung soal 'hukuman', Anne tahu hukuman jenis apa yang akan Jack berikan padanya.     

"Aku benar-benar sudah tak bisa, tolong jangan..."     

Jack terkekeh geli. "Aku memang maniac, tapi aku tak segila itu sayang. Jadi kau tak usah khawatir."     

"Ya sudah kalau begitu katakan padaku apa tujuan Chester datang?"Anne langsung memberikan pertanyaan yang sejak tadi ingin ia tanyakan pada Jack.     

"Pria itu ingin membuat perhitungan denganku karena aku membeli paksa asetnya kemarin."     

Anne terdiam, ucapan Jack berhasil membuatnya teringat akan beberapa pertanyaan yang belum sempat ia tanyakan pada Jack. "Ok, sekarang katakan padaku apa alasanmu membeli paksa aset keluarga Llyod itu?"     

"Simpel, aku tak mau kau bertemu dengannya karena masalah panti asuhan. Aku sengaja memblokir semua aksesmu untuk bisa dekat dengan duda itu, karena itu aku membeli paksa asetnya supaya kau tak bisa menemuinya untuk menanyakan perihal kebenaran surat peringatan yang diterbitkan pengacara keluarga Llyod itu,"jawab Jack dengan cepat tanpa jeda.     

Kedua mata Anne membulat sempurna. "Bagaimana kau bisa menebak aku akan menemuinya? Kalau ucapanmu itu tak benar maka bisa dikategorikan dengan sebuah fitnah."     

Jack tersenyum hangat. "Aku mengenalmu melebihi kau mengenal dirimu sendiri, Anne. Kau tentu tahu itu dengan baik bukan?"     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.