Menikahi Pria Misterius

Peringatan Keras!



Peringatan Keras!

Bai Ruwei memandang wanita itu dengan perasaan marah, lalu dia membalas, "Omong kosong apa yang sedang kamu bicarakan?"     

Wanita itu langsung duduk dari tempat tidur, lalu dia menjelaskan, "Aku bicara omong kosong? Bukankah kamu bekerja di bar? Siapa yang tidak tahu bahwa semua wanita yang bekerja di bar, itu sebenarnya mereka adalah pelacur! Dan malam ini kamu juga berdandan dan berpakaian seperti ini. Kemudian kamu keluar dan mencari lelaki yang mau denganmu. Apakah kamu berani mengakuinya?"     

"Kamu jangan berbicara sembarangan seperti itu! Aku tadi pergi dengan pacarku!" Bai Ruwei tidak bisa menahan diri untuk tidak berteriak.     

"Pacar? Bukankah itu lelaki simpananmu?" Wanita itu menatapnya dengan sinis, lalu dia melanjutkan "Lihat, gaun ini terlihat cukup mahal, kan? Apakah kamu baru kembali setelah menyelesaikan aksimu? Coba berkatalah dengan jujur! Kamu pasti mendapatkan banyak uang. Tapi kenapa kamu masih tinggal di tempat seperti ini bersama kami. Terakhir kali aku melihat mobil sport sedang menjemputmu. Tampaknya harga mobil itu setidaknya beberapa juta yuan."     

Bai Ruwei mengabaikannya, lalu dia berlari keluar ruangan seolah dengan mata merah karena dia merasa sangat sedih.     

Dia memasuki kamar mandi, lalu berdiri di bawah pancuran air hangat yang mengalir dari ujung kepala sampai ujung kaki. Setelah beberapa saat, dia langsung menangis.     

Kenapa dia selalu dihina? Kenapa selalu saja ada orang yang suka merendahkannya? Padahal dia telah benar-benar bekerja keras.     

Bai Ruwei segera berbalik kemudian dia melihat ke arah cermin yang ada di sampingnya.     

Bai Ruwei memandang dirinya sendiri di cermin, tampaknya dia memiliki kulit yang cerah dan tubuh yang ramping. Dalam uap air hangat itu, seolah dia terlihat lebih anggun dan feminin.     

*     

*     

*     

Keesokan harinya, ponsel Su Wanwan tiba-tiba berdering. Dia terbangun dari tidurnya dan buru-buru mengangkat ponselnya.     

Ketika Su Wanwan melihat nama "Huang Gangsheng" di layar ponselnya. Dia ingat bahwa dia telah berjanji untuk menemuinya di stasiun TV untuk syuting studio pada jam sembilan pagi ini.     

Dan saat ini jam sudah menunjukkan pukul 8:50! Bahkan jika Su Wanwan naik pesawat, dipastikan dia tetap akan terlambat.     

Su Wanwan mengangkat telepon itu, dan dia mulai menyapanya, "Selamat pagi Ketua, aku minta maaf. Aku..."     

"Haha… tidak apa-apa, kurasa kamu kelelahan karena tadi malam kamu telah merayakan Hari Valentine. Jadi kamu tidak bisa datang, kan?" Ucap Huang Gangsheng     

Su Wanwan menjawab, "Maafkan aku."     

"Tidak apa-apa, tunggu kesempatan berikutnya." Imbuh Huang Gangsheng.     

Su Wanwan hanya bisa meminta maaf lagi dan lagi.     

Setelah menutup telepon. Kebetulan Huo Jingshen keluar dari kamar mandi. Lalu Su Wanwan mengambil bantal yang ada di kasur itu. Dan dia melemparkan ke arahnya, dengan mengatakan, "Bajingan bau!"     

Huo Jingshen menatap wajahnya yang memerah seolah karena malu, dan dia membalas, "Sayang, apakah kamu memujiku?"     

Su Wanwan terdiam.     

"Bagaimana menurutmu?" Huo Jingshen mencubit pipi Su Wanwan. Dan Su Wanwan langsung menundukkan kepalanya.     

Su Wanwan mendorongnya menjauh, dan dia mengatakan, "Jangan... aku... aku akan terlambat bekerja!"     

"Tunggu sebentar." Jawab Huo Jingshen.     

Su Wanwan terdiam.     

*     

*     

Setelah perayaan Hari Valentine, perusahaan dan agensi besar di Nancheng memulai rutinitasnya kembali.     

Xiao Yebai juga pulih dan keluar dari rumah sakit. Dan dia kembali bekerja di perusahaan milik keluarga Mo.     

Rencana tahun ini di musim semi. Ketika hari kelima belas bulan pertama kalender lunar berlalu. Hari berikutnya adalah hari keenam belas dari bulan lunar pertama. Tepatnya, hari ini merupakan peringatan kematian Xu Xian.     

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Mo Weiyi memakai pakaian serba berwarna hitam, lalu dia tampak memegang lengan Xiao Yebai, dengan berjalan menuju ke makam Xu Xian bersama keluarga Mo lainnya.     

Kecuali Kakek Mo, dia tidak ikut datang. Beberapa pelayan dan pengawal keluarga Mo semuanya ikut datang. Dan juga ada Nenek Xu dan Xu Jing.     

Bahkan, proses pembersihan makam berlangsung sangat cepat. Semua orang menaburkan bunga secara bergantian, lalu mereka menyalakan dupa, dan terdiam untuk beberapa saat untuk berdoa. Diperkirakan total waktu yang dibutuhkan sekitar kurang dari satu jam.     

Setelah mengunjungi makam Xu Xian, semua orang masuk ke dalam mobil dan segera pergi meninggalkan tempat itu.     

Daerah tempat tinggal Nenek Xu lumayan jauh dari tempat makam itu, jadi dia akan bermalam di rumah tua keluarga Mo.     

Mungkin Mo Weiyi sudah lama tidak bertemu neneknya, jadi dia kembali ke rumah tua bersamanya.     

Setelah mobil hitam perlahan pergi meninggalkan tempat makam, Xu Jing berkata, "Kakak ipar, bisakah aku menumpang? Tidak mudah menemukan taksi di daerah sini."     

"Oke, baiklah." Mo Yaoxiong menyetujuinya.     

*     

*     

Setelah Xu Jing masuk ke dalam mobil. Dia melihat, mobil itu dikemudikan oleh Xiao Li, supir pribadi Mo Yaoxiong.     

Xu Jing dan Mo Yaoxiong duduk dengan tenang di belakang.     

Beberapa kali ketika Xiao Li melirik ke arah Xu Jing, dia terlihat sedang menyeka air matanya. Dan Mo Yaoxiong tampak sering menghela nafas panjang. Dan mereka juga tidak saling berbicara sama sekali.     

Ketika mobil tiba di tempat daerah Xu Jing tinggal, Mo Yaoxiong berkata, "Apakah kamu tidak akan pergi ke pertunjukan besok? Istirahatlah setelah ini. Sudahlah jangan terus menangis. Nanti matamu sembab."     

"Terima kasih, saudara ipar." Xu Jing mengangguk, lalu dia membuka pintu mobil. Dan langsung keluar dari mobil.     

Mo Yaoxiong masih tidak berbicara, dan Xiao Li tidak berani mengemudikan mobil itu. Dia tidak akan mengemudikan mobil itu sampai tuannya yang menginstruksikannya.     

Setelah Xu Jing keluar dari mobil, dia perlahan berjalan ke koridor. Dan Mo Yaoxiong akhirnya berkata, "Ayo kita pulang sekarang."     

"Baik, Tuan." Xiao Li segera mengemudikan mobilnya untuk keluar dari tempat tinggal Xu Jing.     

Setelah beberapa saat kemudian, ponsel Mo Yaoxiong tiba-tiba berdering sebelum dia keluar dari tempat Xu Jing.     

Mo Yaoxiong mengangkat telepon itu, dan dia berkata, "Xu Jing, ada apa?"     

Setelah mendengar perkataan Xu Jing, wajah Mo Yaoxiong tiba-tiba seolah berubah. Lalu dia menjawab, "Baiklah, jangan khawatir. Tunggu aku sebentar. Aku akan ke sana."     

Setelah berbicara, Mo Yaoxiong meletakkan ponselnya, dengan mengatakan, "Kembalilah."     

"Baik, Tuan." Xiao Li buru-buru berbalik, dan ketika mobil melaju ke tempat parkir. Mo Yaoxiong langsung keluar dari mobil dan bergegas ke koridor.     

Xiao Li mengerutkan kening. Sebenarnya apa yang sedang terjadi?     

*     

*     

Mo Yaoxiong naik lift ke lantai atas. Begitu dia keluar dari lift, Xu Jing menghampirinya dengan panik. Dan dia berkata, "Kakak ipar!"     

"Bagaimana? Apa kamu sudah menelepon polisi?" Tanya Mo Yaoxiong.     

Xu Jing mengangguk, dan dia membalas, "Aku sudah menelepon polisi tadi, tapi aku tidak berani masuk ke sana sekarang. Di sana masih ada orangnya atau tidak, aku tidak tahu"     

"Jangan takut," kata Mo Yaoxiong dan dia langsung masuk ke rumah Xu Jing.     

"Kakak ipar, hati-hati." Xu Jing menarik lengannya, bahkan jari-jarinya tampak gemetar.     

Xu Jing tampak sangat ketakutan. Dan Mo Yaoxiong meyakinkannya, "Tidak apa-apa, ikuti aku dari belakang."     

Mo Yaoxiong berjalan ke pintu yang tampak terbuka, lalu dia mengulurkan tangan dan mengambil payung hitam di sebelah pintu. Kemudian dia mengangkat kakinya dan berjalan menuju ke ruang tamu.     

Setelah Mo Yaoxiong memeriksa seluruh ruangan itu, untungnya tidak ada orang di sana. Hanya saja isi rumah itu sudah sangat berantakan. Di ruang tamu dan ruang dapur itu terlihat ada beberapa puing-puing dari pecahan piring dan gelas yang berserakan di lantai.     

Ketika Mo Yaoxiong mendorong pintu kamar tidur, dia menemukan bahwa itu bahkan lebih kacau dari ruangan sebelumnya. Semua pakaian wanita itu tampak berserakan di lantai dan di sekitarnya.     

Kemudian Xu Jing ingin membersihkan tempat itu, tetapi dihentikan langsung oleh Mo Yaoxiong. Dengan mengatakan, "Jangan, tunggu polisi saja dulu. Mungkin polisi perlu mengumpulkan sidik jari."     

"...Oke." Xu Jing hanya bisa patuh apa yang Mo Yaoxiong perintahkan kepadanya.     

Beberapa saat kemudian, ada dua polisi datang.     

Kemudian dua polisi itu langsung masuk dan memeriksa seluruh isi ruangan tersebut. Setelah selesai memeriksa, polisi itu berkata, "Setelah melakukan pemeriksaan di beberapa tempat, aku tidak menemukan adanya sidik jari selain sidik jari si pemilik rumah."     

"Apakah kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan di cctv di tempat ini?" Mo Yaoxiong bertanya.     

Apartemen ini hanya memasang kamera cctv di lift saja. Dua polisi itu akhirnya pergi ke ruang keamanan untuk memeriksanya. Dan mereka hanya melihat orang-orang melakukan aktifitas sehari-hari. Dan mereka tampaknya tidak terlihat mencurigakan gerak-geriknya.     

Setelah memeriksa kamera cctv di ruang keamanan, dua polisi itu kembali ke lantai atas untuk menemui Mo Yaoxiong dan Xu Jing.     

"Aku akan menanyakan beberapa pertanyaan, apakah kamu kehilangan barang berharga?" Tanya salah satu polisi itu.     

Xu Jing buru-buru berkata, "Laptopku dicuri, serta uang berjumlah sekitar ribuan dolar di laci kabinet dan juga kartu bank. Semuanya telah hilang."     

"Ini sepertinya kasus perampokan." Polisi itu melanjutkan, "Aku akan melaporkan kasus ini ke kantor kepolisian. Dan aku akan memberitahumu ketika kami menemukan petunjuk."     

Saat menandatangani kertas persetujuan tersebut, polisi lain berkata, "Kemarin, di gedung sebelah, ada seorang wanita muda yang sedang memesan makanan secara online. Dan beberapa saat kemudian, ada yang mengetuk pintu kamar wanita itu. Wanita itu mengira, yang datang adalah kurir restoran tersebut. Ujung-ujungnya, tidak hanya kamar saja yang digeledah. Tapi, wanita itu juga diperkosa, dan dianiaya. Untungnya ini hanya kasus pencurian, tanpa harus melibatkan kekerasan."     

Xu Jing merasa sangat ketakutan setelah mendengar cerita polisi itu, sehingga wajahnya tampak memucat. Lalu dia berkata, "Aku... biasanya tinggal sendiri di sini."     

Polisi itu memandang ke arah Mo Yaoxiong, kemudian dia mengatakan, "Apakah ini..."     

"Dia saudara iparku." Sahut Xu Jing.     

Polisi itu terdiam. Dia pikir mereka adalah pasangan suami istri.     

*     

*     

Setelah polisi pergi, Xu Jing berkata, "Kakak ipar, aku minta maaf. Karena aku menyuruhmu datang ke sini, akibatnya polisi itu berpikir kita ini adalah pasangan suami istri. Aku tidak tahu kalau polisi itu akan berkata seperti ini..."     

"Oke, tidak apa-apa." Mo Yaoxiong juga merasa sedikit malu, jadi dia menambahkan lagi, "Omong-omong, kenapa kamu menyimpan uang begitu banyak di rumah. Itu benar-benar tidak aman."     

"Karena kartu bankku rusak. Jadi aku berpikir, aku akan menarik upah gajiku bulan lalu secara tunai. Mungkin nanti aku akan pergi ke bank untuk mengurus kartu itu." Kata Xu Jing.     

"Kartu bank ini juga bisa dioperasikan secara online. Jika kamu tidak mengerti, aku akan mengajarimu nanti." Ucap Mo Yaoxiong.     

Xu Jing adalah seorang pemain biola. Dan dia ini tidak begitu paham dengan teknologi yang serba canggih seperti ini. Sehingga Mo Yaoxiong merasa kasihan, jadi dia menawarkan untuk mengajarinya nanti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.