Ciuman Pertama Aruna

III-34. Pengambilan Keputusan



III-34. Pengambilan Keputusan

Di dunia ini tidak ada yang mustahil, semua bisa terjadi. Tiap-tiap tindakan seseorang yang berasal dari pengambilan keputusan bisa muncul dari beberapa faktor yang mempengaruhinya; Posisi, Kedudukan, Masalah, Situasi, Kondisi, Tujuan.     

Lima aspek utama ini bisa membuat seseorang mengusung tindakan yang berbeda-beda. Manusia demikian dinamis ketika tiap individu tersebut tidak memiliki dasar yang kuat sebagai pegangan hidup.     

Hendra bersama jajarannya termasuk Andos, tentu saja Nana sebagai sekretarisnya menjenguk para korban ledakan. Sejujurnya tinggal beberapa saja yang masih perlu rawat inap selebihnya mereka sudah kembali bekerja seperti sedia kala.     

Jika masalah ini di kubur dan di anggap tidak ada, memang tidak begitu terasa dampaknya. Akan tetapi tiap tindakan berasal dari keputusan dan keputusan mengusung faktor, faktor-faktor inilah yang menjadi bagian dari motif. Motif yang merupakan unsur intern yang membangun, mengarahkan dan mengintegrasikan tingkah laku dan tindakan seseorang perlu di gali lebih dalam sehingga tidak terjadi kesalahan berulang.     

Hendra memahami ini, Society yang di bentuk pada lantai D sudah cukup bagus. Posisi masing-masing orang benar-benar di atur dengan ketentuan yang telah tersepakati. Kedudukan pun disesuaikan dengan bakat dan kemampuan. Masalah yang menaungi lantai D selama ini bukan Internal melainkan faktor eksternal.     

Situasi dan kondisi baik sosial, psikologis dan kesehatan sangat di perhatikan. Mereka memang bekerja dalam lingkungan yang terdiam dan identitasnya pun ter samarkan. Jadi di balik tekanan kerja ada privasi yang terjaga. Anehnya, dengan Society yang cukup baik dan sistem pendukung yang baik kenapa masih ada penghianat? Apa tujuan sang pembuat kericuhan?     

Pemahaman panjang berikut Hendra nalar bersama kedatangannya di tiap-tiap kamar para korban. Hendra lebih banyak merenungi dari pada berekspresi. Sampai pada satu kamar dia yang duduk pada sofa pengunjung memperhatikan Nana serta Andos yang sedang bercakap-cakap.     

Hendra terdiam, tapi pikirannya melayang-layang. Hal semacam ini harus segera di selesaikan atau masing-masing individu lantai D mulai tak percaya satu sama lain, lebih berbahaya lagi tidak percaya diri menjadi bagian ruang bawah tanah tersebut.     

Ada beberapa momentum yang bisa di lakukan untuk penyelesaian kasus semacam. Cara paling mudah dengan mendapatkan kambing hitam sementara mencari pelaku sebenarnya. Ah' ini akan menyelamatkan ikatan antar individu tapi hanya kamuflase sementara.     

Atau sistem lantai D di hapuskan. Yang bekerja di banker rahasia tersebut di perlakukan seperti pekerja biasa yang bekerja layaknya para karyawan di perkantoran normal. Kecuali unit-unit tertentu, akan tetapi resikonya Djoyo makmur grup kehilangan powernya.     

Otak Hendra tidak mau diam. Dia kini berdiri dan mendekati pasien yang terbaring. Lalu membuat satu kalimat tanya; "menurutmu siapa pelakunya? Dan Kenapa?"     

Si terluka yang mendapatkan pertanyaan sontak gugup, sejalan kemudian dia buru-buru menjawab dan Hendra juga memburu keterangan dari alasan-alasan jawabannya.     

Pada tiap orang yang di jenguk dia mengajukan kalimat tanya dan cara berburu alasan yang hampir sama.     

Hingga dalam perjalanan pulang Andos tidak kuasa untuk tak ikut mempertanyakan kelakuannya, "Kenapa Anda menginvestasi mereka, itu tugas Vian. Aku rasa Anda tidak perlu sulit-sulit melakukan hal sejauh itu, aku takut mereka yang tidak bersalah ikut tertekan," ujar keberatan Andos.     

"Jangan khawatir aku hanya ingin tahu komentar mereka, dengan begini aku memahami kemungkinan besar pelakunya bukan kalangan biasa. Pelakunya salah satu dari pimpinan lantai D?" jawaban ini menyulut detak jantung perempuan yang duduk di sampingnya.     

"Dari mana anda bisa membuat kesimpulan macam begini?" Andos kembali di buat penasaran.     

"Kau ingat cctv tidak bisa di aktifkan kembali karena server putus? Dan yang tahu adanya ruangan server tersebut hanya yang memiliki akses menuju ruang setengah lingkaran. Mereka yang punya akses ke tempat tersebut yang bisa menuju ke tempat server. Tempat itu tidak bisa terbuka dengan kartu dia membaca kornea mata serta sidik jari. Kau tahu maksudku Andos," pernyataan Hendra mendorong pupil mata Andos melebar.     

Dan sesaat tertangkap senyum minim Andos.     

"Pimpin investasi ini, Vian tak akan bisa menggunakan nalarnya dengan bersih sebab dia korban," perintah ini langsung di iyakan Andos dengan kata "Baik," yang terkesan bersemangat.     

Sedangkan perempuan yang berada di antara mereka mulai berkeringat dingin.     

***     

Aruna keluar dari kantor Advokat Mahendra dengan perasaan teramat lega. Ini kali pertama dia mendatangi perkantoran para Advokat apalagi tim dari seorang advokat kenamaan Fernando Caligis. Aruna sempat dilanda grogi luar biasa. Tapi ternyata tanpa diduga dia diperlakukan begitu luar biasa. Aruna sering kali tidak sadar tentang latar belakang yang dia sandang. Pola pikirnya teramat sederhana bahwa tim advokat yang tadi di temuinya memang golongan manusia ramah dan baik. Padahal servis tersebut di munculkan sebab suaminya ialah member VVIP.     

Gadis ini memasuki mobil masih sambil tersenyum cerah, menyapa Herry dengan ramah. Sangat bertolak belakang dengan keberangkatan.     

"kita ke mana sekarang, nona," tanya Herry.     

"Belanja," ujar Aruna.     

"Mau ke mall apa? Atau butik apa?"     

"Em.. apa ya.." si perempuan sederhana ini tak punya ide sama sekali, "Herry tahu nggak, kak Tania atau sekretaris Nana beli baju branded mereka di mana?" Polos sekali pertanyaan ini.     

Herry tersenyum ringan mendengarnya, "saya belum jadi ajudan tuan ketika beliau dekat dengan Tania, jadi saya tidak tahu. Sekretaris Nana.." ajudan ini terlihat sekali berpikir dengan sangat untuk menjawab pertanyaan terkait Nana, "Saya juga tidak tahu,"     

"Yah.." suara Aruna kecewa.     

_dia mengambil baju-baju anda_ ada yang menjawab versi gumaman hati.     

"Jangan bersedih nona, coba anda cari tahu di google," idenya tak buruk.     

***     

[Halo, selamat siang kami dari tim advokat Fernando Caligis. Apakah tuan Mahendra ada waktu untuk menerima sedikit informasi dari kami] customer service kantor Caligis berharap segera bisa menyampaikan capaian mereka.     

"Hendra ada panggilan untukmu dari kantor pengacara Fernando," Hendra buru-buru menyahut benda di tangan Nana. Handphone dengan nomor official yang di pegang para sekretaris.     

Ternyata kabar bahagia yang dia terima, Fernando sendiri yang memberi kabar padanya tentang keputusan sang istri.     

Pria ini spontan bisa duduk bersandar dengan nyaman. Punggungnya di rebahkan pada kursi mobil. Sambil mengusung senyuman di wajahnya Mata biru melempar pandangan ke luar jendela.     

Ini belum dua bulan, dan Aruna sudah memberi segalanya. Tinggal satu yang perlu dia usahakan. Membuat putri Lesmana hamil bayi mereka.     

"Tolong bawa aku ke outlet resmi D*or atau Chan*l khusus make up," perintah Hendra pada pengemudi di depan.     

"Kau ingin membeli sesuatu kata Nana hati-hati," setelah mengamati raut sumringah Hendra yang terbit secara tiba-tiba.     

"Oh iya.. bantu aku memilih make up," pinta Hendra.     

"kau ingin membelikan ku?" masih hati-hati Nana bertanya.     

"Jika kamu ingin, kamu juga boleh ambil," ucapan Hendra membuat Nana salah menangkap kehendaknya.     

***     

"Herry.."     

"Ya nona,"     

"Kenapa kamu bawa aku ke tempat seperti ini?" ada yang gelisah menamati banderol harga di baju-baju yang terpampang di depannya.     

"Kalau anda ingin membeli pakaian yang biasa anda gunakan ketika tinggal di rumah induk. Memang di sini tempatnya," Herry meyakinkan.     

Nona ini bergerak mendekati ajudannya, sambil berjinjit dia berbisik dengan nada lirih, "kalau aku beli 4 sampai 5 pasang baju saja, sudah setara dengan harga beli Mini bus. Kita keluar aja yuk.."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.