Ciuman Pertama Aruna

III-27. Masa Lalu Mereka



III-27. Masa Lalu Mereka

"Kakek anda ingin anda istirahat, jangan marah," Andos menepuk pundak Mahendra, "sudah dini hari, esok masih ada waktu. Itu, yang di maksud kakek anda," Andos bahkan sempat memasang senyum yang tak cocok dengan kontur wajah garangnya.     

Hendra memaksakan diri untuk berjalan. Laki-laki ini harus merelakan perjumpaan dengan perempuan yang ingin dia peluk sepanjang perputaran bumi pada porosnya. Mirip air laut yang tak mau melepas dekapan di tiap detik waktu kepada salah satu bintang berpenghuni yaitu bumi.     

Hendra ingin jadi lautan yang mendekap daratan sehingga menjadikannya berpenghuni. Demikian analogi gilanya kala menikmati undangan pernikahan hasil karya Aruna yang berakhir sebagai permintaan berupa konsep pernikahan kepada EO pesta BlueOceans.     

Tidak ada yang tahu -kan, kenapa dia benar-benar menunjukkan kemarahan membabi buta tatkala deru genderang perang di suarakan Damar yakni berupa susunan kata sesuka hatinya; "Jika aku suatu saat nanti berkesempatan meminang dia yang Merona Kemerahan, tak akan kubuat dia membeku di dasar lautan berwarna biru. -Kan, ku biarkan menghangat, sehangat dirinya dan sehangat pesan cintaku untuknya,"     

Yang benar saja?!     

Bagi Hendra, dirinya adalah fungsi lautan untuk daratan, Fungsi air untuk makhluk hidup, dan fungsi warna biru yang membuat bumi ini menjadi berkilau indah jika terambil panoramanya dari angkasa.     

Mahendra punya esensi romantis yang berbeda, tak banyak orang bisa memahaminya. Sebab, dia sendiri tidak mampu mengungkapkan tiap-tiap maksudnya. Lelaki bermata biru hanya seorang lelaki penuh luka masa lalu yang jatuh cinta secara membabi-buta pada gadis mungil dengan sinar luar biasa, bernama Aruna. Itu sudut pandang Mahendra terhadap situasi hubungan mereka kala itu.     

.     

"Aku kian penasaran ke mana Anda menghilang akhir-akhir ini," lelaki yang sempat memberinya banyak petuah sebelum akhirnya bisa menaklukkan sidang perceraian, menyentil untuk menghentikan langkah keinginan Hendra menaiki tangga ruang tengah.     

Mahendra berbalik dan menebar senyuman, "Istriku memberikanku kesempatan untuk tinggal bersamanya," cukup itu yang membuat Andos menelan salivanya kembali.     

Pria dengan tampang garang lagi-lagi menyunggingkan bibir pertanda senyuman. Andos pergi tanpa memberi pengetahuan utama yang awalnya ingin dia beritahukan pada Mahendra; bahwa sekretaris kakeknya tersebut diminta untuk mencari tahu ke mana perginya pewaris tunggal Djoyodiningrat tiap malam.     

Andos mengurungkan niatnya, biarkan saja pasangan suami istri itu menemukan perdamaian mereka. Dan membiarkan tetua, yang menaruh harapan besar pada dirinya tetap dalam kondisi penasaran.     

***     

Malam itu Hendra lekas kembali menghubungi Aruna. Sayang seribu sayang, gadisnya tak mengangkat telepon. Giliran menghubungi Herry, ajudan itu bilang istri dan keluarganya sedang harap-harap cemas menunggu di depan kamar bersalin Aliana.     

Hendra mendamaikan dirinya dengan tidur di kamar utama mereka.     

Hingga pagi menyapa mata biru menyadari dirinya bangun terlalu siang, Mahendra bergegas menuju kamar mandi dan segera berbenah diri.     

Dia memacu mobilnya cepat-cepat untuk menemui Aruna yang sudah mengirim pesan padanya.     

[Putra kak Aliana sudah lahir. Lucu sekali, kamu tidak mau melihatnya?] Aruna membarengi pesannya dengan sebingkai foto mendekati baby Aliana yang tertidur pulas di atas ranjang bayi, mungil menggemaskan.     

Hendra berlari kecil menuju pintu utama rumah induk, bahkan kepergian Hendra tak bisa di hentikan Nana, "kemarin kamu menghilang tiba-tiba, sekarang mau ke mana lagi?," Hendra hanya menatapnya sejenak, lalu beranjak.     

"Hen..," panggilan itu lagi-lagi di abaikan, "meeting yang kamu batalkan sudah aku jadwal ulang hari ini," Nana membuntuti pria yang membuka pintu mobilnya.     

"jadwalkan ulang besok, atau minta Surya menggantikanku. Hari ini aku tidak janji bisa pergi ke kantor," dan lelaki tersebut pergi. Meninggalkan Nana yang masih menatap punggung mobil melaju menjauh darinya.     

Bagaimana sebenarnya masa lalu mereka?     

.     

.     

Tidak ada yang tahu mengapa Nana memiliki perasaan sekuat itu untuk kembali hadir dalam kehidupan Mahendra. Kecuali bagi yang mengerti masa lalu mereka.     

Hadyan panggilnya, lelaki yang dulu menjadikannya sebagai perempuan belia yang paling berharga, itu versi Nana.     

Nana kecil adalah sahabat sekaligus seorang teman perempuan satu-satunya Mahendra. Pernah lihat anak kecil kesepian karena sulitnya berteman. Mahendra si pemurung yang kesepian lalu di bawakan gadis kecil pembawa boneka sebagai teman oleh kakeknya.     

.     

Pada hari di mana Hendra tak lagi berminat di belikan mainan, opa Wiryo sangat gelisah. Hendra hanya -lah lelaki kecil dengan sejuta tanda tanya semenjak dirinya mendapatkan bencana karena meminta di belikan Ayah kepada Kakek dan mommy-nya.     

Dia masih mencoba menalar bias-bias absur, terkait mengapa dia tidak punya Ayah dan apa salahnya meminta ayah? Sampai-sampai dua hal tersebut mengakibatkan mommy-nya berubah jadi manusia bernafas akan tetapi tanpa ekspresi, seolah tak bernyawa.     

Hendra tak lagi punya permintaan apa pun sejak malapetaka berlangsung. Sehingga Nana sengaja di hadirkan oleh kakeknya, sebagai penghibur lelaki kecil kesepian dan pemurung.     

Nana tentu saja jadi amat sangat spesial di mata Mahendra, lelaki bermata biru punya cara yang berbeda tiap kali punya sesuatu yang di rasa dia suka, intinya sama, menjaga dan memanjakan mereka.     

Untuk mereka-mereka yang sempat hadir dalam kehidupan Hendra, pasti kesulitan melupakannya. Seperti Tania yang di izinkan membeli benda-benda mewah impian dan kesukaannya, atau Aruna yang di cintai secara berlebihan tanpa jeda. Nana pun pernah mendapatkan yang serupa.     

Tidak di biarkan pulang kembali ke yellow house, sering kali mengelabuhi sopir yang bertanggungjawab menjemput Nana hingga gadis ini tinggal di rumah induk seperti saat ini.     

Mereka Tumbuh bersama termasuk sekolah di tempat yang sama. Terutama ketika Mahendra menjalani treatment dari para psikiatri yang bekerja menanganinya terkait bersekolah di SMP biasa.     

Hendra di bantu Nana bersosialisasi di tempat asing tersebut. Mengingat Nana bersekolah sesuai dengan usianya yakni 12 tahun, sedangkan Mahendra masih 10 tahun, lebih muda 2 tahun dari rata-rata usia temannya pada masa itu.     

Tahun pertama berjalan dengan mulus tanpa kendala. Hendra bergantung pada Nana untuk berteman, begitu juga dengan Nana yang menjadikan dirinya seolah tuan putri negeri dongeng sebab perlakuan untuknya selalu di spesialkan Mahendra.     

Di tahun kedua, keduanya yang mulai beranjak remaja mendapat banyak kendala. Hendra mengharapkan Nana tak pernah berubah untuknya. Sedangkan Nana, ia yang terlahir cantik sedang jadi primadona. Tentu saja dia ingin sekali mengenal lawan jenis lainnya, bukan sekedar Hendra. Puncaknya di tahun ke tiga, ketika Nana tertarik pada lelaki berbeda dan berkencan dengan salah satu dari mereka.     

Mahendra yang merasa di abaikan tidak terima, Hendra sering berselisih yang berujung pertengkaran dengan Nana. Mereka saling menjauh sesaat, sampai suatu ketika Nana menangis dan berlari kepada Mahendra.     

Nana bilang pacarnya penghianat, dan membuatnya terluka. Menangis tersedu-sedu bahkan tak mau makan berhari-hari. Nana lupa siapa lawan bicaranya, lelaki remaja pengidap PTSD yang di tambuhkan dengan KPI (Key Performance Indicator) kegilaan kakeknya.     

Mahendra ... ... ...     

.     

.     

__________     

Syarat jadi reader sejati CPA: \(^_^)/     

1. Lempar Power Stone terbaik ^^     

2. Gift, beri aku banyak Semangat!     

3. Jejak komentar ialah kebahagiaan     

Cinta tulus pembaca yang membuat novel ini semakin menanjak :-D     

Biar makin seru bacanya follow Instagram => bluehadyan     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.