You Are Mine, Viona : The Revenge

\"Mereka kuat\"



\"Mereka kuat\"

"Apa!!!"      

Semua tamu Fernando berteriak secara serentak begitu mendengar perkataan Fernando, sehingga membuat suara yang sangat bising dan membuat Viona yang duduk disamping para tamunya itu menutup kedua telinganya.      

"Yes, itu pilihannya. Kalau kalian ingin menjadi tetanggaku maka kalian harus rela menyerahkan kesempatan untuk menjadi orang tua baptis dari Abby dan Aaric, tapi kalau kalian masih menginginkan posisi sebagai orang tua baptis dari kedua anak tampanku itu maka kalian tidak akan pernah bisa menjadi tetanggaku seumur hidup kalian,"imbuh Fernando kembali dengan suara yang lebih keras, ia sengaja berbicara dengan anda yang lebih tinggi supaya para tamunya itu tahu kalau ia sangat terganggu dengan kehadiran mereka semua.     

Wajah profesor Frank, profesor William, profesor Dexter, Andrew dan istri mereka masing-masing nampak sepucat kertas saat ini. Bahkan dari kejauhan wajah mereka seperti tidak dialiri darah, diberikan pilihan yang sangat sulit oleh Fernando membuat mereka tak bisa berkata-kata lagi. Namun hal yang bertolak belakang terlihat jelas pada Fernando, ia terlihat sangat senang melihat semua tamu yang tak diinginkan nya itu tak bisa bicara. Senyum liciknya tersungging dengan lebar saat melihat penderitaan ke empat pasang suami istri yang sedang sangat dilema itu, karena sudah lapar ia pun mengajak Viona untuk pergi ke ruang makan meninggalkan mereka semua yang sedang terdiam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.      

"Apa itu tak terlalu kejam babe?"bisik Viona pelan pada Fernando saat sudah tiba di meja makan.      

Fernando menggelengkan kepalanya. "Setiap keputusan harus ada yang dikorbankan dan aku rasa pilihan yang aku berikan pada mereka itu cukup sepadan dengan apa yang mereka harapkan."      

"Tapi kasihan babe, lihatlah sampai sekarang mereka tak bisa berkata-kata,"ucap Viona kembali.     

Fernando pura-pura tak mendengar perkataan Viona, ia justru mengambilkan beberapa potong salmon bakar dari atas piring saji ke piring yang ada dihadapan Viona. Yang ia inginkan saat ini adalah menikmati makan siang dengan tenang tanpa diganggu para tamunya yang sangat menyebalkan itu.      

Karena Fernando sudah mulai makan Viona akhirnya meraih garpu dan pisaunya, ia pun mengikuti apa yang dilakukan oleh Fernando karena tak mau membuat suaminya itu marah kepada dirinya mengingat Fernando adalah orang yang tidak suka perintahnya dibantah. Saat Fernando dan Viona makan para tamunya itu pulang, profesor Frank lah yang mempelopori pertama kali. Pilihan yang diberikan Fernando membuatnya tak bisa berpikir dengan tenang, oleh karena itu ia memutuskan untuk langsung pergi dari rumah Fernando untuk menenangkan diri. Saat profesor Frank dan dokter Louisa melangkah pergi profesor William dan yang lain akhirnya mengikuti dari belakang disusul Andrew dan dokter Cecilia paling terakhir, mereka benar-benar tak habis pikir kenapa Fernando bisa memberikan pilihan sekejam itu. Sebuah pilihan yang tak mungkin bisa mereka pilih salah satu diantaranya.      

Teddy yang mengantar para tamu tuannya pergi langsung bergegas menuju ruang makan, dimana tuan dan sang nyonya sedang makan. Ia ingin melaporkan apa yang baru saja ia lihat.      

"Hmm jadi mereka pulang? Baguslah kalau mereka sadar diri,"ucap Fernando pelan dengan mulut penuh makanan ketika Teddy memberikan laporan kepadanya.     

"Babe…"     

"Biarkan saja babe,"sahut Fernando dengan cepat memotong perkataan Viona. "Mereka sudah mengganggu kita sejak mereka tahu di mana tempat tinggal kita ini pasca Abby dan Aaric lahir, jadi rencanaku untuk menjadi seorang Daddy sejati bagi kedua anak kita terhambat karena kedatangan mereka."     

Viona yang ingin marah langsung menutup mulutnya menggunakan satu tangan supaya tawanya tak pecah. "Daddy sejati bagi Abby dan Aaric?"     

"Yes, Daddy sejati yang akan menjadi panutan bagi Abby dan Aaric,"jawab Fernando tanpa rasa bersalah.      

"Bagaimana caranya? Mengganti popok mereka saja kau tak mau, bagaimana bisa menjadi Daddy sejati untuk mereka,"sahut Viona pelan penuh ejek.      

Fernando langsung berhenti mengunyah, ia juga meletakkan pisau dan garpunya disamping piring. Teddy yang sedang berada di belakang Viona memundurkan langkahnya kebelakang, ia merasa kalau tuannya itu akan meledak saat ini juga karena perkataan istrinya yang meremehkan dirinya.      

"Aku akan membacakan mereka dongeng, akan menjemur mereka tiap pagi, aku akan memberikan mereka ASI saat kau sedang tidur melalui botol, aku akan memandikan belajar memandikan mereka pada para pelayan, aku akan…"     

"Mengganti popok mereka?"Viona langsung memotong perkataan Fernando yang berapi-api dengan santai tanpa rasa takut.      

Teddy yang sudah mengira tuannya akan marah langsung menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawa, ia hampir tertawa lebar saat melihat ekspresi sang tuan yang langsung pucat saat disinggung soal mengganti popok oleh istrinya.      

Fernando yang bisa melihat Teddy melalui ekor matanya langsung menatap Teddy dengan tajam dan membuat Teddy menyadari kesalahannya, ia pun memilih pergi dari ruang makan untuk menyelamatkan diri dari amukan sang singa jantan yang sedang tak berdaya di hadapan betinanya.      

Dengan wajah memelas Fernando berkata, "Kalau untuk mengganti popok Abby dan Aaric jujur sekali aku belum berani karena aku tak mau membuat mereka terluka, aku benar-benar belum bisa melakukan hal itu. Kaki mereka yang sangat kecil dan mungil membuatku takut untuk menyentuhnya, oleh karena itu tolong jangan minta aku untuk mengganti popok mereka. Sekarang aku tidak masalah jika kau minta untuk membersihkan sisa pop atau sisa muntahan mereka, asalkan tidak mengganti popok mereka saja aku mau. Aku tidak berani mengangkat kedua kaki mereka yang sangat mungil itu sayang, aku takut melukai mereka."     

Mendengar perkataan Fernando membuat senyum Viona mengembang, ia kemudian mengambil sapu tangan dan menyeka bibirnya dengan perlahan lalu meraih tangan Fernando yang ada di atas meja lalu menggenggamnya dengan erat.     

"Kau ayah kandung mereka, kau tak akan mungkin menyakiti mereka. Trust me,"ucap Viona lembut.     

"Lihatlah tanganku yang besar ini, tubuh mereka saat ini bahkan tak lebih besar dari lenganku. Lalu bagaimana kalau aku menyentuh mereka babe, aku tak mungkin bisa melakukan itu. Aku lebih baik mati jika harus membuat anak-anakku terluka karena…."     

"Sssttt...kau tak akan mungkin melukai anak-anak, percayalah."Viona langsung memotong perkataan Fernando dengan cepat.     

Kedua mata Fernando terasa panas, sejak Abby dan Aaric dibawa pulang ia baru sekali menggendong mereka pada saat menerima suntikan vaksin dari profesor Erick. Itupun kedua tangannya terasa sangat dingin ketika menyentuh tubuh kecil Aaric yang baru disuntik profesor Erick, ia benar-benar takut menyakiti kedua anaknya. Tanpa Viona tahu sebenarnya Fernando sudah membaca banyak hal tentang bayi yang terlahir secara prematur, oleh karena itu ia sangat memberikan perhatian ekstra kepada kedua bayi kembarnya. Fernando tahu bahwa bayi yang terlahir prematur memerlukan perhatian dua kali lipat lebih banyak dari bayi yang terlahir normal, maka dari itu ia tak mau membuat kesalahan sedikitpun saat membesarkan Abby dan Aaric. Fernando mau anak-anaknya tumbuh secara normal seperti bayi lainnya yang lahir di umur yang pas.      

"Anak-anak kita tak selemah itu, ayo ikut aku,"imbuh Viona kembali.     

"Kemana?"tanya Fernando bingung saat melihat Viona bangun dari kursi.      

Viona tersenyum dan mendaratkan sebuah kecupan di bibir merah Fernando, "Ke kamar…"     

"Are you sure?!!!"pekik Fernando keras memotong perkataan sang istri.     

Bersambung     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.