You Are Mine, Viona : The Revenge

\"Anak panti\"



\"Anak panti\"

Air muka Viona langsung berubah saat mendengar perkataan Adam yang terakhir, ia terlihat sangat bingung untuk melanjutkan pembicaraan saat ini. Adam sendiri hanya tersenyum melihat Viona bingung, ia lalu tertawa lebar untuk mencairkan suasana.     

"Jangan besar kepala Anji, maksudku bukan itu. Aku masih belum bisa melupakan saat-saat kebersamaan kita bersama ibu dulu, sehingga aku tak punya pikiran untuk membuka hatiku Anji," ucap Adam pelan mencoba untuk mencairkan suasana.     

"Ibu, aku juga rindu masa-masa itu kak. Aku yakin ibu Debora sudah bahagia disana bersama ibu Maria kak," sahut Viona lirih.     

"Tentu saja, para malaikat itu pasti sedang berkumpul di atas menjaga kita Anji," imbuh Adam kembali.      

"Kebahagian mereka akan lebih lengkap kalau KK menikah, sudah waktunya kau menikah kak," celetuk Viona dengan cepat.     

Adam terdiam saat Viona kembali membahas tentang pernikahan, ia tertunduk dan tak menatap layar ponselnya.      

"Apalagi yang kau cari kak? Kau sudah punya pekerjaan tetap, panti juga sudah tak kesulitan lagi untuk masalah finansial karena suamiku sudah menjamin pendidikan adik-adik. Kau tak perlu lagi memikirkan mereka kak, tanggung jawabmu sudah berkurang. Sekarang waktunya kau mencari kebahagiaan dirimu sendiri kak, bangun keluarga kecilmu kak," imbuh Viona kembali.     

"Aku belum siap Anji, aku takut tak bisa menjadi kepala keluarga yang baik untuk istriku nantinya. Aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk desa ini, apalagi kau tau sendiri kalau di klinik sangat membutuhkan banyak sekali waktuku. Tak ada dokter dan paramedis lainnya selain aku dan Steffi, karena itu aku memilih untuk mengabdikan diriku terlebih dahulu untuk masyarakat desa Elora sebelum akhirnya harus berumah tangga,"jawab Adam jujur.     

"Jangan bicara seperti itu kak, semua orang butuh proses untuk bertumbuh begitu pula dengan klinik. Aku yakin kau juga bisa mengatur waktumu untuk klinik dan kehidupan pribadimu nanti, kau tak bisa seperti ini terus kak. Kau membutuhkan seseorang untuk kau jadikan tempat berbagi cerita dan berkeluh kesah, kau tak bisa selamanya sendiri terus disaat ada wanita yang benar-benar tulus mencintaimu," sahut Viona dengan cepat.     

"Apa maksudmu ada wanita yang mencintaiku?" tanya Adam penasaran.     

Viona tersenyum mendengar perkataan Adam, ia senang karena Adam memakan umpan yang ia pasang.     

"Steffi, dia mencintaimu. Apa kau tak menyadari itu?"tanya balik Viona dengan cepat.     

"Steffi.."     

"Ya Steffi, apa kau tak menyadari itu kak? Aku saja yang hanya melihat kalian sebentar bisa langsung tau kalau Steffi memiliki perasaan yang lain padamu, masa kau sendiri tak menyadari itu,"jawab Viona dengan cepat.     

Deg!      

Untuk kedua kalinya Adam terdiam, namun untuk kali ini disertai dengan sebuah ekspresi aneh di wajahnya yang tak bisa Viona tebak.     

"Kau yakin Anji? Steffi adalah anak orang kaya Anji, dia memiliki orang tua utuh yang menyayangi dirinya. tak mungkin seorang seperti Steffi jatuh cinta kepadaku yang hanya dokter umum sederhana seperti ini," sahut Adam kembali.     

"Kak, cinta itu tidak melihat status sosial seseorang. Kalau hal itu terjadi mungkin aku tak menikah dengan Fernando saat ini, kau tau kan aku siapa. Aku hanya anak panti yang tak jelas identitasnya, walaupun kita berdua sama-sama anak panti tapi seorang anak panti wanita itu lebih mengenaskan kak. Kau tau kenapa? Karena aku harus rela menikah tanpa didampingi ayah kandungku saat berjalan menuju altar, berbeda denganmu kak. Laki-laki tak membutuhkan pendamping untuk berjalan menuju altar," ucap Viona lirih dengan mata berkaca-kaca.     

"Anji, jangan sedih. Aku tak bermaksud untuk membuatmu sedih seperti ini, aku tak mempunyai niat untuk berbicara seperti itu Anji. Aku hanya…"     

"Aku tau kak, maafkan aku yang terlalu sensitif hari ini. Yang penting sekarang kau sudah tau kalau Steffi menyukaimu, sekarang kau harus mengambil tindakan kak. Jangan biarkan wanita yang mencintaimu itu terlalu lama menunggu kepastian darimu," sahut Viona dengan cepat memotong perkataan Adam.     

"Baik Anji, aku akan mencoba untuk membuka hatiku untuk Steffi. Terima kasih atas semuanya Anji, jaga kesehatannya dan sampaikan salamku untuk suamimu. Aku tunggu kedatangan kalian di Elora," ucap Adam pelan saat akan menutup sambungan video call-nya dengan Viona.     

"Aku pasti akan segera ke Elora kak, sampaikan salamku untuk adik-adik ibu Agnes dan yang lainnya. Dan jangan lupa berikan salam manisku untuk calon kakak iparku," jawab Viona lambat sambil tersenyum menggoda Adam.     

"Kau ini ya dasar, ya sudah kalau begitu aku akhiri sampai disini Anji. Ada pasien yang datang aku harus memeriksa mereka, bye." Adam pun menutup panggilan videonya dengan Viona.     

Setelah sambungan videonya terputus dengan Adam, Viona nampak tersenyum ia kemudian memejamkan kedua matanya sebentar lalu membukanya dengan perlahan sembari meraba perutnya.      

"Kalian melihat kami dari atas kan Bu." Viona bertanya lirih sambil tersenyum membayangkan wajah ibu Maria dan ibu Debora.      

Tanpa sepengetahuan Viona, rupanya sejak tadi Fernando sudah berdiri di balik dinding. Ia mendengar semua percakapan sang istriku dengan Adam, sebuah senyuman tersungging di wajah lelahnya yang kurang tidur.     

Teddy dan beberapa pelayan yang lain yang sedang membawa pizza yang sudah selesai dibuat nampak menghentikan langkahnya ketika melihat Fernando sedang berdiri di depan ruang tamu, mereka tak mau mengganggu Fernando yang sedang berdiri sambil bersandar itu. Sampai akhirnya Fernando tersadar ketika mencium aroma pizza yang dibawa oleh Teddy.     

"Pizza?" Fernando bertanya dengan bingung pada Teddy.     

"Iya Tuan, tadi Nyonya menginginkan pizza untuk makan pagi. Oleh karena itu kami membuatkan pizza ini sesuai dengan permintaan Nyonya," jawab Teddy dengan cepat sambil menunjukkan beberapa pizza yang sudah dibuat sebelumnya oleh eh para pelayan yang berdiri di belakangnya.      

Fernando yang sebenarnya masih sangat mengantuk tiba-tiba tersenyum lebar, ia tergoda oleh pizza-pizza yang ada di hadapannya. Tanpa bicara Fernando kemudian mengambil dua slice pizza yang ada di tangan Teddy dan ditangan Julia, dengan cepat ia kemudian memakannya dalam satu gigitan. Padahal pizza itu masih terlalu panas sebenarnya untuk dimakan tapi Fernando yang memang belum makan apa-apa sejak tadi malam langsung menikmatinya tanpa ragu.     

"Good, aku suka rasanya. Bawa kedalam berikan pada istriku, aku mau mandi sebentar. Dan oh iya Teddy tolong buatkan lagi yang topping daging satu untukku, selesai mandi sepertinya enak kalau makan pizza dengan topping daging seperti itu dan jangan lupa kejunya yang banyak," ucap Fernando pelan sambil menepuk pundak Teddy dengan tersenyum lebar, setelah berkata seperti itu Fernando kemudian melangkahkan kakinya menuju tangga untuk naik ke lantai dua dimana kamarnya berada dengan tangan kanan yang masih terdapat dua potong slice pizza yang belum selesai ia habiskan.     

mendengar perkataan Fernando membuat Teddy dan para pelayan yang lainnya tersenyum dan saling pandang satu sama lain selama beberapa saat.      

"Ayo cepat bawakan ini untuk nyonya, setelah itu kita buat lagi untuk Tuan." Teddy bicara pelan sambil tersenyum.      

"Siap capt," sahut kedua pelayan wanita yang ada di belakangnya kompak.      

Bersambung      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.