CINTA SEORANG PANGERAN

Lila Butuh Tenaga Ahli



Lila Butuh Tenaga Ahli

"Kau pernah bertemu dengannya ? " Kata Cynthia melihat Lila yang sekarang sedang menatapnya penuh rasa ingin tahu.     

"Aku belum pernah bertemu dengannya "     

" Apakah Kau mempercayaiku ?" Cynthia menatap Lila dengan sedikit tajam seakan Ia ingin meyakinkan kalau Lila harus mempercayainya.     

"Dalam hal apa, Aku harus mempercayaimu ?" Lila tetap tidak kehilangan kecerdasannya walaupun Ia seperti sedang dalam keadaan penekanan dari Cynthia.     

"Dalam hal persahabatan Yang Aku tawarkan. Selama ini Kau dan Alena berteman dengan sangat baik jadi anggaplah Aku sebagai wakil Alena sehingga kau dapat menganggapku seperti dirinya "     

" Itu adalah hal yang berbeda. Kau tidak sepolos dan setulus Alena " Lila malah memberikan pernyataan yang menohok batin Cynthia. Tetapi bukan saatnya untuk bermain perasaan sekarang. Cynthia harus rela menghadapi kata - kata Lila yang memang hatinya sedang dalam kondisi yang tidak baik.     

"Tentu saja, Aku dan Alena sangat berbeda tetapi apa yang aku katakan berasal dari dia. Alena tahu persis apa yang sedang kau rasakan. Dan Nizam bercerita tentang keadaan dirimu kepadanya. Dan Alena menawarkan bantuan untukmu "     

"Putri Alena ? Bantuan ? Apakah Yang Mulia Nizam mengatakan banyak hal tentang Aku kepada Putri Alena ? " kata Lila dengan kening berkerut.     

"Aku tidak tahu persisnya seperti apa ? Karena Alena tidak berbicara banyak kepadaku hanya saja dia mengatakan kalau Kau hendak melaksanakan niatmu maka ada satu orang yang bisa membantumu yaitu adiknya Pangeran Barry. "     

"Tetapi mengapa dia ? " Lila tetap berhati – hati. Kematian suaminya dan penghianatan mertuanya membuat Ia harus berhati – hati dengan siapapun.     

"Karena kemungkinan kau dan dia memiliki misi yang sama. "     

"Misi apa ? " Lila masih terus mengelak     

"Hanya kau yang tahu misi itu apa."     

"Aku tidak memerlukan siapapun dan Aku juga tidak sedang melaksanakan misi apapun."     

"Aku memahami hal itu. Tetapi Aku harap kau akan mempertimbangkan usulku. Izinkanlah Aku menyimpan no handphonenya. Dan Kau cukup menekannya jika membutuhkan bantuannya. Maka Ia akan datang "     

"Memangnya dia superman ? Begitu aku panggil bisa langsung datang " Lila tersenyum lucu membuat Cynthia jadi tertawa.     

"Kau betul belum pernah bertemu dengan Pangeran Abbash ? " Kata Cynthia meyakinkan Lila sekali lagi.     

Lila mengingat – ngingat, tetapi kemudian entah merasa lupa atau memang belum pernah bertemu, Ia menggelengkan kepalanya.     

"Memangnya kenapa ? Mengapa kau terus menerus menanyakan hal itu kepadaku ?" Kata Lila.     

"Apa kau penggemar wajah – wajah tampan ? " Kata Cynthia sambil melirik ke arah suaminya. Suaminya yang sedang menatap ke arah lain segera balik menatap istrinya, keningnya berkerut mendengar kalimat istrinya.     

"Kau pindah duduk dulu ke sana. Aku mau ada pembicaraan penting dulu antar perempuan " Kata Cynthia mengusir Pangeran Thalal.     

Wajah Pangeran Thalal langsung berubah warna jadi merah hitam. Mulutnya mengerucut,     

"Mengapa ? Kau mau membicarakan ketampanan Pangeran Abbash ? Apa Aku kurang tampan untukmu ?" Kata Pangeran Thalal.     

Cynthia jadi ingin tertawa terbahak – bahak. Di elusnya punggung kucing imut kesayangannya itu. " Tidak ada satupun pria di dunia ini yang dapat mengalahkan ketampanan suamiku. Jadi Kau jangan khawatir. Ini Cuma butuh waktu sebentar saja. Mumpung Lila masih menunggu antrian " Cynthia mendorong tubuh pangeran Thalal menjauh.     

Pangeran Thalal lalu berdiri dan pergi menjauh. Di lihatnya Andhara sedang duduk berjaga dengan Iqbal. Ia mendekati mereka. Tetapi kemudian Ia hampir bertabrakan dengan seorang wanita yang sedang tergesa – gesa sambil membawa berkas pemeriksaan.     

Wanita itu memekik dengan tubuh hampir terjatuh tetapi Pangeran Thalal segera menahan tangannya agar tidak terjatuh.     

Wanita itu segera menstabilkan tubuhnya dan Pangeran Thalal segera membantu memunguti kertas yang berhamburan. Ketika Pangeran Thalal berdiri dan memberikan kertas itu. Wanita itu malah bengong melihat Pangeran Thalal dan kemudian Ia berteriak.     

"Ya Tuhan... Thalal.. It's nice to meet you.." Katanya sambil tersenyum dan memegang tangan Pangeran Thalal lalu mengguncang – guncangkannya dengan keras.     

Pangeran Thalal tampak terkesima dan menatap wanita itu. Ia lalu mengingatnya..     

"Jeni.. how are you ?" Pangeran Thalal langsung mengingatnya sebagai teman kuliahnya.     

"Aku baik – baik saja. Ada apa kau kemari ? Kau memeriksakan siapa ? Istrimu ?" kata wanita itu sambil menatap keheranan ke arah Pangeran Thalal.     

Pangeran Thalal mengangguk dan menunjuk ke arah Cynthia dan Lila yang kini sedang menatap mereka. Mata Cynthia melotot melihat betapa cantiknya wanita yang sedang berbicara dengan suaminya itu.     

"Itu Cynthia, istriku. Aku sedang konsultasi ASI, kebetulan kami baru memiliki bayi " Kata Pangeran Thalal dengan wajah gembira. Jeni tampak menganggukan kepalanya. Ada perasaan kecewa yang muncul di sudut hatinya karena pria tampan di depannya ini sudah menikah.     

"Oh.. Aku baru tahu, kalau kau sudah menikah bahkan memiliki anak. Selamat yah.. Thalal" Jeni agaknya belum tahu kalau pria di depannya ini seorang pangeran.     

"Ayo, Aku kenalkan kau pada istriku.. " Kata pangeran Thalal sambil berjalan ke arah Cynthia. Ia harus memperkenalkan Jeni ke arah Cynthia agar nanti malam Ia tidak ditendang dari ranjang oleh istrinya. Ia sedari tadi sudah mendapatkan tatapan mata Cynthia yang membara seakan hendak membakar tubuhnya.     

"Cynthia, Ini Jeni teman kuliahku dulu.. " Kata Pangeran Thalal. Cynthia segera berdiri dan mengulurkan tangan ke arah Jeni.     

"Hallo, saya istri dari Pangeran Thalal, senang bertemu denganmu " Kata Cynthia tanpa sadar menyebut suaminya dengan pangeran karena memang Ia tidak pernah menyebut suaminya dengan panggilan namanya langsung.     

"Pangeran??? " Jeni tampak mengerutkan keningnya.     

"Ah.. istriku memang aneh, dia suka menyebutku pangeran.." Kata Pangeran Thalal sambil menggamit tangan istrinya. Cyntia langsung ikut tertawa.     

"Iya.. bagiku dia adalah pangeran hidupku.." Cynthia mencoba mengoreksi kesalahannya.     

"Alangkah romantisnya kalian.. Dan ini adalah.. kalau tidak salah Lila, Istri dari Edward ? Benarkah ?" Kata Jeni sambil melihat ke arah Lila. Lila berdiri dan mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.     

"Iya saya Lila.. " Kata Lila sambil menganggukan kepalanya.     

"Saya adalah penggemar suami Anda, saya mengkoleksi semua lagunya. Saya turut berduka cita atas kematiannya. " Kata Jendi sambil menjabat tangan Lila dengan erat.     

"Terima kasih.. hidup memang tidak seindah yang kita rencanakan " Kata Lila     

"Anda sungguh tabah, oh ya baiklah.. kebetulan saya bekerja di rumah sakit ini sebagai psikiater. Jadi jika ada yang memerlukan bantuan saya. Silahkan Anda bisa datang keruangan saya. Terima kasih atas pertemuan yang menyenangkan ini. Sekali lagi selamat Thalal atas pernikahanmu " Kata Jeni sambil mengangguk lalu pergi meninggalkan mereka.     

Cynthia malah menatap wanita itu dengan pandangan tajam. Di otaknya tiba – tiba muncul suatu ide brilian. Ini tentang jiwa Lila yang terlihat sangat tenang di mata orang lain tetapi dimata Cynthia justru terlihat kalau jiwa Lila sebenarnya sedang tergoncang, marah dan penuh dengan dendam. Lila butuh seseorang yang sangat profesional untuk mengusir semua trauma dalam hidupnya. Dan mungkin Jeni bisa membantunya.      

Melalui Jeni, Ia bisa membujuk Lila untuk bisa menikah lagi dengan Pangeran Abbash. Karena Ia sendiri tidak yakin bisa membujuk Lila mengingat kalau Lila ini bukan wanita sembarangan. Ia adalah wanita yang sangat pintar. Hanya tenaga ahli yang bisa meyakinkan Lila     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.