CINTA SEORANG PANGERAN

Nizam yang Jenius



Nizam yang Jenius

Alena membuka matanya ketika Ia merasakan suaminya sudah menggeliat disampingnya. Tangan Nizam yang besar itu tiba - tiba nemplok di dadanya membuat Alena memekik.      

"Singkirkan tanganmu itu Yang Mulia, atau Aku akan minta jatah lagi" kata Alena dengan bengis.     

"Tidak!! Cukup!! Kau ingin aku seperti Jonathan. Tiap berjalan memegangi pinggangnya" kata Nizam sambil mulai bangun dan menyingkirkan selimut. Begitu selimut nya tersingkir, Alena menatap dengan wajah mupeng. Sosok tubuh yang indah dan kekar terpampang di depan matanya. Tangannya refleks meraba dada bidang berotot itu.     

Nizam malah mengelus rambut hitam legam dan mengecup ubun - ubun kepala Alena.      

"Kau sangat menggairahkan...." Kata Alena sambil duduk di pangkuan Nizam.     

"Jangan menggodaku. Hari ini agendaku padat. Aku harus membantu Jeremy membereskan kasus Mr. Anderson" kata Nizam sambil memegang pinggang Alena. Alena malah merangkulkan tangannya di leher Nizam.     

"Terima kasih sudah membantu Lila.. " Bisik Alena di telinga Nizam. Lidahnya menjulur ke daun telinga suaminya itu.     

Nizam malah melengos, " Apa maksudmu ? Aku tidak melakukan apa - apa. Pangeran pujaanmu yang menolong calon istrinya" Kata Nizam sambil merasa kegelian di telinganya. Bulu - bulu di sekujur tubuhnya meremang.     

"Huss.. jangan bilang seperti itu. Nanti kau panas sendiri " Kata Alena sambil cengengesan.     

"Siapa yang meratap meminta Aku menyelamatkan Lila agar dia selamat dan lalu membantu menjodohkan Lila dengan Pangeran tampan itu. Lama - lama Aku bakalan membuka biro jodoh di Azura. Pertama Cynthia dan adikku, lalu Jonathan dan Arani, Amar dan Zarina kemudian Lila dan Pangeran Abbash.. Hadeuh.. Alena. Kau pikir pekerjaanku kurang banyak apa?" Kata Nizam morang - maring.     

Alena malah tertawa kecil melihat Bibir Nizam sampai manyun - manyun. Mengapa Ia Pangeran Putra Mahkota harus turut campur dalam perjodohan orang - orang disekelilingnya. Putra Mahkota itukan seharus tidak mengatur perjodohan. Jangankan jodoh orang lain, jodoh dirinya sendiri juga tidak.     

"katakan kepadaku, mengapa Kau akhirnya bersedia menolong Lila dari kebiadaban mertuanya itu? " Kata Alena sambil menatap suaminya dengan sangat penasaran.     

Nizam malah mengecup bibir Alena dengan lembut,     

"Pertama - tama tentu saja karena Aku tidak tahan kau merengek - rengek terus, kedua Aku tidak ingin Lila yang membalaskan dendamnya kepada Mr. Anderson karena Aku tidak mau kalau nanti anaknya Lila dan Edward merasa bahwa ibunya sendiri yang membunuh Mr.Anderson atau kakeknya.."     

"Sebentar.. sebentar.. Bukankah Kau hanya akan memenjarakannya saja ? Bukan membunuhnya" Alena menjadi tegang, badannya tegak sehingga dadanya malah terlihat membusung. Melihat Alena tegang, Nizam jadi ikutan tegang. Matanya melotot ke dada istrinya.     

"Itu karena dia sangat montok... " Kata Nizam sambil tidak sedikitpun dia mengedipkan matanya. Air liurnya hampir menetes.     

"Siapa yang montok ? Mr Anderson ?" Kata Alena sambil mengerutkan keningnya.     

"Iya.. dia. Mr. Anderson. Dia sangat montok dan menggiurkan " Kata Nizam telunjuknya mulai menekan - nekan benda empuk di depannya. Alena masih tidak mengerti.     

"Montok darimananya? Perasaan badannya kurus " kata Alena lagi.     

"Eumm.. mungkin sekarang dia sedang minum obat penambah gemuk badan" Nizam tetap berkata konyol. Dari telunjuk sekarang ke lima jarinya mulai bergerak memerah membuat basah tangannya.     

Alena mencengkram tangan Nizam,     

"Jangan main - main Nizam ? Kau pikir Aku bodoh apa sampai tidak tahu apa yang kau katakan ? " Alena melotot kesal. Nizam jadi cengengesan.     

"Maaf Alena.. Aku cuma bercanda.. Kau jangan marah " Kata Nizam sambil membenamkan muka Alena ke dadanya. Meminta maaf setulus hati karena menganggap Alena bodoh dengan berkata - kata seperti itu.     

"Iya.. Nizam, Sekarang Aku sudah pintar. Jadi jangan menganggapku bodoh lagi. Nah.. sekarang katakan. Darimana kau tahu kalau Mr. Anderson meminum obat penambah gemuk badan ?" kata Alena dengan muka ingin tahu.     

Nizam tersedak, matanya tercengang melihat wajah istrinya. "Astaghfirulloh.. Alena. Kau ini memang benar - benar kelewatan.. " Kata Nizam sambil kemudian membanting tubuh istrinya ke bawah dan menindihnya. Ia tidak perduli Alena yang berteriak - teriak meminta Ia melepaskan tubuhnya. Istrinya harus sering di beri pelajaran biar rada cerdasan sedikit     

***     

Nizam duduk di kantor polisi tempat Chief Jeremy bertugas. Ia tampak menikmati secangkir kopi bersama dengan sahabatnya itu. Dua orang pegawai administrasi tampak sedang sibuk mempelajari kasusnya Mr. Anderson.     

"Kau tidak ingin Aku mendakwanya karena sudah berniat membunuh menantunya dan membawa pergi cucunya. Tetapi kau ingin aku mendakwanya karena kasus kerja sama dengan Pangeran Barry dalam melakukan penyerangan ke tempat wisuda Universitas The Great ?" Kata Chief Jeremy sambil menatap sahabatnya itu.     

"Ini tentang anaknya Edward. Aku tidak ingin Lila sampai mencelakai mertuanya dengan tangannya sendiri walaupun jelas - jelas Mr. Anderson berniat membunuhnya demikian juga sebaliknya Aku tidak ingin Mr. Anderson berhasil mencelakai Lila karena itu akan mengakibat luka di hati anaknya Edward.     

Sungguh sulit menerima kalau Ibu kandung dan kakek kandung bertikai sampai saling membunuh. Aku hanya ingin anaknya Edward tahu bahwa keluarganya baik - baik saja. Itulah sebabnya juga jangan sampai ada dakwaan Mr.Anderson karena mencelakai menantunya. Biarkanlah publik mengetahui bahwa penyerangan itu disebabkan oleh pangeran Barry karena dia tidak ingin sampai ketahuan kerja sama dengan Mr. Anderson untuk melakukan kekacauan di tempat wisuda itu.     

Kejadian ini juga sekaligus akan membersihkan negara Rusia karena fitnahan keterlibatan mereka. Aku juga berharap dengan kejadian ini walaupun Negaramu tidak dapat menyentuh Pangeran Barry minimal dia akan dideportasi dari negaramu dan pulang ke Kerajaan Zamron dengan muka malu. Aku juga ingin negaramu mencabut investasi di tanamkan di kerajaan itu dan mengalihkannya ke kerajaanku "     

Sesaat Chief Jeremy menatap sahabatnya itu dengan pandangan tidak percaya. Nizam melakukan suatu tindakan yang menyebabkan sekali merengkuh dayung ribuan pulau terlampaui.     

Pangeran Barry akhir - akhir ini dengan bantuan Mr. Anderson banyak merebut investor dari Amerika. Investor - investor itu direbut dengan licik dari Nizam dan kerajaan Azura. Sehingga banyak perusahaan Nizam termasuk hotelnya jatuh merugi. Jika Pangeran Barry ketahuan melakukan penyerangan dua kali maka sudah pasti Ia akan dihukum deportasi. Dan seluruh kerja sama ekonomi antara Kerajaan Zamron dan Amerika akan ditinjau ulang.     

Nizam juga tidak membunuh Pangeran Barry karena janjinya kepada Lila tetapi hanya akan membuat Pangeran Barry terdepak dari Amerika. Dan Lila masih bisa menyelesaikan urusannya dengan Pangeran Barry.      

Chief Jeremy juga merasa tertolong karena tanpa turut campur tangannya langsung Ia dapat menyeret Mr.Anderson ke penjara. Tadinya Ia sudah khawatir kalau politikus ulung itu bisa menyelamatkan diri. Dengan adanya kekacauan di rumah sakit maka sudah jelas kalau Mr.Anderson terbukti ada kerja sama dengan Pangeran Barry. Tetapi kerja sama itu berubah jadi permusuhan karena Pangeran Barry malah menyebabkan anaknya Edward terbunuh.     

Nizam benar - benar jenius dalam berpikir dan bertindak. Ia juga sengaja tidak turun tangan langsung tetapi meminjam tangan Pangeran Abbash dan tangannya. Ketika Ia tahu kalau Mr.Anderson akan membunuh Lila. Ia segera menyuruh Amar untuk memberitahukan kepada Pangeran Abbash dan kemudian Nizam meminta Ia dan anak buahnya untuk melancarkan jalannya pelarian orang - orang Pangeran Abbash.     

Sialnya bagi Mr. Anderson adalah Ia menggunakan orang - orang Pangeran Barry untuk melakukan penyerangan ke rumah sakit itu. Tadinya Ia ingin menjebak Pangeran Barry tetapi siapa sangka yang terjebak bukan hanya Pangeran Barry tetapi dia sendiri juga ikut terjebak. Sekarang Mr.Anderson mau tidak mau akan membeberkan semua kerja samanya dengan Pangeran Barry dan menyeret dirinya ke penjara.     

Yang dipandang dengan penuh kekaguman itu tampak sangat tenang menikmati secangkir kopinya. Andaikan Ia memiliki setengah saja dari otak Nizam. Pasti karirnya akan semakin lancar. Ia tidak akan susah payah merangkak meniti karirnya      

"Oh.. ya jangan lupa. Pasang CCTV di tempat Mr. Anderso di penjara.." Kata Nizam sambil tetap dengan wajah tenang tetapi senyumnya tersungging.     

"..... " Chief Jeremy tertegun dan Nizam malah tersenyum semakin lebar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.