CINTA SEORANG PANGERAN

Ini Tentang Kesucian Amrita



Ini Tentang Kesucian Amrita

"Aku tidak ingin bertemu dengan Pangeran Husen" Kata Amrita sambil melengos.     

"Dia datang dari Azura hanya ingin bertemu denganmu. Hari pernikahan kalian sudah ditetapkan tetapi Kau masih berlagak menyebalkan" Kata Ibunya dengan marah.     

"Aku tidak mencintainya " Kata Amrita.     

"Mengapa Kau begitu bodoh ? Apa cinta begitu penting dalam hidupmu hingga melupakan akal sehatmu sendiri. Kau sudah menolak banyak pangeran dan putra petinggi. Kau membuat kami malu.     

Ingat kau hanyal putra seorang perdana mentri dan bukannya putri dari Raja atau Sultan. Jangan terlalu menganggap besar dirimu. Kau ini perempuan bukan laki - laki yang tidak memiliki kadaluarsa umur.     

Sudah berapa umurmu? Kalau kau terus menerus menolak nanti Kau keburu tua. Kalau sudah tua bagaimana kau bisa memiliki anak yang banyak ? Kau sudah mau dua puluh tujuh tahun. Sebenarnya itu sudah melewati batas waktu pernikahan di lingkungan kita. Bukankah pernikahan di negara kita itu biasanya di mulai dari usia delapan belas tahun. Jadi Ibunda harap kau tidak bertingkah lagi sekarang. Cepat temui Pangeran Husen dan mulai untuk saling mengenal "     

"Aku hanya mencintai Pangeran Abbash "     

"Pangeran Abbash lagi ? Ibunda bukannya tidak setuju Kau mencintai Pangeran Abbash tapi sampai kapan kau akan menunggunya ? Pangeran itu bahkan tidak jelas dan tidak pernah pasti kapan pulang ke Azura. Dia terlalu sibuk di luar. Bahkan di saat kakaknya sedang dalam keadaan genting, dia masih tidak menampakkan batang hidungnya. "      

"Aku akan menunggunya sampai kapanpun "     

"Astaghfirulloh.. Amrita.. Ibunda harus apalagi. Kau anak tertua kami. Adik - adikmu harus segera menikah juga. Kau mau dilangkahi mereka?" Ibunya semakin gusar dengan tingkah laku anaknya yang sangat keras kepala.     

"Aku tidak keberatan. Tidak ada larangan kalau seorang adik tidak boleh menikah duluan"     

"Iya.. memang tidak ada. Tetapi hidupmu akan habis diolok - olok masyarakat. Kau akan dianggap perempuan tidak laku dan yang terparah nanti akan ada cap kepada Kami kalau Kami orang tua yang tidak becus mencarikan jodoh anaknya" Ibunya Amrita benar - benar geregetan kepada anaknya.     

"Sebenarnya yang hendak menikah itu siapa ? Aku atau Ibunda ? Ibunda.. Aku hidup lama di Amerika. Di Amerika, wanita itu bebas menentukan nasibnya sendiri. Bahkan tidak ada larangan bagi mereka untuk hidup melajang sampai tua."     

"Cukup!! Itukan negara liberal bukannya negara kita. Di negara kita wanita itu seharusnya hidup menikah dan terlindungi oleh suaminya. Mengurus rumah tangga dan melahir anak - anak serta mengurusnya juga. Hidup melajang bukan budaya kita. Kalau seandainya hidup melajang itu karena memang belum ada jodohnya masih tidak apa - apa dan dapat diterima tetapi kalau ingin melajang padahal sudah ada orang baik -baik yang ingin menikahinya maka ini menjadi tidak masuk di akal. " Ibunya Amrita terus nyerocos menasehati anaknya.     

"Ibunda tidak pernah tahu bagaimana mencintai seseorang.."     

"Ibunda memang tidak tahu artinya cinta sebelum menikah. Ibunda di jodohkan oleh Kakekmu ke ayahmu dan kemudian cinta itu muncul ketika kami sudah menikah. Cinta istri kepada suaminya itu lebih berkah dibandingkan cinta wanita kepada laki - laki padahal mereka belum ada ikatan apa - apa "     

'Ibunda tidak akan pernah mengerti.."     

"Ibunda memang tidak mengerti dengan jalan pikiranmu. Amrita. Ibunda tidak mau tahu kau harus menemui Pangeran Husen. Kalau kau menolak pangeran Itu maka kau berarti menolak lamaran dari Kerajaan Azura dua kali. Hhhh.. Ibunda tidak dapat membayangkan bagaiman Ratu Sabrina akan murka"     

"Ratu Sabrina itu ratu yang sangat pintar, Ibunda. Dia tahu kalau Kerajaan kita sedang mengumpulkan kekuatan untuk merebut posisi sebagai kerajaan pemimpin kerajaan Aliansi. Ia merasa tidak cukup hanya mengikat putri Mira tetapi Ia juga berniat untuk mengikat Ayahanda melalui diriku.     

Ratu Sabrina tahu kalalu Ayahanda sangat dipercayai oleh Sultan Mahmud. Dengan adanya diriku di kerajaan Azura maka Ayahanda tidak akan pernah menyetujui niat dari Sultan Mahmud untuk menjadi pemimpin dua puluh kerajaan di Gurun sahara."     

Ibunya Amrita menghela nafas,     

"Kau lebih tahu alasannya. Ibunda sendiri sebenarnya hanya ingin kita juga mendapat sokongan dari Kerajaan Azura jika ada kekacauan yang terjadi di kerajaan kita. Kau kan tahu bagaimana marahnya Sultan Mahmud karena kelakuan anaknya.     

Di luar sudah banyak para demonstran yang meminta Pangeran Barry untuk tidak menjadi putra mahkota. Banyaknya investor dari Amerika yang membatalkan investasinya di kerajaan Zamron membuat marah masyarakat. Dan kau tentu juga tahu kalau Pangeran Barry tidak mungkin bisa semudah itu diturunkan sebagai putra mahkota.     

Pangeran Barry menguasai semua Angkatan bersenjata di kerajaan kita entah itu angkatan darat atapun udara. Kalau sampai pangeran Barry turun tahta maka Ia pasti akan mengerahkan semua kekuatan militer untuk mendukungnya.     

Sultan Mahmud pasti kebingungan, disatu sisi ada masyarakat yang menginginkan Pangeran Barry melepaskan jabatan putra mahkota dan disisi lainnya Ia berhadapan dengan angkatan militernya. Ini akan huru hara tersendiri. Dan Aku ingin ada perlindungan di luar kerajaan Zamron untuk keluarga kita. Jadi apakah kau tidak terketuk hatimu untuk bisa mengorbankan sedikit saja keegoisanmu demi keluarga kita"     

"Aku tahu Ibu.. pernikahan dimata Ibunda tidak lebih dari permainan politik. Saling memanfaatkan satu sama lain dari pasangan yang akan menikah tanpa perduli bagaimana perasaan kami. Aku juga berani taruhan kalau Pangeran Husen juga tidak menginginkan pernikahan ini. Kami tidak saling mengenal dan tidak pernah saling berjumpa kecuali beberapa kali pada acara kerajaan.     

Ibunda walaupun Aku akan mengorbankan keegoisanku apakah Pangeran Husen sendiri bersedia mengorbankan perasaannya?" Kata Amrita dengan sedih. Ibundanya tidak tahu kalau ini bukan hanya tentang cinta tetapi ini tentang kesucian yang sudah tidak Ia miliki lagi.     

Pangeran Abbash sudah mengambilnya sebelum mereka menjalani akad pernikahan. Dan jika sampai mereka menjalani prosesi malam kesucian maka Ia pasti akan di bunuh Pangeran Husen. Dan bukankah ini akan membuat huru hara yang semakin besar lagi.     

Tapi Ibunya tidak mengerti dan tidak akan pernah mengerti kalau Ia sudah melakukan dosa besar dengan Pangeran Abbash. Ia tidak ingin berterus terang kepada ibunya mengingat kalau ibunya memiliki riwayat penyakit jantung. Amrita tidak dapat membayangkan bagaimana kagetnya ketika ibunya tahu kalau Ia sudah tidak suci lagi.     

"Ibunda.. tolong suruh Pangeran Husen pulang. Berilah Aku waktu beberapa minggu lagi. Aku ingin berbicara dulu dengan Pangeran Abbash tentang pernikahan ini."     

"Tidak Amrita ! Ini sudah lebih dari cukup... Ibunda akan mati kalau sampai kau tidak mau menemui pangeran Husen " Kata Ibunya dengan penuh penekanan. Ia sudah sangat bersabar menghadapi tingkah putri sulungnya itu. Masih ada empat adik Amrita dan semuanya wanita yang menunggu untuk menikah. Ia tidak akan menunggu Amrita lagi. Amrita harus menikah secepatnya dengan Pangeran Husen. Kapan lagi Amrita mendapatkan jodoh sebaik Pangeran Husen adik dari Pangeran Nizam walaupun mereka berlainan ibu. Tetapi konon Pangeran Nizam sangat mencintai Pangeran Husen selain Pangeran Thalal.     

Amrita menghembuskan nafasnya dan berkata,     

"Baiklah Ibunda, Aku akan menemuinya"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.