CINTA SEORANG PANGERAN

Akad Pernikahan



Akad Pernikahan

"Dasar adik ga tau aturan. Baru sekalinya datang ke Amerika. Bukannya langsung nemuin kakaknya, malahan nemuin si Pangeran gila itu" kata Nizam sambil cemberut. Ia morang - maring dikamar nya sambil melihat Alena yang sedang mempersiapkan mas kawin buat Lila.     

"Kau ini kenapa sih? Mungkin adik mu itu ada urusan penting dengan Pangeran Abbash jadi dia langsung ke ruangannya. Please lah Honey.. jangan marah - marah terus. Nanti cepat keriput" Kata Alena sambil mengusap-usap punggung suaminya dengan lembut.     

" Apa yang lebih penting dari kakak sendiri?" Kata Nizam dengan tensi darah yang sedikit menurun. Karena elusan tangan istrinya.     

"Honey.. bisa ga elusannya turun ke bawah. Kalau Aku lagi marah yang tegang bukan hanya perasaan ku saja tapi yang bawah juga ikutan tegang. Aku harus jadi saksi pernikahan kan ga lucu kalau ada yang menonjol di balik jubahku" Bisik Nizam ke telinga istrinya.     

"Masa iya.. tubuhmu itu ga tahu aturan. Pake ikutan tegang segala. Lagian kalau Aku elus bukannya jadi turun malah tambah tegang nanti" kata Alena sambil melotot dengan bibir mencebik.     

"Maka dari itu dielusnya harus sampai lemas.."     

"Otak kadal!! Ngeres banget otak mu itu. Jangan - jangan isinya pasir semua" kata Alena sambil mendelik buas.     

"Lha emang..kamu ga ngeres juga? " Kata Nizam.     

"Jangan banyak becanda dong, ini lagi ada acara yang penting. Aku harus menyiapkan acara pernikahan ini dengan sempurna"     

"Kau ini belum sampai di Azura, sibuknya sudah luar biasa. Apalagi kalau sudah sampai di sana. Jangan - jangan Aku nanti bakalan diabaikan.     

Eh tapi Aku lupa, istriku kan nanti banyak. Jadi kau bisa santai dengan kesibukan mu. Aku bakalan banyak yang ngurus nanti" mata Nizam tampak bersinar bagaikan bintang kejora.     

Alena malah ikut berbinar, "Aku sangat bersyukur kau berkata seperti itu. Aku jadi bisa bersantai tidak harus melayanimu setiap malam. " Kata Alena sambil mendelik lucu. Matanya berkedip- kedip.      

Mendengar Alena berkata seperti itu, wajah Nizam langsung kelam.     

"Kho ada ya.. istri seperti kamu. Ga ada cemburu - cemburunya. Jangan - jangan kau memang tidak mencintai ku. " Nizam cemberut.      

"Lha... Kau kan yang bilang sendiri nanti banyak yang melayani. Sekarang mengapa kau balik marah kepadaku?" Kata Alena sambil terkikik Melihat Nizam merajuk.     

"Ngomong-ngomong istri mana dulu yang akan kau datangi.. Putri Rheina? Putri Alicia? Putri Mira? Atau para selir..?" Alena makin menggoda Nizam. Nizam semakin uring - iringan.     

"Aku tahu kau menyuruhku tidur dengan para istriku yang lain. Agar kau punya alasan untuk selingkuh dengan Pangeran gila itu"     

" Oh jelas.. Aku akan menggoda Pangeran tampan itu disaat kau tidur dengan salah satu istrimu" kata Alena.     

Nizam menjadi semakin gelap mata. Ia mengangkat tubuh Alena lalu melemparkannya ke atas tempat tidur. Alena memekik sambil cekikikan.     

"Aku bersumpah akan mencekiknya sampai mati kalau Ia berani selingkuh dengan mu." Kata Nizam sambil memegang bahu Alena.     

"Ha..ha..ha...  Alena malah tertawa. Tapi tawanya segera berhenti ketika tangan Nizam malah hinggap seenaknya.      

Alena merapatkan kakinya dengan muka merah padam. Nizam malah menyeringai dan ketika Nizam mau bertindak lebih jauh. Tiba-tiba Cynthia datang dari ruangan depan.     

"Lagi - lagi kalian ga tahu waktu. Kau ditunggu di tempat Akad..malah enak - enak di sini. "  Cynthia melotot. Tangan Nizam yang sudah bersiap mau membuat Alena menggelinjang kini ditarik kembali.     

Dengan wajah masygul Ia melangkah menjauhi Alena yang kini langsung bangkit dari tempat tidur nya.     

"Orang lain yang mau nikah Aku yang ketiban sibuk. Ini gara-gara kalian berdua tergila-gila pada pangeran gila itu. Bahkan adikku sendiri malah lebih dahulu menemuinya dibandingkan dengan menemuiku.     

Si Amar juga termasuk yang tidak berdaya melihat ketampanannya. Hanya Arani yang masih waras.. " kata Nizam seraya berkaca sekali lagi membetulkan penutup kepalanya yang berwarna putih dengan strip keemasan dipinggiran tepinya.     

"Kenapa Zam? Kamu merasa kalah tampan dengan Pangeran Abbash? " Kata Cynthia malah jadi ingin menggoda sahabatnya itu. Sudah lama Ia tidak main - main dengan Nizam.     

"Oh apa? Aku kalah tampan? Mohon maaf...Aku Nizam tidak pernah ada yang mengalahkan. Apalagi dengan Pangeran Hermaprodit seperti itu. Ga jelas dia perempuan apa laki-laki " Kata Nizam sambil berjalan keluar dengan sebal.     

Melihat Nizam semakin morang Maring Cynthia semakin ngakak ketawa.     

"Sst... Sudah - sudah. Jangan dilanjutkan. Kalau dia sudah morang - Maring. Aku yang akan jadi bulan-bulanan nanti malam" kata Alena kepada Cynthia.     

"Lha... Bukannya Kau suka dijadikan bulan-bulanan Nizam?" Kata Cynthia sambil mencolek pipi Alena.     

"Iya sih.. tapi Aku malu sama pelayan. Yang sering kali mengeringkan rambut ku tiap pagi" kata Alena.     

Cynthia malah semakin ngakak,     

"Lha.. ga apa-apa kan. Jadinya mereka tahu kalau Calon Raja sama Ratunya sangat harmonis"     

"Ah.. sudahlah. Ayo kita segera menyiapkan kamar pengantin wanita dan ruangan untuk undangan para wanita." Alena mengajak Cynthia untuk pergi.     

"Kita hanya mengundang keluarga dari Kedubes kerajaan Aliansi Zamron dan Azura. Serta dari Indonesia. Kemudian beberapa saudara Edward dan teman kuliah kita jadi tidak banyak tetapi tetap meriah karena akan ada nyanyian dan tarian tradisional Zamron.     

Alena kemudian keluar dari kamar diikuti oleh Cynthia mereka segera berjalan menuju ruangan dimana Lila sudah menunggu seperti adat dari kerajaan Azura di kerajaan jamur juga bacaan akad tidak bersama dengan pengantin perempuan jadi yang membacakan akad hanyalah pengantin laki-laki dengan beberapa orang saksi.     

Sementara itu pengantin perempuan duduk menunggu di ruangan yang disediakan khusus untuk para tamu wanita, setelah akad berlangsung biasanya mereka baru di pertemukan sambil menyaksikan para pengisi acara hiburan.     

Sesampainya disana Alena dan Cyntia melihat Lila sudah duduk ditemani beberapa pelayan dan asisten yang sudah berpakaian seragam gaun warna merah muda. Lila duduk di pelaminan yang dibuat oleh para pelayan dengan petunjuk Alena.     

Pelaminan itu sungguh sangat cantik dan membuat Lila semakin bersinar kecantikannya. Dan ketika melihat Cynthia dana Alena datang menghampiri Lila segera berdiri dan mengucapkan salam.     

"Bagaimana Lila ? apakah kau merasa sangat senang atau berdebar atau bagaimana ?" kata Alena sambil duduk di samping Lila. Lila hanya tersenyum dengan wajah datar,     

"Ya aku sebenarnya sedikit gugup tetapi aku berusaha tenang dan aku ingin segera menonton tarian-tarian khas dari kerajaan Zamron untuk menghilangkan rasa gugupku " Lila berkata kepada Alena.     

"Kita akan mulai ritual pernikahannya sebelum menonton tarian-tarian. " Kata Alena dengan wajah penuh wibawa. Kemudian Ia menyuruh upacara adat pernikahan bagi pengantin wanita dimulai.     

Pangeran Abbash sendiri tampak baru saja membacakan akan pernikahan diiringi saksi dari Nizam dan dan Pangeran Thalal.  Ketika Pangeran Abbas selesai membacakan akad kemudian semua mengucapkan hamdalah disertai doa kepada pengantin baru.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.