CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan Empat Mata



Perbincangan Empat Mata

Ketika acara pemberian nasihat sudah selesai dan dilanjutkan dengan acara bersantap. Para pelayan sudah bersiap di samping meja masing - masing. Ada beberapa meja bundar yang di atasnya sudah disimpan banyak makanan. Satu meja terhidang satu baki bundar yang berisi nasi briyani yang sangat banyak dengan potongan daging paha domba utuh sesuai dengan porsi orang yang memakannya.     

Berderet - deret kopi rempah terhidang untuk menemani santap mereka. Potongan acar nanas, mentimun dan buah zaitun memenuhi pinggiran nasi briyani tersebut. Harum kunyit, kapulaga, ketumbar, daun mint dan jintan berpadu membuat udara menjadi hangat dan memancing rasa lapar.     

Para tamu yang hampir semua berpakaian jubah putih dan penutup kepala putih dengan hiasan kepala yang berbentuk lingkaran untuk penahan penutup kepala mereka agar tidak jatuh.     

Nizam satu meja dengan Pangeran Abbash, Pangeran Thalal, Pangeran Husen, Jonathan, Amar dan Imran. Mereka tampak menikmati makanannya sambil berbincang - bincang ringan.     

"Jadi Kau datang ke kediamanku dan langsung menemui Pangeran Abbash. Alangkah bagusnya perbuatanmu " Kata Nizam sambil merobek paha kambing dan memasukan ke dalam mulutnya.     

Pangeran Husen tampak tersipu - sipu malu. Ia memang baru bertemu dengan kakakknya tadi di depan ruangan sebelum akad dimulai. Mereka hanya berpelukan dan belum sempat berbicara.     

"Ada pembicaraan penting ? Apa menyangkut seorang wanita ? Kau baru menikah. Pangeran Abbash sebaiknya Kau mengerem hobimu yang tebar pesona itu " Kata Nizam sambil melirik ke arah Pangeran Abbash yang sedang makan dengan anggunnya. Pangeran Thalal saja tidak seanggun itu cara makannya.     

Pangeran Abbash menyipitkan matanya. Ia meminum kopinya dan melap bibirnya yang merah oleh lap yang ada disampingnya.     

"Aku tidak pernah tebar pesona. Mereka sendiri yang sukarela datang padaku. Tetapi Aku akui kalau Kau memang benar. Semua perkataanmu adalah benar. Aku tidak seharusnya memanfaatkan kelebihan yang Aku miliki untuk memperdaya kaum wanita. Itulah sebabnya Aku menerima tawaran istrimu untuk memperistri Lila. Aku berharap dengan Lila Aku akan menjalani hidup yang lurus. " Kata Pangeran Abbash.     

Tetapi Pangeran Husen tampak tidak senang mendengar perkataan Pangeran Abbash.     

"Tetapi haruskah kita menolong seseorang yang tenggelam dengan menenggelamkan orang lain ?" Kata Pangeran Husen sambil ikut meminum kopinya.     

Nizam mengerutkan keningnya mendengar perkataan adiknya. " Aku berani taruhan, perkataan ini pasti ada kaitannya dengan obrolan kalian pagi ini. Gadis mana yang kalian perebutkan ?" Tanya Nizam sambil menatap Pangeran Husen dan Pangeran Abbash bergantian.     

"Aku tidak ingin kita berbicara di tempat terbuka. Kakak.. bolehkah Aku berbicara denganmu bertiga. Aku, Kakak dan Pangeran Abbash" Kata Pangeran Husen kepada Nizam.     

"Apa Kau tidak keberatan kalau Aku bercerita permasalahan kita kepada Kakak Nizam ?" Kata Pangeran Husen kepada Pangeran Abbash.     

Pangeran Abbash menggelengkan kepalanya.     

"Tidak. Aku malah merasa senang kalau Pangeran Nizam tahu. Setidaknya jika ternyata Aku harus menikahi Amrita maka Dia tidak akan kaget dan langsung membunuhku " Kata Pangeran Abbash membuat Nizam semakin mengerutkan keningnya.     

"Apa ada yang tidak Aku ketahui ?" Kata Nizam bertanya kepada Pangeran Abbash dan Pangeran Husen.     

"Iya Kakak.. " Pangeran Husen menjawab.     

"Hmmm.. baiklah. Kita akan berbicara setelah kita selesai makan. Sekarang makanlah! Makanlah yang banyak agar memiliki tenaga yang cukup untuk nanti malam " Kata Nizam sambil kembali makan dengan lahap.     

Pangeran Thalal menjadi iseng ingin menggoda kakaknya,     

"Sebenarnya yang harus memiliki tenaga yang cukup itu Kakak Nizam atau Pangeran Abbash ? Perasaan dari tadi yang paling lahap makan adalah Kakak Nizam. Pangeran Abbash cuma makan cuil.. cuil.. kaya anak gadis saja " Kata Pangeran Thalal sambil tertawa.     

"Kau seperti tidak tahu saja kakak iparmu seperti apa ?" kata Nizam sambil kembali mengambil potongan daging domba.     

Pangeran Abbash tersedak mendengar kata - kata Nizam. Ia tahu persis apa maksud dari perkataan Nizam. Mendadak Ia menjadi gerah.     

"Kakak Putri Alena apa Kakak Nizam yang selalu begitu - begitu " Pangeran Husen jadi ikutan menggoda kakaknya.     

"Mulut kalian bisa diam tidak ? Tidak lihat apa, Aku sedang makan " Kata Nizam sambil kembali menyuap nasinya. Ia tidak bermaksud bercanda dengan kata - katanya. Ia memang sedang terbangun karena tadi pagi Ia tidak sempat mentuntaskan hasratnya kepada Alena gara - gara Cynthia keburu datang. Malam ini seperti biasa Ia akan menemani pangeran Abbash bermalam pengantin.     

"Apa perlu Aku menyiapkan minuman air salwahya ?" Kata Pangeran Thalal.     

"Berikan air itu pada Pangeran Abbash. Aku pikir Ia lebih memerlukan dibandingkan dengan Aku " Kata Nizam.     

Pangeran Thalal tiba - tiba melirik ke arah Pangeran Abbash. " Masa seorang playboy macam dia memerlukan minuman airsalwahya ? " Kata Pangeran Thalal.     

"Kau pikir Lila sama seperti wanita lain yang bakalan langsung merangkak di kakinya begitu melihat wajahnya ? Dia salah satu wanita cerdas " kata Nizam sambil mendelik.     

"Maksudmu adalah kalau semua wanita yang jatuh cinta kepadaku adalah wanita bodoh ?" Kata Pangeran Abbash kepada Nizam.     

"Aku tidak mengatakan seperti itu. kau yang mengatakannya " Kata Nizam sambil melap mulutnya dengan serbet.      

"Secantik apa memang Lila ? Sampai Kau bersedia menikahinya ?" Tanya Pangeran Husen penasaran dengan kecantikan Lila. Karena menurutnya Amrita juga sangat sangat. Mengapa Pangeran Abbash lebih memilih menikahi Lila terlebih dahulu dibandingkan dengan Amrita.      

Lagipula dari yang Ia dengar, Lila ini adalah jandanya Edward. Sungguh sangat tabu bagi seorang pangeran menjadikan seorang Janda yang sudah memiliki anak pula menjadi istri pertama.     

Pangeran Abbash terdiam. Ia tidak mau terjebak dengan pertanyaan dari Pangeran Husen. Walaupun Pangeran Husen bertanya yang sebenarnya dan tidak bermaksud menjebaknya.     

Pangeran Abbash dari awal tidak pernah diizinkan bertemu dengan Lila oleh Nizam. Nizam sendiri takut kalau Pangeran Abbash memperdaya Lila. Ia sudah bersumpah akan menjaga Lila untuk Edward. Walau bagaimanapun Nizam tahu kalau Edward sangat menyayangi Lila walaupun tidak mencintainya.     

Jadi kalau seandainya Pangeran Abbash berkata kalau Lila sangat cantik maka Ia pasti akan membuat Nizam murka karena berani melihatnya tanpa seizinnya. Makanya dengan wajah datar Ia berkata.     

"Entahlah. Aku tidak tahu dia seperti apa ? " Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum penuh kepuasan. Ia merasa sangat puas karena merasa sudah memperdaya Nizam.     

Padahal Ia pernah mengeluarkan sukmanya untuk melihat Lila. Tetapi Ia tetap menjaga kehormatan calon istrinya itu. Ia hanya melihat dari kejauhan memperhatikan Lila yang sedang duduk di taman sambil berurai air mata.     

Yang membuat Pangeran Abbash menyetujui pernikahan ini adalah Ia melihat kalau Lila ternyata memang sangat mirip dengan Alena dari struktur wajah. Hanya saja kulit Lila lebih putih dan wajahnya begitu sendu. Tubuh Lila lebih langsing dibandingkan dengan Alena yang montok dibagian dada dan pinggul. Dan secara aura kewanitaan jelas Alena lebih menggoda dibandingkan dengan Lila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.