CINTA SEORANG PANGERAN

Arti Hidup Yang Sebenarnya



Arti Hidup Yang Sebenarnya

"Anda Tuan Putri Lila.. " Kata Bastnah dengan penuh rasa hormat     

"Aku ? Tuan Putri ? " Lila mengerutkan keningnya, Ia masih tidak paham dengan situasi dan kondisi saat ini karena rasa sakit yang menderanya.     

"Tentu saja, Yang Mulia. Anda sudah menikah dengan Pangeran maka otomatis Anda adalah Tuan Putri. Mari Putri, kami periksa dulu " kata Bastnah sambil memberikan isyarat kepada dokter wanita agar mendekati Lila.     

Lila melotot kepada dokter itu dan memasang wajah galak, " Tidak !! Tidak usah !! Aku tidak apa – apa. Aku baik – baik saja" Kata Lila menggelengkan kepalanya. Walaupun Ia merasakan sakit yang sangat menyiksanya tetapi kalau sampai diperiksa oleh orang – orang yang banyak dan tidak dikenal sungguh sangat memalukan. Apa – apaan ini. Seorang pelacur saja tidak akan sembarangan memperlihatkan tubuhnya pada banyak orang. Lha ini.. orang se-RT beramai – ramai mau memeriksa tubuhnya.     

"Anda menjerit hampir sepanjang malam. Bagaimana bisa itu baik – baik saja " Kata Bastnah mencoba menatap Lila tetapi ujung matanya melihat ke arah Pangeran Abbash yang sedang terbaring terlelap. Kho ada ya.. pengantin laki – laki setelah menyiksa istrinya tertidur begitu damai. Pangeran Abbash memang keterlaluan. Kalau Alena sampai tahu pasti akan diomeli habis – habisan.     

Mendengar perkataan Bastnah, Lila harus terdiam. Ia langsung tersadar kalau sejak saat ini kebebasanya akan terampas. Ia tidak akan pernah memiliki privacy lagi. Lila menghela nafasnya. Ia adalah orang dari kalangan bawah. Ia bukan Alena yang memang sudah kaya dari sejak lahir.     

Lila benar – benar berasal dari kalangan rakyat jelata yang derajatnya bahkan jauh lebih rendah dari Cynthia. Cynthia walaupun miskin tetapi memiliki keluarga utuh. Sedangkan Ia, ayah kandungnya pun tidak tahu ada dimana. Ia hanya beruntung diberik kecerdasan yang luar biasa sehingga sejak SD, Ia mengandalkan beasiswa dari sekolah untuk terus melaju sampai selesai kuliah di fakultas hukum.     

Mengikuti kehidupan Edward saja, Ia harus pontang – panting apalagi sekarang Ia harus mengikuti gaya kehidupan menjadi istri seorang Pangeran yang hidupnya dikelilingi banyak orang.     

"Apakah ini suatu keharusan ? Aku merasa malu kalau harus diperiksa beramai – ramai seperti ini" kata Lila akhirnya pasrah.     

" Kalau begitu izinkan dokter saja yang memeriksa. Kami sebenarnya disini hendak melayani Yang Mulia untuk membersihkan diri dan melayani Yang Mulia untuk bersantap" Kata Bastnah.     

"Tidak !! Aku tidak membutuhkan itu semua. Aku akan membersihkan badan sendiri. Aku hanya memerlukan obat pareda sakit " Kata Lila akhirnya Ia tidak dapat menyembunyikan lagi rasa sakit yang Ia derita akibat perlakuan suaminya.     

"Mari Hamba periksa dulu. Apakah Yang Mulia berdarah ?" kata Dokter itu sambil membungkuk lalu menghampiri Lila. Lila menganggukan kepalanya sambil memegang bahu dokter itu. Ia ingin duduk di sofa. Lila sudah tidak tahan berdiri tetapi Ia tidak bisa berjalan. Dokter itu lalu menuntun Lila duduk di sofa.     

Bastnah melirik wajah Lila yang pucat. Ini adalah hal paling mengerikan bagaimana seorang janda babak belur seperti seorang gadis saja. Kalau Alena yang babak belur, Ia masih sangat paham tetapi kalau Lila bagaimana bisa Pangeran Abbash melakukannya. Ini sangat menakutkan. Pangeran tampan itu kelihatannya seperti wajah malaikat yang putih, bersih dan suci. Tetapi kelakuannya sangat mengerikan.     

Ketika Dokter itu mulai memeriksa Lila semua pelayan kecuali Bastnah diminta keluar. Para pelayan itu tampak enggan keluar dari kamar. Mereka sebenarnya ingin berdiam lebih lama di dalam kamar dan mencuri – curi pandang kearah pangeran tampan yang sedang terlelap itu.     

Pangeran Abbash tertidur bertelengkup dengan selimut melorot sampai kepinggang. Pungguh itu tampak begitu putih bersinar mengalahkan lampu neon yang menerangi teras rumah. Rambutnya yang hitam panjang itu tergerai acak – acakan dengan ikat rambut yang turun ke pertengahan. Bagaimana tidak acak – acakan kalau sedari tadi Lila habis menarik – narik rambut itu dengan kalap. Kepala pangeran Abbash dicengkram dan kadang dipukul oleh Lila yang sedang kesakitan.     

Wajah tampan itu terlihat jelas sedang terlelap begitu damai. Bibirnya yang merah tampak tersenyum dalam lelapnya. Duh.. mereka jadi berkhayal berjamaah ingin dikecup bibir itu. Dan ketika kemudian Pangeran Abbash membalikkan tubuhnya maka selimut itu semakin melorot ke bawah pinggang. Para pelayan tampak panik tetapi bukannya memalingkan muka atau menundukkan pandangan, mereka malah berharap selimut itu melorot terus sampai kakinya.     

Bastnah baru akan menyuruh para pelayan keluar kamar ketika Ia melihat mata pelayan itu menatap sosok tubuh yang sedang terlelap. Ia menjadi sangat murka. Sambil berdesis kesal, Bastnah berkata,     

"Keluar Kalian semua !! Kalian melihat yang tidak seharusnya Kalian lihat " Kata Bastnah kepada para pelayan itu. Para pelayan itu seakan tidak memperdulikan perkataan Bastnah. Mereka tetapi asyik melihat Pangeran Abbash. Agaknya mereka lebih suka dihukum cambuk daripada melewatkan pandangan menarik ini.     

Akhirnya Bastnah mendorong para pelayan agar keluar. Sambil mencubiti lengan mereka dengan gemas. Para pelayan baru tersedar setelah merasakan cubitan di lengan mereka. Mereka mengaduh dan langsung keluar.     

"Keluar semua !! Keluar !! Dasar kalian, memalukan saja " kata Bastnah sambil memukul bahu mereka. Para pelayan ada yang tertawa cekikikan tetapi mereka menahan tawa melihat Bastnah yang begitu gusar.     

Lila hanya melirik sambil menahan perih kearah para pelayan yang berhamburan keluar karena diomeli Bastnah. Lila tersenyum melihat kelakuan para pelayan yang tidak bisa menahan diri melihat suaminya. Jangankan mereka yang kebanyakan usianya baru 18 sampai 22 dan masih gadis. Alena dan Cynthia termasuk juga dirinya saja tidak dapat menahan pandangan mata dari Pangeran itu.     

Lila memejamkan mata sambil berbaring ketika dokter itu memeriksa. Seorang perawat tampak menyiapkan peralatan tindakan. Lila merasakan kesakitannya langsung hilang ketika dokter itu memberikan obat bius. Dokter itu begitu terampil menjahit robekan yang Ia alami. Dan sampai kemudian selesai Dokter itu kemudian memberikan obat penghilang rasa sakit.     

"Yang Mulia, tidak boleh berhubungan dulu sampai lukanya benar – benar sembuh. Mmm.. ini sedikit agak parah dari biasanya " Kata Dokter itu sambil merinding.     

Lila merasakan pipinya memerah. Bagaimana tidak parah kalau Pangeran Abbash terus menerus menyiksanya semalaman. Tidak hanya sekali, dua kali tetapi berkali – kali. Tahu robek bukannya membuat gerakan perlahan tetapi malah semakin kuat memacu tubuhnya. Mendengar nasihat dokter, Lila Cuma berharap kalau pangeran Abbash bisa menahan dirinya.     

"Terima kasih Dokter " Kata Lila     

"Kami akan datang esok sore untuk memeriksa luka itu kembali " Kata Dokter itu sambil tersenyum dan kemudian meminta izin keluar. Lila sekali lagi mengucapkan terima kasih. Lila kemudian berjalan mendekati tempat tidur dan membaringkan tubuhnya di sisi suaminya. Pangeran Abbash selama ini tidak pernah tertidur lelap.     

Banyaknya musuh diluar membuat Ia selalu meningkatkan kewaspadaan. Tetapi ternyata di tempat Nizam, Ia malah bisa tertidur lelap dengan bahagia. Ia merasa sangat aman dari pembunuhan yang kerap mengintainya.     

Apalagi Ia sudah mendapat kepuasan yang maksimal sehingga ketika di dalam kamar ada orang beramai – ramai masuk, Pangeran Abbash sama sekali tidak terbangun. Pangeran Abbash sungguh merasa beruntung, Ia kini berada disisi Nizam. Nizam mampu memberikan keamanan dalam kehidupannya.      

Hidup dalam ketidak pastian. Setiap hari memerangi orang untuk melancarkan ambisi kakaknya. Menodai banyak gadis dan berfoya - foya. Membunuh orang bagaikan membunuh binatang. Merampas kekayaan orang lain dan menghancurkan kehidupan orang lain. Itu semua dia lakukan untuk kakaknya dan kesenangan dirinya sendiri.     

Tetapi sekarang Ia memahami tujuan hidup itu untuk apa. Kekayaan, Kejayaan ternyata tidak akan kekal selamanya. Kebahagiaan ternyata tidak tergantung dari itu semua. Kekayaan yang orang miliki ternyata tidak mampu membeli sebuah kesetiaan dan kejayaan yang orang miliki tertanya tidak mampu membeli rasa hormat dan kemuly\iaan yang sesungguhnya.     

Kemuliaan hanya didapat dari perbuatan baik dan kesetiaan hanya diperoleh dari teman sejati. Hidup bersama teman yang baik akan menuntun kita ke jalan yang penuh kebajikan tetapi hidup bersama saudara sendiri yang jahat akan menjerumuskan kita ke dalam kenistaan.     

Persahabatan ternyata tidak selalu diperoleh dengan kentalnya darah tetapi persahabatan ternyata dapat diperoleh dengan adanya kepercayaan. Dan kenikmatan percintaan ternyata diperoleh dari hubungan yang baik dan halal. Selama ini Pangeran Abbash mengumbar nafsu dengan menodai banyak gadis walaupun semua dilakukan dengan sukarela. Tetapi kenikmatan yang hakiki ternyata hanya diperoleh dengan pasangan yang halal. Bersama Nizam dan orang - orangnya, Ia menemukan arti hidup yang sebenarnya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.