CINTA SEORANG PANGERAN

Perbincangan Penuh Keakraban



Perbincangan Penuh Keakraban

"Apakah ada yang penting sekali sampai Yang Mulia harus datang ke kamarku langsung ?" kata Pangeran Abbash sambil berjalan bersisian. Nizam belum menjadi raja walaupun Ia adalah putra mahkota jadi pangeran Abbash merasa masih memiliki tingkatan yang sejajar jadi Ia merasa tidak perlu untuk berjalan di belakang Nizam.     

Nizam sendiri tidak perduli Pangeran Abbash hendak berjalan di sisi apa dibelakang atau malah di depan. Ia sendiri bukan orang yang gila hormat, kedudukan dan jabatan. Baginya semua kedudukan orang adalah sama hanya saja takdir dimana orang itu dilahirkan dan oleh siapa dilahirkan itulah yang berbeda.     

Setiap bayi tidak bisa memilih untuk dilahirkan oleh siapa dan dimana. Bayi seorang raja ataupun bayi seorang pengemis dijalanan, sama – sama hanya menjalani suatu takdir. Bahkan semakin tinggi kedudukan orangtua si bayi maka semakin besar pula tanggung jawabnya.     

"Aku akan berbicara nanti diruanganku. Ini menyangkut tentang keselamatanmu juga" Kata Nizam kepada Pangeran Abbash membuat Pangeran Abbash mengerutkan keningnya.     

"Aku tidak mengira kalau Yang Mulia Pangeran Nizam begitu perduli dengan keselamatanku " Kata Pangeran Abbash sambil tersenyum di kulum. Nizam hanya melirik dingin kepada Pangeran Abbash.     

"Kau tidak usah berbesar hati seperti itu. Bagiku kau tidak lebih dari suami Lila. Aku perduli denganmu karena Aku perduli dengan istriku" Kata Nizam membuat Pangeran Abbash tidak mengerti. Berbicara dengan Nizam sungguh membuat Ia tekadang harus berpikir, apa sebenarnya maksud dari Nizam. Ia tidak dapat mengikuti kecerdasan Nizam.     

"Apa maksud dari perkataanmu, Aku sungguh tidak mengerti" Kata pangeran Abbash.     

"Kau adalah suami Lila sekarang dan Lila adalah sahabat dari istriku sehingga Ia berada di bawah tanggung jawabku. Lila baru saja kehilangan suaminya karena diriku jadi Aku akan berusaha untuk mencegah Lila terjerumus ke dalam lubang yang sama.     

Aku akan ikut menjaga kesalamatanmu demi Lila karena Lila bersedih dampaknya akan ikut kepada istriku" Kata Nizam     

"Ah.. Yang Mulia memang luar biasa. Aku mengenal ayahku Yang Mulia Sultan Mahmud, Ia sangat mencintai Ibuku ratu Ariel tetapi Aku merasa cintanya bukanlah apa – apa jika dibandingkan olehmu. Aku sangat kagum dengan cintamu kepada Putri Alena. Aku sangat berharap kelak Aku akan mencintai Lila seperti Kau mencintai Putri Alena " Kata Pangeran Abbash dengan bersungguh –sungguh.     

Nizam berbalik dan memegang bahu Pangeran Abbash membuat Pangeran Abbash menghentikan langkahnya karena terkejut. Ia dalam keadaan tidak bersiaga karena berada di dalam rumah Nizam, Pangeran Abbash malah melepaskan seluruh kewaspadaannya sehingga jika tiba – tiba Nizam menyerangnya maka Ia akan mati karena kelengahannya sendiri.     

Ketika Pangeran abbash sudah pasrah seandainya Nizam memukulnya di titik tubuhnya yang terlemah maka Ia akan mati dengan tenang. Tetapi tentu saja Nizam tidak melakukan itu, Ia malah berbicara dengan serius.     

"Aku sangat senang kau berkata seperti itu. Tahukah kau kalau Lila sudah banyak menderita dan sudah saatnya Ia menjalani kehidupan yang menyenangkan." Kata Nizam kepada Pangeran Abbash dengan bersungguh – sungguh.     

"Tetapi bukankah kau tahu kalau hidupku penuh dengan kerusuhan jadi kalau kau berharap Lila dapat hidup tenang seperti yang lain. Terus terang saja Aku tidak bisa menjanjikan" Kata Pangeran Abbash dengan wajah sedikit murung. Nizam malah menepuk bahu Pangeran Abbash.     

"Maksudku adalah bukan kehidupan yang tenang tetapi kehidupan yang senang. Bagi seorang wanita terkadang bukan ketenangan yang dicari tetapi kesenangan atau kebahagiaan hidup dan kesenangan hidup itu bagi Lila adalah dicintai dan mencintai. Jadi tetaplah mencintai Lila sehingga walaupun kau membawanya kemanapun Ia akan tetap berbahagia." Kata Nizam.     

"Aku masih tidak mengerti dengan perkataanmu. " Kata Pangeran Abbash.     

"Ketika wanita menikahi seseorang maka mungkin saja hidupnya tidak akan tenang semisal jika suaminya seorang prajurit yang sering meninggalkannya. Ketika suaminya tidak ada disisinya mungkin saja hidupnya menjadi tidak tenang tetapi ketika Ia tahu kalau suaminya memang tidak berbuat apa - apa yang akan menyakiti hatinya maka Ia akan menjalani ketidaktenangannya itu dengan hati yang bahagia" Nizam kembali berfilsafat membuat pangeran abbash menjadi merasa sakit kepala.     

"Ah..sudahlah.. jangan terlalu dipikirkan. Ayo masuklah ke dalam ruanganku " Kata Nizam sambil masuk kedalam ruangannya dimana pintunya sudah dibukakan oleh pengawal yang berdiri di depan.     

 Para pelayan segera masuk menyediakan makanan dan minuman untuk disajikan menemani perbincangan dua orang pangeran tampan itu. Mereka akan berbincang dengan akrab layaknya dua orang sahabat yang tidak bertemu.     

Di dalam sudah ada Nayla yang berdiri disamping Nizam sedangkan Pangerang Abbash tidak ditemani siapapun. Tetapi Ia tidak perduli, Ia sudah sangat yakin kalau Nizam tidak akan mengapa – apakan dirinya.     

"Waktu itu kau mengatakan kepadaku kalau kau akan membawa Lila ke Scotlandia dan akan menjalani hidup baru disana. Benarkah ?" Kata Nizam memulai pembicaraannya. Pangeran Abbash menganggukan kepalanya.     

"Itu benar, Aku tidak ingin kembali ke Kerajaan Zamron. Mungkin Aku hanya akan berkunjung sesekali untuk menengok ibuku tetapi Aku berencana akan menetap disana. Aku ingin jauh dari hiruk pikuk politik kerajaan. Aku ingin membawa Lila ke kehidupan yang setenang mungkin."     

Nizam menganggukan kepalanya kemudian terdiam.     

" Kau mematikan handphone-mu ?" Nizam bertanya kepada Pangeran Abbash.     

" Ya Aku mematikannya sejak Aku memutuskan untuk menikahi Lila. Aku tidak ingin ada yang mempengaruhi niatku untuk menikahinya dari siapapun itu" Kata Pangeran Abbash.     

"Maksud kau takut dengan amukan dua wanita penting dalam hidupku karena menikahi Lila tanpa seizin mereka " Kata Nizam sambil menyeringai. Pangeran Abbash mendelik kepada Nizam.     

"Apa maksud yang mulia ?' kata Pangeran Abbash kepada Nizam.     

'Kau tidak ingin mendengar Amrita mengomelimu karena kau menjanjikan akan menikahinya tetapi kau malah menikahi Lila dulu dan Kau takut mendengar omelan Ibumu juga karena menikahi seorang wanita tanpa izinnya terlebih kau menikahi seorang janda lengkap dengan bayinya " Kata Nizam membuat pangeran Abbash menjadi tertawa miris.     

"Aku memiliki ilmu kebatinan yang bisa menyusup ke tubuh seseorang dan melakukan perjalanan astral. Aku memiliki ilmu Ninja bagaimana menyusup, menyamar dan menggunakan senjata rahasia. Tetapi setinggi – tingginya ilmuku Aku tidak pernah bisa menerka pikiran seseorang.     

Tetapi yang membuatku heran adalah mengapa Kau yang tidak memiliki kebatinan tetapi seakan – akan isi hati seseorang. Kau sangat mengerikan. Aku menjadi ngeri terhadapmu" Kata Pangeran Abbash sambil menatap tajam kepada Nizam. Nizam sendiri hanya tersenyum mendengar kata – kata Pangeran Abbash.     

"Sesungguhnya Aku tidak bisa mengetahui isi hati seseorang apalagi Aku tidak memiliki ilmu ghaib apapun. Aku hanya melakukan analisa dari setiap permasalahan yang ada. Dan Aku sangat suka membaca sehingga Aku memiliki ilmu yang mungkin lebih dari orang lain. " Kata Nizam kepada Pangeran Abbash.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.