CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Jagalah Arani, Baik - Baik!



Kau Jagalah Arani, Baik - Baik!

Di hadapannya terlihat Arani dan Jonathan yang sedang duduk di ranjang saling mencumbu dengan pakaian rumah sakit Arani sudah melorot sampai ke pinggang. Kepala Nizam langsung pusing, pelipisnya berdenyut – denyut dengan hebat. Dan Nizampun segera membalikkan badannya dan menutup pintunya sambil mengatakan permintaan maaf.     

"Maafkan Aku, Aku tidak tahu kalau kalian sedang... Akh.. Aku menyesal masuk tanpa izin" Kata Nizam     

Jonathan dan Arani yang kaget melihat pintu terbuka tiba – tiba dan lebih kaget lagi melihat Nizam masuk tiba – tiba. Mata Arani dan Jonathan terpaku sebelum saling pandang dan Arani langsung mendekap dadanya yang tidak terlindungi walaupun Ia masih bersyukur kalau tubuh Jonathan menghalangi dadanya dari depan.     

Permintaan maaf Nizam malah membuat Arani semakin kalang kabut. Ia sangat malu karena terpergok sedang bercumbu dengan suaminya walaupun mereka tidak melakukan hal yang lebih jauh mengingat Arani masih kesakitan.     

Jonathan segera memperbaiki pakaian Arani dan mengejar Nizam keluar. Nizam tidak pergi jauh karena masih shock. Nizam malah berdiri menyender ke dinding kamar Arani. Menenangkan hatinya yang masih panik.     

Jonathan menutup pintu lalu ikut menyender di samping Nizam. Mereka terdiam beberapa saat.      

"Kau pasti ingin melihat Arani " Kata Jonathan sambil tetap menyender dengan pandangan muka yang lurus ke depan.     

Ekspresi Nizam tidak jauh beda dengan Jonathan. Ia masih menatap ke depan dan tidak melirik ke arah Jonathan. Walaupun kemudian Ia berkata,     

"Kau tahu ? Arani sudah lama menjadi asisten pribadiku. Dan keterampilannya sangat Aku andalkan untuk mengurus keperluan pribadiku. Walaupun sudah Aku bebaskan tetapi terkadang Aku masih memerlukan kehadirannya di sisiku.     

Jonathan, Aku sungguh minta maaf kepadamu. Aku tidak menjaga istrimu dengan baik, sehingga istrimu sampai terluka" Kata Nizam dengan wajah penuh penyesalan.     

"Tidak !! Arani sudah menceritakan semuanya. Kau tidak bersalah. Aku tadi terlalu ketakutan. Maafkan Aku yang tadi sudah marah kepadamu dan menuduh kau mengorbankan istriku" Kata Jonathan sambil melirik ke arah Nizam.     

"Aku tahu itu. Karena kalau Aku ada di posisimu Aku akan melakukan hal yang sama. Aku sangat senang kau begitu perduli dengan Arani. Dia layak mendapatkan laki - laki yang baik sepertimu" Kata Nizam dengan tulus.     

Jonathan menjadi semakin tidak enak hati karena tadi sudah marah - marah kepada Nizam. Sehingga untuk mengobati rasa bersalahnya Ia berkata lagi kepada Nizam dan menyuruhnya untuk masuk.     

"Kalau kau ingin melihatnya, masuklah !! " Kata Jonathan.     

" Tidak.. tidak usah!! Aku hanya ingin mengetahui keadaannya saja." Nizam menggelengkan kepalanya.      

"Aku tidak apa - apa. Kalau kau ingin mengetahui keadaannya sebaiknya kau masuk dan melihatnya sendiri !! "     

"Tidak !! aku sudah tahu Ia baik – baik saja sekarang. Aku akan pergi menghadiri pemakaman Edward. " Nizam bersikeras. Ia sudah cukup tahu kalau Arani baik - baik saja. Kalau Arani tidak baik - baik saja tidak mungkin mereka melakukan itu.     

"Mengapa Kau tidak pulang ke rumah dulu. Bukankah Cynthia akan pulang hari ini ? Mengapa Kau tidak sekalian pulang bersamanya " Kata Jonathan. Diam – diam Ia sangat prihatin melihat kondisi Nizam yang acak – acakan dan penuh luka gores serta benturan akibat meloncat dari mobil.     

"Cynthia akan pulang dengan kawalan polisi. Aku tidak berani pulang ke rumah sekarang. Aku masih ada urusan yang harus Aku selesaikan. Mungkin Aku akan pulang ke rumah Chief Jeremy. "     

" Tetapi Alena sangat cemas kepadamu. Dia tadi menitip pesan agar Kau segera menghubunginya" Kata Jonathan lagi.     

"Apa dia belum tahu kalau Edward sudah tewas " Kata Nizam kepada Jonathan. Ia menjadi cemas kondisi Alena kalau sampai tahu Edward sudah tewas terbunuh karena melindungi dirinya.     

Jonathan menggelengkan kepalanya. " Tidak ada satupun yang berani memberitahukannya. Dan Alena cukup letih untuk mencari tahu. Ia tidak mencurigai apapun. Pangeran Thalal sampai memutus sambungan WIFI di rumah agar Alena tidak mengetahui berita apapun.     

Aku rasa Ia akan sangat terguncang kalau sampai tahu Edward sudah meninggal. Maafkan Aku Nizam. Apa yang akan kau lakukan kalau seandainya Alena mengamuk ketika mendengar kematian Edward. Apakah Kau akan merasa cemburu ? Bukankah selama ini Kau satu – satunya pria yang sangat membuat kau cemburu adalah dia ? " Kata Jonathan.     

Nizam menghela nafasnya yang terasa sangat berat. " Tidak ada gunanya cemburu terhadap orang yang sudah mati. Yang Aku sesalkan adalah Dia mati demi melindungiku. Aku seperti gila menghadapi kenyataan bahwa Edward terlalu mencintai istriku. Dia bahkan sampai mengorbankan nyawanya hanya agar Alena tidak menangis" Kata Nizam sambil menutupi wajahnya.     

"Ia meninggalkan istrinya yang sedang hamil besar. Ia meninggalkan ayah dan ibu yang sangat mencintainya. Aku harus apa, Nathan. Apakah Aku harus marah, kesal atau menangisi kematian Edward. Bagaimana bisa Aku bertemu muka dengan istrinya Lila. Bagaimana bisa Aku bertemu dengan anaknya kelak. " kata Nizam dengan suara serak     

"Itu semua bukan salahmu. Dia yang menjadikan tubuhnya sebagai tameng dan bukan kau yang sengaja menjadikannya tameng. Lagi pula ini sudah takdir yang di atas. Nizam, Kau harus kuat" Kata Jonathan tiba – tiba merasa simpati kepada Nizam. Hilang sudah kemarahannya yang tadi seperti nyala api yang berkobar – kobar di dadanya.     

Melihat Nizam dengan kondisi yang begitu terpuruk membuat Jonathan jadi sangat iba.     

"Apakah tidak apa – apa bagimu menghadiri pemakaman Edward ?" Jonathan bertanya lagi. Entahlah dia tiba – tiba merasa ketakutan kalau kedatangan Nizam malah akan memperkeruh suasana.     

"Aku tahu mengapa kau bertanya seperti itu. Aku siap menghadapi resikonya. Aku harus datang untuk memberikan penghormatan terakhir baginya " Kata Nizam, wajahnya semakin murung mengingat kejadian bagaimana Edward terbunuh di depan matanya.     

"Kau sungguh berjiwa besar Nizam. Oh ya kemana handphonemu ? Aku tadi berusaha menghubungimu berkali – kali tetapi tidak mendapatkan nada sambung " Kata Jonathan.     

 "Handphoneku rusak terkena benturan. Aku harap bisa memberitahukannya setelah situasi sedikit mereda. Jonathan Aku akan meminta Amar untuk menjaga istrimu. " Kata Nizam sambil melangkah pergi. Tetapi Ia kemudian mendengar Jonathan berkata,     

"Amar ?" Jonathan baru teringat tentang Amar. Ia memang tidak melihat sosok tubuh suami Zarina itu. Nizam belum menjawab, Ia masih terdiam sehingga kemudian Jonathan berkata lagi,     

"Iya benar Amar. Mengapa dia tidak pulang ke rumah. Zarina juga sudah menunggui kepulangannya."     

"Dia Aku suruh menunggu Pangeran Abbash. " Kata Nizam baru teringat kalau Amar memang disuruh menjaga pangeran Abbash.     

"Mengapa Kau malah menyuruhnya menunggu Pangeran Abbash" Kata Jonathan kebingungan     

"Pangeran Abbash sangat berbahaya jadi Aku harus memastikan dia dijaga oleh orang yang tepat. Aku tidak ingin dia meloloskan diri begitu saja dan melakukan hal aneh lagi. "     

"Bukankah dia sedang terluka karena dihajar Arani ?" Kata Jonathan kebingungan.     

"Itulah bahayanya dia. Dia berbeda dengan Pangeran Barry. Pangeran Barry takut mati sedangkan dia tidak takut mati. Edward masih memiliki pengendalian diri tetapi Pangeran Abbash benar – benar lost control. Dan yang paling berbahaya dia mampu melakukan apa saja yang diinginkannya. Otak dia sama cerdasnya dengan kakaknya tetapi dia memiliki kelebihan dari kakaknya. Dia memiliki ilmu ghaib yang Aku pikir lebih mengerikan dari keterampilan berkelahi secara fisik.     

Nizam kemudian terdiam lagi hingga lalu Ia beranjak dan melangkah pergi. Jonathan menatap punggungnya. Sebelum Nizam melangkah lagi, Jonathan bertanya.     

"Nizam. Apa ada yang bisa kubantu ? " Katanya dengan hati yang tulus.     

Nizam memalingkan wajahnya kepada Jonathan dan berkata. " Tidak ada, cukup bantulah Aku dengan menjaga Arani. Dia masih sakit" Kata Nizam sambil tersenyum tetapi senyum itu malah membuat Jonathan kesal karena Ia merasa kalau Nizam sedang mengatakan kalau Ia harus berhati – hati dengan Arani dan tidak melakukan seperti tadi.     

"Itu tadi bukan keinginanku !! " Kata Jonathan membantah bagaikan orang bodoh.     

"Aku tahu itu. Tetapi siapapun yang duluan Aku harap kau tetap berhati – hati jangan sampai luka Arani bertambah parah" kata Nizam sambil berjalan cepat meninggalkan Jonathan yang morang – maring lagi. Istrinya yang berulah dia yang kena tuduhan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.