CINTA SEORANG PANGERAN

Ini Sangat Menyakitkan



Ini Sangat Menyakitkan

"Apakah salahku ? Mengapa Kau meninggalkan Kami. Bahkan Anakmu belum lahir. Bukankah kau berjanji kepadaku kalau Kau akan menjaganya. Kita akan bersama untuk merawat dan membesarkannya. Membesarkan anak kita. Mengapa Sekarang kau melimpahkan tanggung jawab itu ke pundakku seorang diri. Mengapa Kau ingin berbahagia sendiri. Edward.. bagaimana mungkin kau begitu jahat kepada kami.     

Aku tahu kau tidak mencintaiku. Aku bisa menerimakan itu. Aku tidak keberatan tetapi mengapa kau harus tidak mencintai anakmu pula ? Ia memerlukan seorang ayah dan Kau menghilangkan semua harapan anak kita.     

Edward.. Mengapa Kau begitu tega. Apakah kebahagiaan orang lain begitu penting di hatimu sehingga kau sampai mengorbankan kebahagiaan anakmu sendiri. Ini sangat menyakitkan . Aku sungguh tidak bisa menerima hal ini.      

Ketika kau tiap malam bermimpi tentang Alena, Aku masih diam. Ketika Kau membuat kumpulan puisi untuk Alena Aku juga masih diam. Tetapi kali ini Aku tidak bisa menerima lagi. Ini terlalu menyakitkan. Kalau seandainya Aku tidak sedang mengandung ingin rasanya Aku ikut denganmu dan bertanya tentang alasanmu meninggalkan Kami ? Bahkan Kau juga tidak memperdulikan Ayah dan Ibu yang begitu mencintaimu. Kau merobek hati mereka dengan kepergiannmu"      

Itu adalah Lila dan tangisannya sangat membuat hati Nizam menjadi sangat terhiris membuat langkah Nizam terdiam kaku. Tetapi kemudian wanita yang berdiri disamping Lila menoleh ke belakang.     

Wanita yang berdiri disamping Lila itu pasti asisten Lila karena Nizam dapat melihat kalau perempuan itu masih muda dan tubuhnya itu berdiri dengan tegap.Nizam langsung tahu kalau itu bukan Ibunya Edward. Tidak ada ibunya Edward di pemakaman itu. Langkah Nizam kemudian terhenti ketika para pengawal tampak menoleh ke belakang dan langsung bersiaga melihat seseorang datang.     

Lila yang sedang meratap itu langsung merasakan aura kehadiran Nizam, apalagi ketika dia melihat ayah mertuanya mengangkat wajahnya. Dan menatap lurus ke depan. Lila langsung menoleh ke belakang dan Ia langsung terpaku melihat siapa yang datang. Nizam tersenyum kaku. Ia menatap Lila dengan pandangan penuh rasa permohonan maaf.     

Tetapi Nizam menelan ludahnya karena senyumnya di balas dengan tatapan mata yang sedingin es. Walaupun Nizam sudah mendapatkan firasat bahwa kehadirannya memang tidak akan pernah bisa di terima oleh keluarga Edward tetapi sebagai lelaki yang gentle. Ia harus datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Edward.     

"Apakah Ayah perlu menyuruhnya pergi ? " kata Senator Anderson mulai khawatir Lila pingsan lagi melihat kedatangan Nizam. Ia takut menantunya itu tidak bisa mengontrol emosinya lagi. Bukankah dari kemarin Lila terus menangis tiada henti dan pingsan berkali – kali. Padahal Lila sedang dalam posisi siap melahirkan.     

Lila menatap Nizam dengan pandangan Nanar. Ia lalu menggelengkan kepalanya, "Biarkan Ia disini Ayah, untuk memberikan penghormatan kepada orang yang sudah menyelamatkan nyawanya" Kata Lila dengan sinis.     

Nizam menghela nafas tetapi Ia tidak berani membantah perkataan Lila sedikitpun karena kenyataan itu adalah benar adanya. Nizam lalu mendekati ke makam tersebut dan mulai memanjatkan doa untuk Edward di iringi tatapan penuh kebencian dari semua orang.     

Setelah berapa lama mereka saling terdiam dan Nizam menunggu kata – kata yang akan disampaikan Lila. Lila masih terdiam dengan tubuh Kaku.     

"Aku ingin berbicara kepadamu " kata Lila akhirnya. Lalu Lila menoleh ke arah Ayah mertuanya.     

"Bolehkah Kami berbicara berdua ? " kata Lila meminta izin kepada Ayah mertuanya. Senator Anderson tampak sedikit ragu. Walau bagaimanapun Lila adalah menantunya dan Ia sekarang sedang mengandung cucunya. Harapan satu – satunya generasi penerusnya setelah Edward tidak ada.     

"Ayah tidak bisa meninggalkanmu berdua dengan siapapun " Kata Senator Anderson sambil menatap tajam ke arah Nizam. Amarahnya muncul kembali melihat Nizam. Ingin rasanya Ia membunuh Nizam dengan kedua tangannya sendiri sekarang juga. Tetapi Ia masih waras untuk tidak melakukan itu karena dengan melakukan itu. Nasibnya pasti akan berakhir dengan kematian. Kalau tidak pengadilan yang menjatuhkan hukuman mati atau Ia akan mati dibunuh oleh orang Azura.     

"Tidak ayah. Kalian boleh mengawasiku. Yakinlah kalau Yang Mulia Pangeran Nizam tidak akan begitu bodoh dengan menyakitiku " Kata Lila bersikeras. Muka nya begitu keras dan dingin. Semenjak Ia kenal dengan Lila. Lila begitu lemah lembut dan dewasa. Walaupun mukanya seringkali muram tetapi tidak pernah sedingin dan sekeras ini. Tatapan matanya yang sayu itu kini berkilat – kilat penuh amarah.     

Melihat muka menantunya yang begitu menakutkan, Senator Anderson kemudian mengalah. Ia dan beberapa pengawal lalu berdiri menjauh. Lila kemudian duduk disebuah kursi tidak jauh dari makam Edward dan Nizam mengikutinya dengan patuh. Mereka kemudian duduk berdampingan walaupun ada jarak diantara mereka.     

Nizam mencoba bersikap tenang dan berusaha berpikir positif. Ia juga tidak berniat untuk membantah apapun yang akan dikatakan Lila. Ia bahkan sudah siap kalau seandainya Lila memukulinya dengan sepatu.      

"Apa kau tahu apa yang sudah terjadi ? " Kata Lila sambil menatap lurus ke depan.     

Nizam masih terdiam dan tidak berani mengatakan apapun. Ia masih menunggu Lila mengatakan seluruh perasaannya.     

"Apakah Kau tahu bagaimana sakitnya perasaanku ? " Kata Lila lagi mulai sedikit emosi. Dan Nizam mulai menjawab dengan pelan.     

"Aku tahu, Lila " Kata Nizam sambil menatap ke arah lain karena sekarang Lila sedang menatapnya dengan tajam.     

"Apakah Kau pernah merasakan bagaimana rasanya seseorang yang kita cintai mengorbankan nyawanya untuk orang lain ? "     

Nizam mulai bereaksi mendengar Kata – kata Lila.     

"Ini tidak seperti itu ? Edward hanya melakukan gerakan refleks " Kata Nizam mencoba argumennya untuk meluruskan perasaan Lila. Minimal Lila harus menerimakan kematian suaminya dengan penuh keikhlasan dan bukan penuh dengan dendam seperti yang sedang Ia rasakan. Lila dendam kepada dirinya karena secara tidak langsung kematian Edward adalah karena dirinya.     

"Kau jangan coba - coba membodohiku. Aku bukan Alena yang mudah kau bodohi " Kata Lila dengan kasar. Bahkan Lila sudah tidak memiliki tatakrama lagi kepada Nizam. Lila sedang kacau dan galau.     

Mendengar nama Alena disebut dengan kasar. Emosi Nizam sedikit terpancing. Ia mendelik kepada Lila. Lila membalas tatapan Nizam tidak kalah ganasnya dengan tatapan Nizam.     

"Kalau kau mau marah dan membunuhku. Aku tidak keberatan. Kalau saja tidak karena ada anak dalam kandunganku maka Aku sudah lama mati mengikuti Edward. Bayi ini menghalangiku. Aku masih waras untuk tidak membawanya mati" Kata Lila membuat emosi Nizam malah turun. Yang berbicara dihadapannya bukan Lila lagi tetapi wanita yang tersakiti oleh perlakukan suaminya.     

"Demi Tuhan Lila tolong untuk tidak mengatakan hal – hal yang menyakiti dirimu sendiri " Kata Nizam akhirnya dengan lemah lembut.     

"Lalu Aku harus apa ? Apa Aku harus senang ? Apa Aku harus mengatakan kalau Aku rela dengan kematian Edward sementara hatiku sangat sakit ? Ini sangat menyakitkan. Demi Tuhan ini sangat sakit. " Air mata Lila kini turun kembali.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.