CINTA SEORANG PANGERAN

Apa Dosaku ?



Apa Dosaku ?

Nizam menghembuskan nafasnya. " Kau harus tetap kuat. Minimal untuk melahirkan anakmu. Ia butuh seseorang yang kuat karena Ia akan lahir tanpa kehadiran seorang ayah " Kata Nizam sambil menatap daun – daun pohon yang berguguran terbawa angin. Ada nada kepedihan dalam suara Lila yang tidak dapat Nizam sangkal.      

"Mengapa ini harus terjadi kepadaku ? Mengapa Aku tidak layak untuk berbahagia ? Apakah dosaku sehingga Aku harus selalu menderita " Kata Lila sambil menghapus air matanya.     

"Kau tidak seharusnya menyalahkan siapapun atas takdir yang menimpa kita karena ini sudah menjadi jalan yang di atas. Aku harap Kau percaya bahwa hidup ini tidaklah sekejam yang kita sangkakan. Kau harus tahu kalau sebenarnya Aku tidak kalah menderita denganmu. Entah mengapa istriku selalu menjadi sumber kerusuhan.     

Padahal Istriku selalu ada disampingku tetapi takdir menentukan Ia dicintai oleh banyak lelaki gila."     

Mendengar kata – kata Nizam, Lila tersenyum sinis.     

"Memang benar, termasuk suamiku. Dia lah yang paling gila. Ketika Pangeran Barry berniat membunuhmu untuk mendapatkan Alena tetapi Dia malah mengorbankan dirinya sendiri hanya agar kalian bersama"     

Nizam menelan ludahnya yang semakin terasa seret ditenggorokannya.     

" Maaf kan Aku.. " Kata Nizam sambil kembali terdiam.     

"Dari tadi kau terus meminta maaf. Apa dengan permintaan maaf, suamiku akan bangkit kembali ? " Kata Lila dengan masam. Nizam mau menjawab Maaf lagi tetapi Ia urungkan. Entah mengapa hari ini di hadapan Lila semua pembedaharaannya seperti hilang.     

"Apa rencanamu selanjutnya ? Apakah Kau akan tinggal di Amerika atau kembali ke Indonesia " Kata Nizam bertanya kepada Lila.     

"Entahlah.. Aku pribadi ingin sekali kembali ke Indonesia tetapi Kau tahu kalau Kakek dan Neneknya tidak akan membiarkan Aku membawanya ke Indonesia. Lagipula Aku ada suatu rencana"     

"Apa kau membutuhkan bantuanku ? " kata Nizam menawarkan sesuatu.     

"Benarkah ? Apakah Kau dapat membantuku ?" Lila berkata sambil tertawa tapi dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.     

Nizam mendengar isak tangis diantara tawa Lila. Nizam sama sekali tidak ingin menatapnya tetapi juga tidak ingin menghindarinya. Ia membutuhkan energi tambahan sebelum menghabisi Pangeran Barry. Dan tangisan Lila seperti energi yang ditransfer ke tubuh Nizam dan mengalir di setiap urat syaraf dan pembuluh darahnya. Gigi Nizam gemeretak menahan marah.     

"Katakanlah, Aku tidak dapat menjanjikan banyak tetapi Aku akan berusaha memenuhinya" Kata Nizam.     

"Sebenarnya Aku menginginkah Edward hidup kembali. Aku ingin Edward ada dan Aku ingin memarahi dan memukulnya habis – habisan. Tetapi tentu saja itu tidak mungkin. Aku juga sebenarnya ingin memukulimu dan membenci Alena karena Aku terkadang beranggapan bahwa kalianlah penyebab semua penderitaanku.      

Tetapi Aku bukanlah orang bodoh yang bisa hanya bisa menyalahkan orang lain atas nasib sialku. Mungkin jika malah itu Edward tidak pergi ke kafe tempat Aku bekerja Aku sekarang sudah menikah dan hidup bahagia di Indonesia. Aku juga terlalu bodoh dan tidak berpikir panjang ketika Edward memintaku untuk berpura – pura menjadi kekasihnya. Mungkin Aku tidak akan jadi seperti ini.      

Tapi sudahlah. Seperti yang kau bilang tadi kalau semua sudah jadi takdir Tuhan. Kita tidak bisa menahan kehendaknya. Yang Mulia.. Aku tahu kau pasti sangat membenci Pangeran Barry." Lila memalingkan wajahnya kepada Nizam. Airmatanya masih berjejak di pipinya yang halus dan mulus. Nizam kali ini menatap wajah Lila. Memang benar kata orang – orang, Lila ini seperti Alena. Dari raut wajah, bibir dan hidung hanya sinaran mata dan warna kulit yang berbeda. Satu lagi yang sangat berbeda adalah pancaran aura wajah Lila.     

Lila cenderung anggun, sendu dan misterius. Kulitnya juga kuning cenderung putih. Suaranya seperti angin yang berhembus sangat lembut dan tubuhnya sedikit lebih tinggi tetapi lebih kecil dibandingkan dengan Alena yang lebih montok berisi. Alena sangat seksi dan menggoda iman para pria tetapi Lila membuat laki – laki cenderung lebih menghormati dan menundukkan kepala karena silau akan pesona keanggunannya.     

"Aku tahu kau pasti akan membunuhnya. Aku tahu walaupun antara Kau dan Edward tidak tampak saling bersaing dan membenci tetapi sesungguh di hati kalian, kalian sebenarnya saling perduli. Kau tidak pernah ingin benar – benar menyingkirkan Edward dari muka bumi ini. Dan kematian Edward pasti sangat melukaimu. Kau tidak akan pernah terima kalau Kau penyebab kematian Edward dan Aku dapat melihat dari matamu, kobaran amarah yang tidak akan pernah padam kepada Pangeran Barry." Kata Lila membuat Nizam terdiam.     

" Katakanlah Lila. Kau menginginkan apa ? Apa kau ingin kepala Pangeran Barry. Maka malam ini juga aku akan memenggalnya dan memberikan kepadamu" Kata Nizam dengan suara yang teramat dingin. Tetapi Lila malah tertawa mendengar perkataan Nizam yang mengerikan. Harusnya Ia merasa ngeri mendengar kata – kata Nizam tetapi alih – alih ngeri Ia malah tertawa.     

"Kematian seperti itu tidak akan menyakitinya. Aku ingin dia lebih menderita lagi. Aku tidak ingin kematiannya malah membebaskannya dari segala penderitaan yang sudah dia timpakan kepadaku dan anakku. Aku ingin melihatnya merangkak di kakiku dan menyesali telah membunuh suamiku. Aku juga ingin Senator Anderson menerima balasan yang setimpal karena persekongkolannya dengan Pangeran Barry sehingga malah suamiku yang menjadi korban.     

Kalau sampai Pangeran Barry mati maka mertuaku akan terbebas dari bukti kejahatannya. Aku akan menyeret mertuaku ke penjara dan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya. Aku juga akan membuat Pangeran Barry tidak memiliki asset apapun di Amerika. Aku akan membongkar segala perbuatan busuknya. Aku akan mengembalikan semua kerugian perusahaanmu akibat perbuatan Pangeran Barry dan Senator Anderson. Senator busuk itu harus membayar semua tindakannya.      

Pangeran Barry itu harus menderita dulu sebelum mati . Jadi Bantulah Aku untuk tidak membunuhnya. Aku ingin dia merasakan kehancurannya. Aku akan mengejarnya terus sampai ke Kekerajaan Zamron. Aku juga akan membuat Ia tidak pernah merasakan duduk sebagai raja. Ia akan kehilangan segalanya" Mata Lila berkilat – kilat penuh amarah membuat Nizam ternganga.     

Nizam baru menyadari karena amarah seorang wanita yang begitu anggun bisa berubah menjadi mengerikan. Malam ini Nizam memang berencana membunuh Pangeran Barry. Jadi bagaimana bisa rencana itu akan gagal karena permintaan Lila.     

 Melihat Nizam hanya terdiam maka Lila menjadi semakin kelam.     

 "Kau tadi menawarkan sesuatu kepadaku. Kau bertanya apa yang kuinginkan ? Tetapi setelah aku menyebutkan kalau Aku menginginkan kau tidak membunuh Pangeran Barry Kau malah terdiam. Apakah yang Mulia akan mengingkari janji yang Kau ucapkan sendiri " Kata Lila dengan sinis.     

"Kau sangat menakutkan. Bagaimana bisa kau yang begitu baik hati bisa memiliki pemikiran seperti itu. Kau bahkan tidak hanya menginginkan kehancuran Pangeran Barry tetapi kau juga ingin membalas perbuatan mertuamu sendiri. Ini terlalu kejam Lila. Kau tahu kalau bagi seorang putra mahkota lebih baik mati daripada kehilangan tahtanya" Kata Nizam sambil memandang Lila.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.