CINTA SEORANG PANGERAN

Nyalakan TV-nya



Nyalakan TV-nya

Pagi Hari Di Kediaman Nizam.     

Suasana begitu hening hanya ada suara cericit burung yang terdengar. Alena sudah selesai mandi dan bersiap akan menyusui kedua bayinya. Wajah Alena tampak lebih segar dan terlihat berseri – seri. Apalagi kemudian melihat anak – anaknya yang sudah mulai mengoceh dengan bahasa bayi mereka. Alena langsung meraih mereka, Ia mengambil Alexa dulu lalu menciuminya dengan penuh semangat. Sampai Alexa merengek karena kesakitan ketika Alena menciumnya dengan gemas. Tetapi Alena tidak memperdulikannya Ia malah menggesek – gesekkan hidungnya ke pipi Alexa yang gembil dan lembut.     

"Aduh.. harumnya Kamu Nak, Cepat besar Ya Nak, Biar kita bisa shoping bareng sama auntie Cynthia" Kata Alena sambil memangku Alexa kemudian menyusuinya di tangan sebelah kiri. Setelah itu Ia memberikan isyarat agar Axel di simpan di sebelah kanannya. Dan kemudian Alena menyusui keduanya dengan tenang.     

Alena menyusui keduanya dalam diam. Dia biasanya sering berceloteh tetapi kali ini entah mengapa Ia menyusui keduanya dalam diam. Peristiwa mengerikan yang ia alami kemarin membuat Alena tidak dapat melupakannya begitu saja.     

Wajah Pangeran Abbash berkelebat di matanya. Senyumnya yang memabukkan tampak menghiasi raut wajahnya yang begitu sempurna. Alena menghela nafasnya. Ia terkadang kasihan dengan penderitaannya. Alena seperti melihat sifat Edward pada diri Pangeran Abbash. Mengapa Pangeran Abbash harus mencintai dirinya dan mengapa semua tingkahnya malah membuat Alena menjadi terenyuh dan tidak membencinya.     

Ia sempat marah kepada Pangeran Abbash karena membunuh Justin tetapi kemudian dia menjelaskan kalau Justin memang harus dibunuh karena Justin dari semula memang berniat akan mati bersama dirinya jika Alena tidak membalas cintanya. Jadi Ia mengerti mengapa Pangeran Abbash harus membunuh Justin. Tetapi karena kemarin Pangeran Abbash menghipnotisnya, Alena jadi tidak tahu apa – apa tentang keadaan yang sebenarnya.     

Alena menjadi resah sendiri. Dari kemarin juga pikirannya tidak tenang. Alena menghembuskan nafas panjang. Tiba – tiba matanya menatap ke layar tivi yang ada di depannya. Ia lalu memalingkan wajah ke arah Batsnah yang sedang mempersiapkan makanan buat Alena.     

"Aku merasa aneh mengapa Wifi di rumah ini mati dari kemarin dan mengapa handphoneku juga mendadak tidak bisa melakukan panggilan. Apa kalian menyembunyikan sesuatu ? Mengapa suamiku juga tidak memberikan kabar ? Kemudian Cynthia sudah kembali tetapi dia terus berada di kamarnya dan beristirahat. Dia belum kesini menjumpaiku. Apakah Kau merasakan banyak ke anehan ? " Kata Alena sambil menatap tajam ke arah Bastnah.     

Mendadak wajah Bastnah menjadi pucat, tetapi Ia pura – pura menyusun kue – kue basah kesukaan Alena di dalam piring. Tangannya dengan cekatan menyusun kue bola – bola ubi, bakpia dan goreng pisang dengan rapih. Hari ini menu makanan di rumah adalah menu dari Indonesia.     

Alena malah melihat menu makanan yang bukan dari biasanya. Biasanya menu kebanyakan menu Arab yang dimodifikasi dengan India karena memang Menu masakan Azura dipengaruhi oleh dua negara tersebut. Ia jadi semakin curiga padahal Ia tidak meminta menu masakan Indonesia tetapi Bastnah seperti sedang berusaha untuk membuat hatinya menjadi senang.     

Alena semakin insten menatap Bastnah. Bastnah semakin tidak enak hati. Ia sudah bolak – balik diingatkan semua orang agar tutup mulut dengan kejadian yang sebenarnya. Alena sudah mengalami banyak goncangan sehingga biar Nizam yang memberi tahu. Jadi semua harus berusaha mengalihkan perhatian agar Alena tidak bertanya apapun.     

"Yang Mulia, Hamba belum pernah mencicipi makanan seperti ini. Apa ini enak ? " Kata Bastnah sambil menunuk ke arah makanan bakpia. Ia tadi menyuruh koki dari Indonesia yang memang baru datang beberapa hari yang lalu untuk membuat bakpia.     

Alena mengerucutkan bibirnya dan berkata, " Mengapa Kau mengatakan hal bodoh seperti itu. Tinggal ambil saja lalu cicipi " Kata Alena sambil melengos. Fix, Ia sekarang yakin sekali kalau ada yang sedang mereka sembunyikan.     

Bastnah terdiam menyembunyikan kegugupannya. Setelah suasana hening, kemudian Alena berkata,     

"Nyalakan TV !! Aku ingin mengetahui perkembangan kejadian kemarin " Kata Alena sambil memberikan anak – anaknya kepada pengasuhnya karena kelihatannya Axel dan Alexa sudah kenyang.     

"TV-nya rusak dari kemarin " Kata Bastnah sambil menundukkan kepala. Mulutnya yang biasa nyablak kini bagaikan terkunci. Ia sama sekali tidak ingin mengatakan apapun terhadap Alena. Ia tahu persis bagaimana sifat Alena.     

"Mana ada TV di rumah seorang putra mahkota bisa rusak. Kau pikir Aku bodoh ?" Alena mendelik ke arah Bastnah, Ia semakin curiga dengan tingkah laku Bastnah. Sehingga kemudian Ia maju ke depan hendak menyalakan TV. Sistem sensor suara yang bisa menyalakan TV dengan suara tidak menyala. Dan itu membuat Alena semakin curiga. Remote TV entah dimana.     

Dan Bastnah masih mencoba menghalanginya,     

"Yang Mulia.. Agaknya tidak berita yang menarik. Semuanya hanya menceritakan kejadian yang terjadi pada saat Yang Mulia di wisuda " Kata Bastnah sambil menghalangi TV dengan tubuhnya. Alena mengerutkan keningnya.     

"Itulah sebabnya Aku harus menonton TV, Aku harus tahu apa yang telah terjadi " kata Alena sambil menyingkirkan tubuh Bastnah. Dan Bastnah tidak berdaya hingga akhirnya membiarkan Alena menyalakan TV-nya manual.     

Begitu TV menyala maka yang tampil adalah berita tentang suasana pemakaman. Alena lalu memindahkan chanel TV karena merasa tidak penting menonton acara pemakaman. Ia memindahkan chanel lagi. Tetapi lagi – lagi yang muncul adalah acara pemakaman. Alena mengerutkan keningnya. Ia kembali memindahkan chanel TV. Dan la semakin heran hingga berkata,     

"Ada apa dengan acara hari ini? Katanya berita tentang kejadian di tempat wisuda tetapi ini malah berita pemakaman semua. Memangnya siapa yang meninggal ? Sampai di liput oleh semua chanel TV " Kata Alena sambil akhirnya memperhatikan acara itu.     

Bastnah langsung menghampiri Alena lagi dan berkata, " Itulah Yang Mulia sungguh tidak ada acara yang menarik. Hamba akan mematikannya saja " Kata Bastnah sambil kemudian mengulurkan tangan hendak mematikan TV. Alena membiarkan Bastnah melakukannya tetapi baru saja tangan Bastnah menyentuh tombo on/off Alena mencekal pergelangan tangan Bastnah. Matanya terpaku ke arah TV dan telinganya serasa berubah menjadi tegak berdiri.     

Alena melihat seorang reporter TV yang mewanwancari seorang gadis yang tengah memegang bunga dan berurai air mata.     

"Jadi bagaimana pendapatmu dengan kejadian tewasnya Edward pada acara wisuda kemarin ?" Tanya Reporter itu kepada gadis yang tengah sibuk menghapus air matanya.     

Mata Alena melotot dan mulutnya ternganga, tubuhnya gemetar dan tekuknya tiba – tiba terasa dingin. Tangannya semakin kuat mencengkram tangan Bastnah.     

Alena tiba - tiba berteriak histeris, " KALIAN MENYEMBUNYIKAN BERITA INI DARIKU " Suara Alena terdengar menakutkan. Tubuhnya menggigil menahan marah.     

"Apa hak kalian, melakukan ini semua ? " Alena kembali berteriak sebelum kemudian menangis meraung - raung. Para Pelayan langsung panik. Bastnah mencoba memeluk Alena tetapi Alena mendorongnya dengan kuat. Wajah Alena terlihat sangat mengerikan membuat Bastnah yang hampir terjatuh menjadi sangat ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.