CINTA SEORANG PANGERAN

Pertemuan Pangeran Barry dan Alena



Pertemuan Pangeran Barry dan Alena

Dengan langkah gemetar Pangeran Barry mendekati kedua penjaga itu. Kakinya lalu Ia simpan di punggung penjaga yang sedang membungkuk itu lalu Ia bertanya,     

"Berani benar kau berkata omong kosong. Kau sudah tidak sayang nyawamu sendiri ?" Kata Pangeran Barry sambil menekankan kakinya itu membuat si penjaga langsung meringis kesakitan.     

"Berita sepenting ini mana berani hamba membohongi paduka Yang Mulia. Hamba berani bersumpah di luar adalah benar Yang Mulia Putri Alena karena hamba melihat wajahnya yang begitu mirip dengan lukisan yang tergantung di ruangan pribadi Yang Mulia" Kata penjaga itu sambil menahan rasa sakit yang menyerang punggungnya akibat tekanan dari kaki Pangeran Barry.     

Pangeran Barry mengangkat kakinya lalu berkata perlahan, " Persilahkan dia masuk " Kata Pangeran Barry. Mendadak muka Pangeran Barry yang tadi begitu mengerikan berubah menjadi bersemu merah. Wajah garangnya berubah drastis, bahkan Para Jendral melihat betapa pangeran Barry menjadi salah tingkah sendiri. Pangeran Barry lalu duduk di singgasananya dan melirik ke arah pelayan yang sedari tadi berdiri membeku karena ketakutan melihat Pangaren Barry yang marah – marah.     

"Apa penampilanku baik? " Kata Pangeran Barry berbisik kepada pelayan itu membuat si pelayan kaget bukan alang kepalang. Bahkan Ia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan perkataan putra mahkotanya itu.     

"A.. apa maksud Yang Mulia ?" Tanyanya dengan muka pucat. Tetapi Pangeran Barry tidak marah, Ia malah menatap si pelayan dengan lembut dan berkata sekali lagi seakan memohon.     

"Katakanlah kepadaku. Apa Aku cukup tampan saat ini ? Apa pakaianku rapih? Apa rambutku juga rapih ?" Kata Pangeran Barry dengan memelas.     

Hampir copot jantung si pelayan saking kagetnya mendengar perkataan orang yang paling kejam dan sadis yang sebelas dua belas dengan Pangeran Abbash. Orang yang hobinya mengeksekusi mati orang – orang yang tidak memenuhi harapannya. Orang yang selalu berkata keras bahkan terhadap para wanitanya. Kini begitu lembut dan salah tingkah. Mungkin kalau saja tubuhnya tersambar petir Ia tidak akan sekaget sekarang.     

Pelayan itu menatap Pangeran Barry. Pria di depannya ini sesungguhnya sangat tampan. Tubuhnya tinggi proporsional dengan berat badannya. Kulitnya seputih salju dan matanya tajam bersinar. Bibirnya juga kemerahan tetapi garis wajahnya begitu keras dan rahangnya begitu kokoh. Bulu matanya tajam dengan alis yang hampir bertaut. Wajah Pangeran Barry terkesan dingin dan beku. Ia mirip dengan Nizam saat belum bertemu dengan Alena.     

"Ya... Yang Mulia selalu kelihatan tampan dan rapih. "Kata si pelayan dengan perkataan yang sebenarnya.     

"Benarkah ? Apakah kau berkata yang sebenarnya " Kata Pangeran Barry mendadak gelisah. Matanya lalu berputar mencari kaca cermin. Tetapi begitu matanya beralih pandangan ke depan, Ia melihat para jendral, penjaga dan para asistennya yang sedang duduk terpaku menatap ke arahnya seakan mereka sedang melihat sesuatu yang sulit dipahami secara akal sehat. Mereka seakan melihat pesawat UFO mendarat di hadapan mereka berikut dengan para aliennya.     

Melihat semua mata memandangnya dengan bego, Pangeran Barry jadi naik darah kembali,     

"Mengapa Kalian semua masih ada disini? Cepat bubar semua !! Jangan kau munculkan wajah – wajah yang menyebalkan itu di hadapan Putri Alena !! " Kata Pangeran Barry dengan wajah murka.     

Para anak buah pangeran Barry langsung berdiri, tetapi seorang Jendral berkata,     

"Yang Mulia, nanti akan ditemani oleh siapa ? " Kata Jendral itu sedikit cemas kalau – kalau Alena akan membahayakan Pangeran Barry. Mendengar pertanyaan dari jendralnya, Pangeran Barry malah menatap dengan kesal.     

"Apa maksudmu ditemani ? Aku tidak usah ditemani siapapun. Cepat keluar semua !! Jangan merusak moodku yang sedang baik ini. " Kata Pangeran Barry sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Jendral yang berbicara tadi. Mendengar Pangeran Barry yang terlihat sangat serius akhirnya mereka segera membungkukkan badannya memberikan hormat lalu pergi keluar satu persatu dengan tertib.     

Sementara itu dua orang pelayan tetap tinggal untuk melayani Pangeran Barry. Pangeran Barry duduk dengan gelisah menunggu kedatangan Alena. Mukanya sudah terasa sangat panas dan dadanya berdebar – debar tidak karuan. Seumur hidupnya Ia tidak pernah merasakan perasaan ini. Ia tidak pernah jatuh cinta karena setiap Ia menginginkan wanita Ia hanya tinggal menunjukkan jari maka wanita itu akan langsung berada di tempat tidurnya suka ataupun tidak.     

Hampir setiap malam Ia tidur dengan wanita yang berbeda, tidak terhitung para gadis yang Ia ambil kesuciannya dan para wanita itu lalu berakhir dengan menjadi selirnya. Dan entah kapan para selir itu akan mendapat giliran kembali untuk dapat melayani Pangeran Barry yang memang memiliki banyak wanita di haremnya. Ada empat istrinya yang resmi termasuk Putri Raya sebagai satu – satunya calon ratu yang paling kuat. Tetapi hal itu tidak pernah terjadi karena penobatan Putri Raya sebagai Putri Mahkota selalu di tolak oleh Pangeran Barry.     

Pangeran Barry lalu berdiri dan berjalan mondar – mandir di depan singgasananya sambil berpikir keras. Apa yang harus dikatakan untuk pertama kalinya. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Alena. Selama ini Ia hanya melihat melalui foto, video atau tayangan televisi. Ia tidak pernah bertemu dengan Alena secara langsung.     

Pangeran Barry lalu mencubit tangannya sendiri seperti anak kecil. Ia lalu tersenyum merasakan kesakitan saat Ia mencubitnya. Pangeran Barry bahagia berarti ini bukan mimpi. Ini seperti khayalan yang jadi nyata. Akhirnya.. Akhirnya Ia bertemu juga dengan putri pujaannya. Siang malam Ia bermimpi ingin bertemu Alena. Akhirnya hari ini impiannya akan menjadi nyata. Pangeran Barry sangat gemetar, lututnya menjadi lemas apalagi kemudian Ia mendengar pintu di ketuk dari luar.     

"M.. ma... masuk !!" Kata Pangeran Barry dengan suara tidak beraturan. Ia lalu melirik ke arah pelayannya dan berkata dengan memelas.     

"Aku ketakutan.. Aku gemetar.. Aku seperti mau pingsan " Kata Pangeran Barry kepada pelayannya itu. Seorang pelayan itu lalu memberikan segelas air madu kepada Pangeran Barry.     

"Minumlah Yang Mulia.. untuk menenangkan Yang Mulia. Badan Yang Mulia gemetar dan berkeringat. Kalau Yang Mulia seperti ini bagaimana Yang Mulia nanti bisa berbicara dengan Yang Mulia Putri Alena " Kata pelayan itu sambil meminumkan air itu yang langsung di minumnya sampai tandas.     

Ketika pintu di buka dan lalu masuklan seorang penjaga diikuti seorang wanita yang berjalan dengan tegak. Pangeran Barry ternganga melihat Alena yang mengenakan celana jeans dan blusnya. Rambutnya tergerai indah di punggungnya. Wajahnya yang selalu Ia impikan itu kini terpampang nyata di depannya. Mata yang bulat bersinar cerah, bibir yang seksi dan begitu menawan. Hidung yang bangir dan kulit yang putih kecoklatan seperti susu coklat. Dan badan yang mungil tetapi sangat menggairahkan bagi para pria yang memandangnya.     

Sesaat Alena dan Pangeran Barry saling berpandangan mata saling menaksir keadaan masing – masing.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.