CINTA SEORANG PANGERAN

Pertolongan Pangeran Abbash



Pertolongan Pangeran Abbash

Tetapi Alena kemudian mendengar suara berbisik ditelinganya, " Bergeser kesamping Putri, sekarang !! Cepat !! "     

Suara itu terdengar jelas di telinga Alena sehingga Alena kemudian menggeser tubuhnya ke samping. Tangan Pangeran Barry jadi mengenai tempat kosong.     

Alena terkejut dan Ia tambah terkejut ketika Pangeran Barry menatapnya dengan penuh hasrat. Tiba – tiba tangan Alena sedikit gemetar ketika tanpa bisa dikendalikan tangan Alena masuk ke dalam tasnya dan kemudian Ia mengeluarkan pisau buah yang Ia bawa tadi.     

Alena lalu menghujamkan pisau itu sekuat tenaga ke dada Pangeran Barry. Pangeran Barry sangat terkejut melihat gerakan Alena yang sangat cepat. Ia tidak mengira kalau Alena bisa melakukan gerakan secepat itu. Pangeran Barry mencoba menghindar tetapi Ia kalah cepat pisau kecil itu langsung menghujam dadanya. Darah seketika tersembur dari luka di dada Pangeran Barry. Alena terbelalak. Tetapi lagi – lagi Alena menggerakan tubuhnya di luar kendalinya. Alena mmbalikkan tubuhnya lalu Ia berlari sekuat tenaga menerjang pintu.     

Para Pelayan menjerti melihat tubuh Pangeran Barry roboh dengan dada berlumurang darah. Pangeran Barry mengerang sambil menarik pisau yang menancap di dadanya. Ia beruntung pisau yang dibawa Alena pisau buah yang kecil sehingga pisau itu tidak melukai organ dalamnya. Hanya darah saja yang berhamburan.     

Pangeran Barry mengerang sambil melihat Alena berlari. Ia sangat geram menatap Alena yang semakin lama semakin jauh dan Ia tidak bisa berteriak untuk memanggil penjaga karena rasa sakit di dadanya membuat Pangeran Barry sulit untuk berteriak. Pangeran Barry tidak marah karena Alena menghujamnya dengan pisau. Ia marah karena Alena lepas dari tangannya disaat Ia sudah sangat menginginkan Alena.     

Para penjaga sangat terkejut melihat pintu dibuka dari dalam dan Ia melihat Alena yang berlari. Dalam kepanikan Ia langsung mengeluarkan senjatanya tetapi Pangeran Barry kali ini berteriak walaupun Ia sangat kesakitan.     

"Jangan bunuh Ia. Jangan kau lukai, tangkap dia dengan lemah lembut" Kata Pangeran Barry sambil berlutut Ia menekan beberapa titik akupuntur untuk menghentikan pendarahan.     

Mendenger teriakan Pangeran Barry, penjaga itu menyimpan kembali senjatanya. Ia lalu berusaha memegang tangan Alena. Dan ketika tangan itu terpegang, penjaga itu terperangah karena Alena tiba – tiba balik mencekal tangannya lalu dengan kekuatan penuh Ia membanting si penjaga itu hingga terdengar beberapa tulang yang patah.     

Jangankan si penjaga, Pangeran Barry sendiri sampai ternganga melihat tingkah Alena. Penjaga yang satunya lagi melihat temannya langsung jatuh Ia meloncat hendak menghalangi Alena yang terus berlari. Tapi baru saja badannya ada di depan Alena. Kaki Alena sudah meluncur menendang selangkangannya membuat Ia langsung berteriak kesakitan dan ambruk seketika.     

Alena berlari terus menuju pintu keluar. Gerakannya sangat cepat dan gesit seakan – akan Ia sudah tahu seluk beluk rumah ini. Arah langkah Alena seperti sengaja menuju jalan darurat sehingga lolos dari beberapa penjaga lainnya.     

Alena sangat tidak mengerti mengapa Ia seperti dipandu untuk melangkah. Kakinya bergerak sangat lincah menuruni tangga demi tangga. Dan setelah beberapa lama Ia sudah dapat keluar dari pintu darurat. Pintu itu terkucin dari dalam menggunkan selot. Sehingga dengan mudah Alena menarik selotnya dan ketika Ia keluar ternyata Ia sudah ada diluar hotel. Agaknya tadi jalan yang Alena lalui adalah jalan bawah tanah.     

Alena celingukan melihat situasi ketika sebuah mobil tiba – tiba menghampirnya dan pintu mobil langsung terbuka. Alena tertegun menyelediki itu mobil siapa. Alena kemudian mendengar suara,     

"Yang Mulai cepatlah naik..!! Ini hamba, Amar " Kata orang itu. Alena mengenali suara Amar sehingga tanpa ragu Ia segera naik kedalam mobilnya dan mobil segera meluncur dengan kecepatan tinggi meninggalkan hotel the Barries.     

Alena menarik nafas lega, dengan gemetar Ia berkata, " Terima kasih Amar, Kau sudah menyelamatkan Aku. Tetapi dari mana Kau tahu, Aku ada disini"Kata Alena sambil menata deburan jantungnya.     

Amar belum menjawab pertanyaan Alena, Ia masih tidak percaya bahwa apa yang dikatakan oleh Pangeran Ababsh terjadi.     

Flash Back     

Amar diperintahkan oleh Nizam untuk menjaga Pangeran Abbash. Pangeran Abbash terluka tembakan oleh Nizam sehingga Ia harus menjalani operasi. Ia terluka cukup parah karena luka kemarin juga belum sepenuhnya sembuh.     

Di mobil Amar memangku Pangeran Abbash yang tidak sempat dibawa oleh mobil ambulan. Ia mendengar Pangeran Abbash yang meracau,     

"Amar..jangan bawa aku ke rumah sakit. Tolonglah.. Aku ingin mati. Aku tidak mau hidup lagi. Ini terlalu menyakitkan " Kata Pangeran Abbash sambil mencekal tangan Amar. Amar malah mengusap rambut Pangeran Abbash dengan lembut.     

"Kau ini laki – laki, jangan jadi lembek. Banyak wanita diluar sana, kau tidak harus menginginkan Putri Alena" Kata Amar sambil menyuruh sopir agar menjalankan kendaraannya dengan cepat.     

"Tetapi Aku hanya menginginkan Putri Alena " Kata Pangeran Abbash dengan mata yang muram     

"Huss !! Jangan bicara sembarangan. Kau hanya belum bertemu dengan wanita yang tepat " Kata Pangeran Abbash sambil terus menekan luka di tubuh Pangeran Abbash oleh tangannya.     

"Lagipula kalau kau mati siapa yang akan menjadi pemimpin kerajaan Zamron " Kata Amar sambil tersenyum melihat wajah Pangeran Abbash yang begitu tampan itu tampak sangat lesu dan tidak ada gairah. Selain kehilangan banyak darah Ia juga kehilangan semangat karena perlakuan Nizam yang sengaja bermesraan dengan Alena di depannya.     

"Ada kakakku " Kata Pangeran Abbash.     

"Kakakmu yang kejam itu sebentar lagi pasti mati. Menurutku kau harus tetapi hidup untuk menjadi pengganti kakakmu "     

Pangeran Abbash hanya menggelengkan kepalanya dan kemudian jatuh pingsan.     

Amar menunggui Pangeran Abbash yang menjalani operasi pengangkatan proyektil peluru. Dan Ia juga yang selalu ada disamping Pangeran Abbash selama di operasi. Dan ketika Pangeran Abbash siuman Ia berkata kepada Amar,     

"kau pergillah ke hotel Tha Barries sekarang juga " Kata Pangeran Abbash. Amar tentu saja heran mendengarnya.     

"Mengapa Aku harus kesana ? Memangnya ada apa ? "     

"Kau harus menjemput Putri Alena. Dia tadi pergi ke sana. Dia menemui Kakakku. Untung saja ketika Aku akan di bius Aku sudah mengeluarkan sukmaku dan mengikuti Putri Alena "     

"Mengapa Kau bisa masuk ke dalam rumah Yang Mulia Nizam, Bukankah istriku sudah menyelebungi rumah kami ilmu ghaib sehingga tidak bisa disusupi oleh sukma orang lain " Kata Amar terkejut. Setahunya Zarina sudah melakukan proteksi terhadap rumah Nizam sehingga pangeran Abbash tidak mungkin menyusup masuk lagi.     

" Dia keluar dari rumah. Dia mau meminta konfirmasi ke kakakku. Dan itu sangat berbahaya. Aku akan membantunya melawan kakakku. Kau cepat berjaga di dekat dinding pagar sebelah utara dekat pohon apel. Ada jalan keluar yang tembus di dekat pohon apel itu. Dan Putri Alena akan menunggu di sana. Cepatlah sebelum semuanya terlambat "     

"Oh.. Shit !! " Amar langsung meloncat dan berjalan keluar kamar melakukan yang Pangeran Abbash katakan. Tadinya Ia tidak mempercayai apapun yang Pangeran Abbash katakan. Karena ini seperti sebuah lelucon. Bagaimana bisa Alena keluar dari rumah yang begitu ketat penjagaanya. Amar mengira kalau Pangeran Abbash berhalusinasi tetapi ketika Ia sudah sampai ditempat yang dituju. Amar benar – benar kaget melihat Alena sedang berdiri kebingungan.     

Flash BackSelesai     

Melihat Amar yang terdiam kemudian Alena berkata lagi, " Dari mana Kau tahu kalau Aku ada disini ?" Kata Alena      

"Hamba disuruh oleh Pangeran Abbash " Kata Amar sambil menoleh kepada Alena. Alena terdiam, Ia mulai sadar kalau Ia berhasil melarikan diri karena di tolong oleh Pangeran Abbash.     

"Memangnya dimana Dia ? Bukankah dia terluka begitu parah" Kata Alena.     

"Dia ada di rumah sakit khusus " kata Amar. Alena kemudian terdiam seperti sedang berpikir keras. Lalu Ia berkata kepada Amar.     

"Bawa Aku ke tempat Pangeran Abbash sekarang" Kata Alena     

Amar sangat terkejut, "Yang Mulia hamba mohon, ini sudah sangat berbahaya, Nyawa hamba serasa terbang melihat Yang mulia sampai berani menyusup ke tempat Pangeran Barry. Sebaiknya Yang Mulia, hamba antar kembali ke rumah"     

Alena menggelengkan kepalanya dengan kuat,     

"Tidak ! Aku harus bicara dengan Pangeran Abbash. "     

"Kalau Yang Mulia ingin berterima kasih atas pertolongan Pangeran Abbash sebaiknya nanti saja bersama Yang Mulia Nizam"     

"Aku bukan ingin berterima kasih, tetapi Aku ada hal yang sangat penting untuk dibicarakan dengannya" Kata Alena bersikeras. Amar akhirnya tidak berani menolak lagi setelah melihat mata Alena yang menyalang tajam. Ia lalu mengarahkan kendaraannya ke rumah sakit tempat Pangeran Abbash di rawat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.