CINTA SEORANG PANGERAN

Maafkan Aku, Cynthia



Maafkan Aku, Cynthia

Alena merasakan perih pada pipinya. Tapi bukan rasa sakit dipipi yang membuat Ia melelehkan air mata. Melihat betapa marahnya Cynthia kepada dirinya membuat Ia menjadi sangat sedih sehingga kemudian Ia menundukkan kepalanya.     

Melihat Alena menundukkan kepalanya, Cynthia memegang dagunya dan mau menampar lagi tetapi tangannya dari belakang ada yang menahannya.     

"Cukup Cynthia !! Kau tahu siapa Kakak Putri ? Dia adalah calon ratu kami. Tidak akan kubiarkan siapapun menyakitinya " Pangeran Thalal menghempaskan tangan istrinya dengan marah.     

"Tapi dia sudah bertindak keterlaluan. Kau tahu dia dari mana tadi ? Dari Kediaman Pangeran Barry. Kau tahu bagaimana Pangeran Barry itu ? Dia seribu kali lebih busuk dari adiknya." Kata Cynthia dengan kesal. Ia berupaya melepaskan cekalan tangan suaminya.     

"Cynthia.. apapun yang Kakak Putri lakukan. Kita tidak berhak menghukumnya. Biarlah kakak Nizam nanti yang akan memutuskan" Kata Pangeran Thalal mencoba melemahkan hati istrinya. Tetapi bukannya melemah, Cynthia malah semakin bernafsu. Mukanya merah dengan mata yang menyala tajam.     

"Kau tahu ? Kali ini apapun yang dilakukan Alena, kakakmu itu tidak akan bertindak keras karena kejadian yang kemarin. Aku memarahi Nizam habis – habisan karena mencambuk Alena. Nizam sangat menyesal dan berjanji tidak akan bertindak keras lagi. Tetapi nyatanya Alena sendiri tidak kapok – kapok " Kata Cynthia dengan bengis membuat Alena semakin terdiam dan tanpa disadari air matanya mengalir semakin deras. Tapi Alena menahan isak tangisnya sekuat tenaga Ia tidak ingin tangisannya membuat Cynthia semakin marah     

Dibelakang Alena berdiri Amar yang menatap Cynthia dengan tegang. Ia menjadi serba salah, mau menolong Alena takut kena semprot Cynthia yang sedang sangat emosi. Mau membiarkan, Amar malah takut Cynthia kalap dan semakin memukuli Alena.     

Cynthia lalu memegang bahu Alena dan mengguncang – guncangkannya sekuat tenaga,     

"Kau tahu darimana Aku, suamimu dan Arani semalam ? " Cynthia memandang Alena dengan tajam. Alena menggelengkan kepalanya sambil menundukkan kepalanya.     

"Kami dari kediaman Pangeran Barry. Aku diculik oleh anak buahnya dan suamimu itu bersama Arani berusaha membebaskanku. Dan Kami hampir mati karena itu. Pangeran Gila itu membungkus tubuhku dengan bom lalu menyuruh kami pergi menggunakan mobil yang dipasangi bom juga. Dan Arani... Arani.. yang malang.. Dia terluka karena menyelamatkan Aku. Dia hampir mati karena Aku.. Hu..hu..u.. Kami beruntung dapat keluar dari tempat neraka itu.     

Tetapi Kau Alena.. malah masuk ke sana. Kau tahu bagaimana Aku sangat ketakutan tadi. Aku hampir mati karena memikirkanmu.. Teganya Kau membuat kami ketakutan. Rasa takut ini melebihi ketakutan saat aku terperangkap sendiri di tempat kediaman Pangeran Barry" Cynthia menangis meraung – raung meluapkan perasaan karena sangat tegang memikirkan Alena. Alena memegang tangan Cynthia dan Cynthia malah ambruk pingsan. Sehingga Pangeran Thalal langsung bergerak cepat dan menggendongnya.     

"Cynthia.. Cynthia.. maafkan Aku" Kata Alena sambil berlari mengikuti Pangeran Thalal yang masuk ke dalam membawa istrinya. Ia lalu membaringkan tubuh Cynthia yang lemas di sofa. Alena sibuk menggosok – gosok telapak tangannya. Sementara itu Pangeran Thalal segera meminta segelas air putih.     

Seorang pelayan segera memberikan segelas air putih dan Pangeran Thalal tampak berdoa sebelum meminumkan air putih itu ke mulut istrinya yang mulai tersadar dan meracau.     

"Alena.. jangan pergi.. Alena ... hati – hati... Alena, Alena jangan membuat Aku ketakutan " Cynthia terus mengguman. Semenjak Ia tahu Alena melarikan diri dan pergi ke tempat kediaman pangeran Barry, Cynthia sangat terguncang sehingga kalau saja tidak ditahan oleh Pangeran Thalal, Cynthia akan pergi menyusul Alena. Pangeran Thalal juga tidak bisa pergi menyusul Alena karena Ia diserahi tanggung jawab menjaga para bayi.     

Jadilah Cynthia dari tadi bengong sambil komat – kamit berdoa memohon keselamatan Alena. Saking tegangnya Cynthia sampai merasa seperti duduk diatas hamparan mawar berduri. Berdiri di atas tumpukan pecahan kaca. Kerjanya hanya duduk lalu bangun berjalan bolak – balik di teras rumah sambil menatap ke pintu gerbang berharap Alena akan datang.     

Dan ketika benar, Alena datang maka emosi Cynthia yang sedari tadi di tahannya meledak keluar. Melihat Alena selamat, perasaan Cynthia menjadi campur aduk antara marah dan bahagia. Tetapi saking emosinya maka kemarahannya mengalahkan kebahagiannya hingga terjadilan penamparan itu.     

Alena sendiri tidak marah, Ia hanya sedih karena sudah menimbulkan kemarahan kepada Cynthia. Lagi pula Ia memang pantas di tampar karena kesalahannya. Alena menatap Cynthia yang meracau.     

"Cynthia sangat cemas memikirkan kakak Putri, bahkan Atha menangispun tidak Ia hiraukan. Ia berjam – jam berdiri di depan rumah menunggu kedatanganmu. Airmatanya terus mengalir saking takutnya. Ia sudah kehilangan Edward dan itu juga memberi pukulan yang hebat pada mentalnya. Cynthia juga menyebabkan Arani terluka dan ketika Ia sedang kebingungan seperti itu, Dia tiba – tiba mendengar kau tidak ada pergi ke tempat kediaman.     

Cynthia sangat panik dan ketakutan. Ia seperti orang gila berjalan mondar – mandir bolak – balik hampir dua jam. Jadi maafkanlah Dia karena sudah menampar Kakak Putri" kata Pangeran Thalal menjelaskan kepada Alena.     

Alena menundukkan kepalanya dengan perasaan sangat menyesal,     

"Tidak.. Aku tidak marah karena Ia menamparku. Aku memang layak di tampar. Aku sangat emosi mendengar Edward meninggal sehingga Aku tidak sadar ketika Aku mengatakan pada diri sendiri kalau Aku harus membalas kematiannya. Aku sangat sedih dan terguncang. " kata Alena sambil menangis. Air matanya meleleh membasahi pipi Cynthia. Cynthia membuka matanya dan Ia lalu menatap Alena yang sedang menangis di depannya.     

Cynthia lalu bangun dan memeluk Alena dengan kuat sambil menangis. Akhirnya Alena dan Cynthia menangis berpelukan membuat Pangeran Thalal memalingkan muka untuk menyembunyikan tetesan air mata yang hampir meleleh dari sudut matanya.     

"Edward begitu cepat meninggalkan kita. Mengapa Dia harus mati ? Dia adalah orang yang baik" Kata Cynthia sambil memeluk Alena.     

"Edwardku.. mengapa Ia harus mati di saat istrinya akan melahirkan. Bagaimana bisa Aku menanggung beban seberat ini. Aku tidak percaya dia sudah mati.." Alena balas memeluk Cynthia sambil menangis tersedu – sedu.     

"Dia sangat baik. Dia selalu ada kapanpun kita membutuhkannya. Bahkan Ia tidak pernah memaksakan cintanya kepadamu. Ia selalu sopan dan selalu menjaga dirimu dengan baik. Ia juga terkadang membantuku jika aku kesulitan keuangan bahkan dia memberikan beasiswa dari ayahnya untukku" Kata Cynthia sambil ikut tersedu – sedu.     

"Aku yang menyebabkan kematiannya. Edward yang malang.." Kata Alena sambil menghapus air matanya.     

"Maafkan Aku Alena, Aku sudah menamparmu " kata Cynthia sambil memegang pipi Alena yang memerah. Alena menggelengkan kepalanya.     

      

" Tidak.. Aku tidak apa – apa. Tidak ada yang perlu dimaafkan. Aku yang harusnya meminta maaf kepadamu karena sudah membuatmu cemas " Kata Alena sambil memegang tangan Cynthia yang menempel di pipinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.