CINTA SEORANG PANGERAN

Dendam Istri Yang Tersakiti



Dendam Istri Yang Tersakiti

Wajah Lila menjadi beringas mendengar kata – kata Nizam.     

"Kau jangan menyeramahiku tentang kekejaman. Tindakannnya sangat kejam kepada suamiku jadi sebaiknya Kau tidak perlu turut campur tentang apa yang akan kulakukan "     

"Dia sangat berbahaya Lila. Kau tidak tahu siapa Pangeran Barry. Ingat jangan pernah membiarkan seekor Anjing yang sudah terjerat untuk lepas karena nanti dia akan jauh lebih berbahaya. Aku harus membunuhnya malam ini sebelum dia melakukan kejahatan yang lebih besar lagi" Kata Nizam bersikeras.     

" TIDAK !! Dia harus mati di tanganku dan tidak ditanganmu. Aku yang kehilangan suamiku dan bukan kau. Kau tidak akan pernah tahu penderitaanku ini. Jadi kalau kau bersikeras hendak membalas dendam kepadanya. Kau potong saja tangan kanannya. " Kata Lila dengan santai seakan – akan Ia sedang membicarakan tutorial kecantikan bersama teman wanitanya. Mengapa wajah yang begitu cantik dan lembut menjadi begitu kejam.      

Kematian suaminya telah merubah Lila yang lembut dan baik hati bagaikan putri salju menjadi kejam bahkan lebih kejam dari Ratu sihir, ibu tirinya putri salju. Mata Lila yang sayu kini menyala bagai ingin membakar hangus semua orang.     

Nizam mengusap tekuknya sendiri yang terasa dingin. Ia kebingungan dengan permintaan Lila. Ia jadi seperti diminta melepaskan singa ke tengah kerumunan manusia.     

"Kau bermain – main dengan api Lila. Aku takut api itu malah akan membakarmu nanti " Nizam masih berusaha membujuk. Ia jadi menyesal telah menjanjikan sesuatu kepada Lila. Tetapi kata – kata tidak bisa ditarik lagi. Ia harus menghormati janjinya sendiri. Lagipula memang alasan Lila untuk membuat Pangeran Barry menderita sebelum mati adalah hal yang wajah sebenarnya. Tetapi setahu dirinya Lila tidak memiliki kekuatan apapun untuk melakukan aksinya. Apalagi sampai melawan pangeran Barry yang begitu pintar dan licik.     

Nizam berpikir keras untuk mencari solusinya walaupun Ia masih mencoba membujuk Lila, sehingga kemudian Nizam berkata kepada Lila,     

"Lila kau tahu, aku akan segera pulang ke Azura. Keadaan kerajaanku sudah sangat mengkhawatirkan. Aku tidak bisa membantumu melawan Pangeran Barry di sini. Perlu kau ketahui. Dia adalah salah satu musuhku yang sangat tangguh. Ia sangat pintar dan licik. Sangat mustahil untuk bisa melawannya seorang diri. Kau butuh sekutu untuk melawannya." Nizam masih membujuk Lila untuk membiarkannya membunuh Pangeran Barry malam ini. Tangannya sudah gatal ingin membunuhnya.     

"Aku tahu itu tapi Aku tidak perduli. Aku harus bisa. Aku adalah seorang Sarjana Hukum dan Aku akan mencari strategi untuk itu. Bila perlu Aku akan mengorbankan diriku sendiri" Kata Lila sambil tersenyum.     

"Kau jangan berkata yang aneh - aneh. Anakmu nanti akan dengan siapa ? Ingat Kau sekarang tidak sendiri" Kata Nizam.     

"Dendam ini harus Aku tunaikan. Aku tidak akan hidup tenang sampai Aku melihat Pangeran keparat itu menderita " Kata Lila dengan wajah begitu serius. Nizam jadi berandai - andai kalau seandainya Dia yang mati dan bukannya Edward. Apakah Alena akan bertindak seperti Lila membalas dendam atau malah akan pasrah dan menikah dengan Pangeran Barry. Dan hidup bahagia selamanya.     

Nizam menghembuskan nafas panjang lalu melihat kesungguhan di wajah Lila saat mengucapkan kata – kata itu sehingga kemudian Ia berkata dengan perlahan.     

" Dalam seminggu ini, Aku akan segera pulang ke Azura. Aku akan meninggalkan rumah dan perusahaanku. Aku memiliki tangan kanan di sini yang sangat kuandalkan untuk mengelola Seluruh Asset ku disini. Lila, kau boleh tinggal di rumahku sesuka hatimu.     

Dan Kau akan kutunjuk menjadi wakil perusahaanku di Amerika. Aku akan berkata pada Mr. Arescha agar dia dapat membantumu melakukan apa saja. Memiliki Mr. Arescha disisimu maka Kau sekaligus akan memiliki sejumlah anak buah yang akan membantumu. Tetapi selalu berhati – hati karena sekali lagi Pangeran Barry sangat licik.      

Besok Kau bisa datang ke hotelku, sekalian Aku juga mau kesana untuk membereskan segala sesuatunya sebelum Aku pulang ke Azura. Dan kalau kau butuh seseorang untuk menjaga anakmu kelak. Kami siap membantumu. " Kata Nizam akhirnya. Walaupun Ia sangat berat hati mengikuti keinginan Lila tetapi Ia tetap harus konsekwen dengan perkataannya.      

"Terima kasih Yang Mulia. Aku tahu kalau Anda sangat bisa diandalkan " Kata Lila sambil memberikan hormatnya.     

Sesaat suasanan sangat hening. Nizam lalu melihat ke arah kumpulan para penjaga yang berdiri agak jauh dari Lila. Ia juga melihat Mr Anderson masih menunggu Lila dengan setia. Wajahnya begitu murung dan berulang kali menghela nafas.     

Mr. Anderson terlihat sangat terpukul dengan kematian anak semata wayangnya. Sesekali Dia melihat ke arah Lila dan Nizam yang sedang mengobrol. Tampak ada kekhawatiran kalau - kalau ada suatu kejadian yang tidak diinginkan.      

"Mertuamu itu terlihat baik.. " Kata Nizam sambil menatap Mr. Anderson yang sekarang tampak sedang duduk sambil menundukkan kepalanya.      

Lila mengangkat bahunya. "Aku tahu, tetapi apa yang nampak di permukaan kadang tidak sama dengan apa yang ada didalamnya " Lila malah menjawab aneh. Membuat Nizam mengerutkan keningnya     

"Apa maksudmu ?" Tanya Nizam tidak mengerti. Lila malah tersenyum sinis.     

"Dia hanya perduli dengan anaknya. Dia sangat membencimu karena Dia menganggap penderitaan anaknya karena Yang Mulia. Yang Mulia sudah memberikan kesedihan yang mendalam bagi anak yang sangat Ia cintai. Itulah sebabnya dia membantu Pangeran Barry untuk membunuh Yang Mulia.     

Tetapi Tuhan sudah membalas kejahatannya. Pangeran Barry malah membunuh anaknya sendiri. Dan Apakah Yang Mulia tahu kalau Aku sekarang memiliki firasat bahwa Ia juga sedang membenciku. Aku dianggapnya tidak dapat memberikan cinta yang dibutuhkan anaknya.     

Ia terlihat sangat mengkhawatirkan Aku karena Aku sedang mengandung cucunya. Tetapi aku sangat yakin begitu anak ini lahir kemungkinan Aku akan disingkirkan dari sisi mereka selamanya " Kata Lila dengan tatapan kosong.     

Nizam tercekat mendengar perkataan Lila. Ternyata nasib Lila memang teramat malang. Ia tidak memiliki ayah, Ia hidup miskin, Ia memiliki suami yang tidak mencintainya lalu kemudian meninggalkan dirinya dan anak yang belum dilahirkan sekarang Ia juga mengetahui kalau mertuanya juga tidak menginginkannya. Dan luar biasanya nalar Lila masih jalan dengan tidak membenci Nizam dan Alena walaupun Nizam masih tetap waspada. Ia tidak mempercayai siapapun kecuali keluarga inti dan para penjaga pribadinya.     

Perkataan Lila juga mengingatkan Nizam pada Ayah Andre dulu. Walaupun akhirnya Ayah Andre sadar tetapi kejadiannya hampir sama.     

"Pergillah sekarang. Yang Mulia tidak usah mengasihani Aku. Aku sudah cukup menderita dengan peristiwa ini. Aku akan merenungi peristiwa ini sambil menunggu kelahiranku. Mengenai tawaranmu Aku sangat berterima kasih. Dan Aku siap menerimanya. Besok Aku akan pergi ke hotelmu. Kau tidak usah khawatir, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk melakukan yang terbaik"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.