CINTA SEORANG PANGERAN

Kau Harus Menghabisinya Sendiri



Kau Harus Menghabisinya Sendiri

Chief Jeremy memandang sahabatnya dengan tenang. Ia lalu menyimpan tangan kanannya di bahu Nizam.     

"Kau tahu benar apa yang harus kau lakukan. Ketika kau sulit mengeksekusi secara hukum maka kau dapat mengekesekusinya dengan caramu sendiri. Kau harus menghabisinya sendiri. Orang seperti itu tidak akan selesai kalau hanya mendapat kurungan penjara itupun kalau Dia bisa dipenjara. Orang seperti itulah sebenarnya sampah masyarakat. Dia menyembunyikan kejahatannya di balik mulianya kedudukan yang Ia miliki. " Kata Chief Jeremy tersenyum dengan penuh kelicikan.     

Nizam melebarkan matanya dan dengan perlahan Ia memalingkan wajahnya kepada Chief Jeremy.     

"Maksudmu.. Aku harus membunuhnya dengan tanganku sendiri " Kata Nizam.     

"Kau tahu apa maksudku. Jangan tunggu sampai Ia pulang ke negaranya. Kau eksekusi selama dia ada di sini. Ingat, seandainya kau tertangkap kau masih bisa memiliki peluang untuk bebas.     

Dan jika dia mati di sini Kau bisa beralibi dengan leluasa. Untuk sekali ini Aku tidak akan bersikap lurus. Karena orang yang kita hadapi adalah setan berwujud manusia. Aku akan berada dibalik alibimu. Aku akan pertaruhkan jabatanku untukmu" Chief Jeremy berkata sambil melemaskan otot – otot lehernya yang tegang.     

"Ia sudah membunuh banyak orang, tetapi kekuasaanku tidak dapat menyentuhnya. Ia juga sudah membunuh penyanyi kebanggan kami. Walaupun Aku tidak terlalu menyukai ayahnya. Negaraku akan merasa terhormat jika Ia mati di tanah ini" Kata Chief Jeremy.     

Nizam menyeringai seperti penjahat kambuhan yang berhasil melarikan diri.     

"Aku mengerti apa yang telah kau bicarakan" Kata Nizam     

" Nanti malam akan ada konfrensi pers yang akan dilakukan oleh Pangeran Barry tentang peristiwa ini. Ia akan menyatakan alibi yang membuatnya tidak bersalah. Aku akan berikan rute jalan dan tempatnya.     

Karena Aku yang memilih tempat konfrensi persnya. Pastikan Ia tidak pernah menghadiri konfrensi pers itu. Dan kau harus buat Ia mengakui semua kejahatannya termasuk kejahatan Senator Anderson sebelum kau menghabisinya " Kata Chief Jeremy sambil meneguk air putih yang masih di pegangnya.     

"Aku tidak tahu harus berkata apa untuk membalas kebaikanmu? " Kata Nizam dengan pandangan penuh rasa terima kasih.     

"Aku tidak butuh ucapan terima kasihmu. Aku hanya perlu kau membawa berita kematiannya kepadaku. Dia mencoreng nama baikku dengan membuat kerusuhan di universitasmu. Kau tahu sebentar lagi Aku akan dipanggil oleh atasanku untuk mempertanyakan mengapa di bawah kepemimpinanku, Kota ini sampai kecolongan oleh aksi mengerikan seperti ini" Kata Chief Jeremy kepada Nizam.     

Mata Chief Jeremy erkilat – kilat dengan dada penuh dengan amarah.     

"Oh..ya sebaiknya kau tidak membawa pengawalmu untuk meminimalkan hambatan dan barang bukti serta saksi. Kau cukup menangani si Pangeran bedebah itu. Sedangkan pengawalnya akan diurus oleh anak buahku" Kata Chief Jeremy lagi.     

"Tetapi Aku tidak ingin melibatkanmu dalam permasalahanku. Aku tidak memerlukan bantuanmu sampai sejauh itu. Cukup Kau berikan rutenya saja "     

"Ah.. tentu saja tidak. Kau tahu, Ia tidak akan pergi tanpa iring – iringan para pengawal. Ia bukan orang yang bernyali besar untuk bisa muncul ke permukaan tanpa pengawalan yang cukup.     

Bukankah kau tahu kalau Ia selama ini selalu berlindung di belakang adiknya untuk melancarkan aksinya. Bahkan untuk kejahatannya kali ini , Ia menjebak Senator Anderson dan dia-nya sendiri terbebas dari segala tuduhan" Kata Chief Jeremy dengan santai.     

"Kau benar.. Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menanganinya." Begitu selesai Nizam berkata. Tiba – tiba dari arah pintu masuk, Sosok tubuh tinggi berwajah tampan tetapi kusut tampak berjalan menghampiri Nizam dan berdiri di depannya.     

Nizam menengadahkan mukanya dan lalu sepasang mata yang berwarna coklat gelap itu menatapnya tajam. Chief Jeremy segera berdiri memberikan ruang kepada mereka. Ia tahu persis siapa pria yang sedang berdiri tegak di depan Nizam.     

Dia adalah Jonathan, suaminya Arani. Nizam segera berdiri dan dengan wajah kusut Ia memegang bahu Jonathan tetapi Jonathan menepiskan tangan Nizam dengan kasar. Nizam terpaku di depan Jonathan.     

"Maafkan Aku... " Kata Nizam dengan suara serak.     

"Kau mengorbankan istriku untuk keselamatanmu" Kata Jonathan sambil mendorong dada Nizam hingga Nizam terduduk kembali di kursi tunggu rumah sakit. Chief Jeremy langsung memburu Nizam. Ia merasa tidak rela sahabatnya di dorong seperti itu. Tetapi Nizam mengangkat tangannya memberikan isyarat agar Chief Jeremy tetap diam.     

"Maaf kan Aku.." lagi –lagi hanya itu yang bisa Nizam ucapkan. Ia merasa amarah Jonathan kepada dirinya adalah suatu kewajaran. Siapa yang tidak akan terluka saat mengetahui kalau istrinya sekarang sedang berjuang antara hidup dan mati. Dan walaupun Nizam sedikitpun tidak merasa mengorbankan hidup Arani tetapi Ia merasa kalau Ia memang tidak dapat melindungi Arani.     

"Aku meminta Kau membebaskan istriku. Aku tidak akan pernah memaafkan dirimu kalau seandainya istriku sampai mati. Aku menarik ucapanku untuk ikut ke Azura bersamamu. Jika istriku selamat maka Aku akan tinggal di Amerika bersama istriku" Kata Jonathan sambil menunjuk muka Nizam. Matanya memerah karena amarah yang meluap – luap.     

Dan Nizam benar – benar tidak mampu berkata – kata lagi. Ia hanya terdiam dengan bibir bergetar.     

"Katakan sesuatu !! Jangan menjadi orang yang pengecut. Berlindung di balik tubuh seorang wanita. Dia tidak layak mengorbankan nyawanya untuk membela orang lain" Kata Jonathan sambil mencengkram kerah kemeja Nizam lalu mengguncangkan tubuh Nizam dengan kuat.     

Nizam teramat sangat memahami amarah yang meluap - luap pada diri Jonathan. Ia juga merasa percuma kalau harus menjelaskan sekarang karena Jonathan perlu orang kedua dan ketiga untuk bisa mencerna kata - kata Nizam dengan baik.     

Nizam hanya berharap operasi yang dijalani oleh Arani berhasil dan Arani dapat diselamatkan. Arani harus sadar dan bangun untuk menjelaskan kepada suaminya sendiri. Bagaimana Nizam berusaha melindungi Arani dan Arani celaka karena memang di menjadikan dirinya tameng bagi Cynthia.     

Sampai kemudian bahu Jonathan di cengkram dari belakang oleh seseorang. "Lepaskan Aku !! " Kata Jonathan sambil menepiskan tangan berat itu di bahunya. Tetapi orang itu sekarang tidak hanya menekan bahunya tetapi malah mencengkram kerah kemeja Jonathan dari belakang sambil berkata,     

"Aku adalah penegak hukum di sini. Dan tidak akan kubiarkan ada orang berbuat keributan di depan ruang oprasi. Apa kau ingin mengacaukan dokter yang sedang bertugas ?" Kata orang itu sangat kesal. Dan Jonathan lalu melihat ke arah belakang dan Ia melihat seseorang bertubuh tinggi tegap mengenakan pakaian seragam polisi dengan lambang kepolisian di pakaiannya.     

Jonathan lansung terdiam, Ia sebenarnya tidak takut kepada polisi itu tetapi kata – katanya yang mengatakan kalau Ia bisa mengganggu dokter yang sedang bertugas membuat Ia lalu diam. Ia lalu berjalan menghampiri pintu ruang oprasi dan berdiri seperti Nizam dan Chief Jeremy tadi. Kedua tangannya menempel pada kaca pintu lalu mulai meratap menangis.     

"Arani.. jangan mati !! Jangan tinggalkan Aku seorang diri. Kau harus kuat.. kau harus hidup" Kata Jonathan dengan muka putus asa. Ia hampir gila mencari – cari Arani dari kemarin. Mereka memang terpisah dan Ia masih ingat Ia ditarik Arani untuk menemani Cynthia tetapi Ia sulit menggapai ruangan Cynthia sehingga Ia terseret – seret orang. Sampai kemudian Ia melihat Edward tewas dan Ia kehilangan Arani lagi. Ia tidak bisa mengikuti langkah Arani dan Nizam yang bergerak cepat.     

Jonathan menjadi prustasi dan merasa tidak dibutuhkan sehingga Ia kemudian memutuskan pulang lalu keluar lagi mencari Arani. Dan Ia sampai terkapar di kantor polisi mencari tahu berita Arani. Dan ketika Ia benar – benar mendapatkan berita itu adalah tentang istrinya yang terluka parah terkena pencahan partial mobil yang meledak.     

Ia mendengar para wartawan yang berkerumun di luar rumah sakit membicarakan tentang kemungkinan Arani yang tidak selamat. Ia mendengarkan berita yang simpang siur kalau kecelakaan Arani karena melindungi Nizam. Ia menjadi tameng bagi putra mahkota kerajaannya.     

Jonathan menjadi teramat marah kepada Nizam. Bagaimana bisa Nizam mengorbankan istrinya demi keselamatannya sendiri.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.