CINTA SEORANG PANGERAN

Habislah Kau, Arani!! ( 1 )



Habislah Kau, Arani!! ( 1 )

Jonathan terbaring di ranjangnya sambil menunggu perbannya akan dibuka. Ia merasa tubuhnya sekarang sudah sangat sehat. Memang tangannya masih sakit tapi Ia merasa itu bukanlah masalah. Ia sangat bersemangat menjelang pernikahannya nanti malam. Ia bahkan sudah belajar membacakan akad nikah. Ia latihan berulang-ulang karena di pernikahan secara Islam ada kalimat akad yang harus Ia bacakan.     

Tetapi yang membuatnya. Ia heran adalah ketika Nizam menemaninya dan berkata, "Sebelumnya Aku minta maaf, Nathan" Kata Nizam dengan hati - hati.     

"Minta maaf kenapa? Kau tidak salah apa - apa" Kata Jonathan sambil bahagia.     

"Kau tentunya sangat mencintai Arani" Kata Nizam sambil menatap ke wajah Jonathan.     

"Iya Aku sangat mencintainya" Kata Jonathan sambil berbinar-binar. "Aku sangat tidak sabar, Kau tahu Nizam, Dia sangat sulit Aku sentuh. Ia bahkan tidak mau Aku pegang tangannya. Ia juga tidak ingin berdua - duaan denganku. Membuat Aku jadi geregetan dan tambah penasaran. Nanti malam rasa penasaranku akan hilang. Aku akan memuaskan diriku dengannya" Kata Jonathan dengan wajah penuh gairah.     

Nizam sedikit batuk-batuk kecil. Ia memahami apa yang Jonathan rasakan. Ia pasti akan mengamuk melihat apa yang terjadi pada senjatanya kelak. Apa yang Ia idam - idamkan terjadi pada malam ini tidak akan dapat dilaksanakan selama beberapa minggu ke depan, tapi apa daya ini permintaan calon istrinya.     

"Aku harap Kau dapat memaafkan Arani" Kata Nizam kemudian.     

"Mengapa Dia yang harus minta maaf. Aku yang mungkin harus minta maaf padanya. Karena nanti malam mungkin Aku akan sedikit menyakitinya" Kata Jonathan lagi dengan sangat percaya diri.     

Nizam menggelengkan kepalanya mendengar perkataan Jonathan yang semakin menjurus ngaco. Nizam lalu berkata, " Otakmu benar - benar penuh dengan hal kotor" Kata Nizam dengan pedas. Jonathan langsung mencibir. "Memangnya Kau tidak?" Jonathan berkata tak kalah pedas     

Nizam tertawa kecil dan menjawab tegas" Tentu saja tidak"     

"Tidak??" Jonathan menatap tidak percaya.     

"Tidak, maksudku adalah tidak jauh beda" Kata Nizam lagi sambil kembali berwajah dingin. Jonathan tertawa geli mendengar jawaban Nizam. Ketika kemudian ada dua orang perawat datang membawa beberapa peralatan bius. Jonathan terheran-heran.     

"Ini untuk apa? peralatan apa ? Ini jarum suntik untuk apa ? Apa Aku akan disuntik? suntikan untuk apa ? Mengapa Aku harus disuntik. Mengapa dari tadi pemeriksaannya begitu aneh? Bukankah hanya akan dibuka berban" Kata Jonathan keheranan melihat para perawat tampak sibuk. Hanya sekedar membuka perban mengapa para perawat terlihat begitu sibuk.     

"Tidak usah khawatir, ini hanya suntikan anti tetanus." Kata Nizam sambil tersenyum menepuk bahunya. Tanpa banyak bicara Perawat itu langsung menyuntikkan obat bius ke tubuh Jonathan. Jonathan langsung merasa mengantuk dan sangat lemas.     

"Nizam, mengapa Aku jadi mengantuk dan sangat lemas??" A...apa yang terjadi?" Kata Jonathan sambil keheranan kemudian Ia melihat pandangannya semakin mengabur dan merasakan badannya sangat lemas. Dan akhirnya Ia jatuh tertidur.     

Nizam kemudian keluar dari ruangan Jonathan ketika dokter datang membawa peralatan laser untuk mengkhitan Jonathan.     

****     

Beberapa mobil tampak sudah siap untuk membawa rombongan Alena dan Nizam pergi dari rumah sakit. Nizam meminta Alena dan Arani serta Cynthia untuk pulang terlebih dahulu karena Ia harus menunggui Jonathan siuman dari obat biusnya. Arani tidak ikut menunggu karena Ia harus mengalami prosesi perawatan untuk pengantin wanita.     

Axel dan Alexa satu mobil bersama Alena dan Cynthia. Dengan sopir Fuad dan Pangeran Thalal. Arani bersama Imran dan beberapa pengawal mengikuti mobil Alena. Sedangkan Ali dan Naila serta beberapa orang pengawal masih berada di rumah sakit. Jessi ikut menunggu di depan ruangan tempat Jonathan dikhitan.     

Nizam menunggu dengan sedikit gelisah. Ia berulang kali melihat ke arah jam tangannya. Kenapa Ia seperti menunggu Alena melahirkan lagi. Wajah Jessi juga tidak kalah tegangnya. Ia takut adiknya mengamuk ketika melihat senjatanya sudah dibalut perban.     

Nizam juga tidak kalah resahnya. Di satu sisi Ia merasa tidak tega terhadap Jonathan tetapi mau bagaimana lagi ini permintaan calon pengantin wanita dan Nizam tahu persis bagaimana sifat Arani yang keras. Padahal tadinya Nizam ingin bicara tentang hal ini pada Jonathan setelah prosesi pernikahan mereka selesai dan mereka berbulan madu sampai puas baru acara khitan dilaksanakan.     

Nizam berdiri lalu berjalan mondar - mandir membuat Jessi ikut gugup. "Aku berharap Jonathan akan memahami masalah ini" Kata Nizam sambil kembali melihat ke arah pintu. Sudah hampir tiga jam tetapi dokter masih belum keluar. Mereka memang sedang menunggu Jonathan siuman.     

Handphone ditangan Nizam tiba - tiba berdering, Nizam segera mengangkatnya karena dilihatnya yang menelponnya adalah Alena.     

"Assalamualaikum Nizam" Kata Alena.     

"Iya Waalaikumsalam, Alena. Ada apa? Ini masih di jalankah? Bagaimana anak - anak? Rewel tidak? Axel bagaimana? Dia biasanya tidak tahan kalau kepanasan ?" Nizam malah memberondong Alena dengan mempertanyakan anak - anaknya.     

"Kau tidak usah khawatir mereka baik - baik saja. Bahkan Axel yang biasanya rewel sekarang terlihat anteng. Mungkin dia suka naik mobil. Matanya malah melotot dari tadi sambil bergerak - gerak tetapi tidak menangis"     

"Syukurlah.. Aku sudah khawatir dari tadi, takut mereka rewel karena ini adalah perjalanan mereka yang pertama. Terus ada apa kau menelponku?"     

"Aku ingin bertanya tentang Jonathan? Bagaimana kabarnya? Entahlah Aku sedikit stress menunggunya takut Ia marah - marah. Kau tahukan ini ideku bagaimana kalau dia nanti mengamuk padaku?"     

"Kau tidak usah khawatir Alena, Aku yang akan menanggung kalau Ia nanti mengamuk. Tidak akan kutimpakan kesalahan apapun untukmu karena Aku sudah menyetujuinya" Kata Nizam mengusir ketakutan di hati Alena.     

"Iya benar tetapi entahlah Aku kasihan pada dia?" kata Alena lagi.     

"Aku juga tetapi ini permintaan Arani maka kita tidak bisa menolaknya. Dan Kau tolong untuk berkata kepada Arani tentang sesuatu hal ini" Kata Nizam.     

"Tentang apa? " Tanya Alena. Nizam kemudian berdiri agak menjauh dari orang - orang dan mulai berkata pada Alena. Alena tampak terkejut, tetapi kemudian Ia menganggukan kepalanya tanda setuju.     

"Kalau Arani tidak diberikan penekanan ini. Aku khawatir Jonathan akan kesulitan menyentuhnya." Kata Nizam membuat Alena langsung mengiyakan. Nizam menghela nafasnya Ia harus membuat Jonathan mendapatkan balasan yang setimpal atas rasa sakit yang mungkin nanti akan dideritanya. Sehingga Ia layak mendapatkan kesenangan setelah kesakitannya. Nizam teringat bagaimana dulu Pangeran Thalal kesulitan ketika hendak menyentuh Cynthia dan kali ini Nizam harus memastikan bahwa Jonathan tidak akan mengalaminya.     

Kemudian Nizam terlonjak ketika Ia mendengar ada teriakan histeris dari dalam ruangan. "Aakh...Aargh..apa yang terjadi denganku. NIIIZAAAAM!!!" Terdengar teriakan jonathan hampir meruntuhkan atap dan dinding rumah sakit. Pintu ruangan dibuka dari dalam. Tampak Dokter keluar dengan wajah sedikit pucat. Tubuh Jessi semakin tegang. Ia berdiri kaku di depan ruangan Jonathan tidak berani masuk. Apalagi kemudian Ia mendengar ada sesuatu yang dibantingkan. Para perawat menjerit ketakutan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.