CINTA SEORANG PANGERAN

Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 3 )



Alena, Selamatkan Pernikahanku ( 3 )

Setelah tangisan Lila reda lalu Lila bertanya dengan terbata-bata, "Bagaimana kabarmu, Putri Alena?" Lila bertanya sambil menghapus air matanya yang masih berjejak di pipinya yang putih.     

"Aku baik-baik saja. Alhamdulillah sehat. Kau bagaimana? Aku lihat Kau semakin sehat. Terakhir kali Aku kemari Kau masih koma dan kemudian Aku belum sempat kemari lagi karena Aku baru melahirkan."     

"Oh ya Putri baru melahirkan. Aku ucapkan selamat karena kelahiran si kembar, seluruh rumah sakit ramai membicarakannya dan Aku setiap hari menanyakan kepada perawat Lucy tentang beritamu. AKu sangat berbahagia mendengarnya. Aku juga baru tahu kalau aku sedang mengandung..." Sampai di sini Lila terdiam dan mulai melelehkan air matanya lagi.     

Kehamilannya sangat menyakitkan, di saat dia sekarang begitu membenci Edward Ia malah mengandung anaknya.     

"Hidup padaku sudah berbuat tidak adil.." Isak Lila sambil menerawang jauh. Alena berdehem lalu terdiam mendengarkan kelanjutan perkataan Lila.     

Setelah Lila terdiam berapa lama kemudian dia berkata kembali, " Aku dulu begitu mencintai Edward tetapi kemudian Aku merasa lelah karena cintaku ternyata hanya bertepuk sebelah tangan. Ia berulang kali menyakiti perasaanku. Ia terlalu mencintaimu. Aku tidak akan pernah ada di hatinya, walaupun hanya sekedar menjadi bayang-bayangnya."     

"Apakah Kau sudah menyerah? " Tanya Alena sambil mengusap lengan Lila yang semakin kecil. Lila kembali mengusap air matanya. Lalu menggelengkan kepalanya sebelum kembali melanjutkan perkataannya.     

"Aku sudah lelah, Ia selalu mencintaimu bahkan sampai terakhir kali Aku mengingatnya tatapan matanya kepadamu masih penuh dengan cinta. Sehingga Aku begitu ingin mati." Air mata Lila meleleh bagaikan anak sungai yang mengalir melintasi lembah dan pegunungan.     

Ketika Sisca hendak membunuhnya secara refleks Aku menghalanginya dengan mengorbankan tubuhku. Dan ketika Aku kemudian tidak sadarkan diri Aku seperti tengah berada disebuah pegunungan yang diselimuti salju. Pada tepi gunung itu ada tangga indah untuk naik ke puncaknya. Aku melihat banyak orang beramai-ramai naik menggunakan tangga itu menuju ke puncaknya. Aku bergegas mengikutinya tetapi..Aku mendengar suaramu memanggil-manggilku." Nafas Lila tampak kembang kempis seakan habis berjalan jauh. Alena meminta air kepada perawat dan kemudian perawat itu segera memberikan segelas air kepada Lila.     

Lila menggenggam gelas itu dengan erat.. Ia lalu memejamkan matanya mengingat kejadian saat Ia dalam keadaan koma. Alena masih terdiam. Lila lalu meminum isi gelasnya sampai habis. Alena mengambil gelas tersebut kemudian memberikannya kepada perawat tadi.     

Perawat itu setelah menyimpan gelasnya Ia duduk di kursi dekat pintu keluar. Ia turut mendengarkan pembicaraan Lila dan Alena karena mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris.     

"Aku memalingkan wajahku dan Aku melihat Kau disana berdiri dengan pakaian putih. Ditanganmu ada anak perempuan cantik sekali. Rambutmu berkibar tertiup angin. Tetapi Aku tidak memperdulikanmu karena Aku lebih tertarik untuk pergi ke puncak gunung. Tetapi kemudian anak kecil itu memanggilku, "Ibu..jangan pergi, Kau membawa kehidupanku bersamamu" Kata anak itu. Membuat Aku menghentikan langkahku. Aku kemudian membalikkan badan dan berjalan ke arahmu.     

Tetapi kemudian ketika aku mendekat tetapi kau malah membawa pergi anak itu hingga kemudian kau dan anak itu menghilang, Aku berteriak memanggilmu tetapi tidak ada jawaban. Lalu ketika Aku kembali ke gunung tadi, orang-orang yang sedang naik sudah tidak ada. Bahkan tangganya juga sudah tidak ada. Aku menangis berteriak-teriak kemudian ada seorang lelaki tua berjalan ke arahku dan berkata. " Kau kembalilah! Sekarang bukan waktunya untukmu"     

"Kau siapa? Mengapa Aku ada di sini? Dan kemana Alena pergi?" Aku bertanya tetapi pria itu tidak menjawab. Kemudian Aku kembali tidak sadarkan diri.     

Aku merasa kembali seperti melayang-layang di angkasa sampai kemudian Aku kembali melihatmu bersama anak perempuan lagi. Anak itu memanggil-manggilku. "Ibu..Ibu..kembalilah..biarkan Aku hidup bersama permataku."     

Di atas Aku berteriak, " Kau siapa? Dan siapa permatamu? Aku tidak memiliki permatamu itu"     

"Permataku ada dalam perutmu Bu.. kembalillah..kembalilah.." Anak itu berteriak. Lalu kemudian dia kembali menghilang di bawa pergi oleh mu. Kejadian terus berulang kali menimpaku hingga suatu hari kemudian aku tidak tahan dan berteriak keras memanggilmu.     

" Alena!!!! berikan anak itu kepadaku. Maka aku akan kembali. Ajaibnya Kau benar-benar datang kepadaku dan menyerahkan anak cantik itu kepadaku. Begitu Aku memegang anak itu maka Aku terbangun di rumah sakit ini. Aku mendengar Edward memanggil-manggilku. Aku tersadar Alena karena anak itu. Tetapi siapa dia dan mengapa?" Lila menutup wajahnya dan mulai menangis.     

Kali ini Alena tidak dapat menahan derai air matanya. Ia menangis bersamaan dengan Lila. Nizam berdiri bersender ke tiang mendengar tangisan yang menyayat hatinya itu. Takdir Alloh sedang berjalan atas hambanya. Dan apapun akan terjadi atas kehendaknya. Bagaikan sehelai daun yang jatuh. Tidak pernah ada daun yang terjatuh selain atas kehendaknya.     

Alena memegang tangan Lila. "Anak itu ada padaku, Anak itu ada padaku. Dia anakku. Kau benar dengan kembali kepada kami. Kembalilah Lila. Kembalilah pada cintamu dan mulailah lembaran baru. Aku ingin anakmu hidup berbahagia denganmu sebelum kemudian dia akan hidup bersama anakku"     

"Alena apakah ini suatu keajaiban? "     

"Ini adalah takdir Tuhan, Lila. Kata Edward kau siuman tepat saat Aku melahirkan anakku Alexa. Aku yakin kelak anak kita akan saling berhubungan."     

"Tapi Alena..Aku masih tidak tahu bagaimana dengan nasibku selanjutnya. Aku sekarang sedang putus asa dan merasa sangat tidak berdaya. Aku juga sangat kesal terhadap Edward. Aku membencinya. Ketika Aku bangun dari komaku Aku tidak tahu mengapa Aku begitu membenci Edward."     

Alena terdiam Ia tidak tahu harus menjawab apa, Kalau tadi dikonfrensi pers Ia tampil gemilang karena memang diajarkan oleh Cynthia tetapi kali ini dia bingung karena Cynthia tidak mengajarkan apapun tentang Lila. Kemudian dia teringat kepada Nizam. Si jenius itu mungkin bisa mengatakan sesuatu untuk membujuk Lila"     

"Bolehkah Aku minta suamiku untuk menjawabnya. Aku tidak tahu tentang ini." Kata Alena sambil melihat ke arah pintu yang sedang terbuka. Lila terkejut, " Yang Mulia ada diluarkah?" tanyanya.     

"Iya..dia menungguiku. Kau tahu dia bagaikan lem karet yang nempel dirokku. Kemana-mana dia ikut seakan aku ini seperti bayangannya." Alena bersungut-sungut.     

Melihat wajah Alena yang lucu karena bibirnya sampai monyong-monyong saking sebalnya. Lila menjadi tertawa walaupun tidak terbahak-bahak.     

"Bagaimana bisa Yang Mulia seperti permen karet. Ha..ha..ha.. Aku sangat iri kepadamu, Putri Alena. Kau memiliki Yang Mulia Nizam yang sangat mencintaimu"     

"Kau pun sekarang sama beruntungnya denganku" Kata Alena sambil tersenyum. Lila mengerutkan keningnya.     

"Tapi mengapa? Tidak ada yang mencintaiku dengan tulus. Kalaupun sekarang Edward begitu mengumbar kata-kata cinta, Aku yakin karena dia merasa bersalah kepadaku karena aku sudah terluka gara-gara menyelamatkan nyawanya"     

"Biarkan Nizam yang menjawabnya. Aku yakin Ia bisa menjelaskan kondisi Edward sekarang. Apakah Kau mengijinkan suamiku untuk berbicara kepadamu"     

"Tentu Putri.. Yang Mulia adalah orang yang paling Aku hormati."     

Alena menganggukan kepalanya dengan senang kemudian dia berjalan menuju pintu dan memanggil Nizam. Ketika Edward mau ikut masuk. Nizam menahannya. " Biar Aku menenangkan dia dulu. Jika dia melihatmu sekarang khawatir dia akan tambah marah" Bisik Nizam. Edward mau membantah tetapi kemudian dilihatnya Alena menggelengkan kepalanya. Akhirnya Edward menurut.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.