CINTA SEORANG PANGERAN

Menikahlah Jonathan dan Arani ( 4 )



Menikahlah Jonathan dan Arani ( 4 )

Ketika mereka sedang berbincang sambil tertawa-tawa, Nizam masuk ke dalam ruangan di ikuti oleh Pangeran Thalal sedangkan Ayahnya Alena sudah masuk ke dalam salah satu kamar yang disediakan oleh Nizam karena ingin beristirahat. Begitu masuk Cynthia langsung berdiri sambil mesem-mesem terhadap suaminya. Pangeran Thalal mengerutkan keningnya melihat tingkah istrinya yang seperti gadis sedang kasmaran.     

Tetapi Pangeran Thalal tidak terlalu menatap istrinya, Ia malah menghampiri ibunya Alena dan memberikan hormat serta salam.     

"Duuh..tampannya adik Yang Mulia ini. Selamat Yang Mulia atas kehamilan Cynthia. Saya sangat senang sekali" Kata Ibunya Alena sambil tersenyum.     

"Iya, terima kasih.. Bagaimana dengan perjalanan Anda kemarin?"     

" Waah..kalau naik pesawat jet pribadi siapapun pasti akan merasa menyenangkan. Nak Nizam mengirimkan pesawatnya kemarin dan itu sangat menyenangkan" Mata ibunya Alena berbinar saat mengingat betapa menyenangkan naik pesawat pribadi. Ia tidak usah antri naik kapal dan duduk di kursi masing-masing. Dengan pesawat pribadi bahkan Ia bisa tertidur dengan lelap dikamar yang ada dalam pesawat.     

"Syukurlah, Kakak!! Mungkin sudah saatnya Kakak menghadiahkan salah satu pesawat Jet Kakak untuk Auntie. Biar Auntie bisa bersenang-senang naik pesawat kapanpun Auntie mau" Kata Pangeran Thalal pada Nizam. Nizam tersenyum manis. " Tentu saja. Ibu boleh mengambil pesawat yang Ibu pakai kemarin. Anggap sebagai hadiah karena Alena sudah memberikan kebahagiaan untukku dan kerajaan Azura."     

Ibunya Alena membuka mulutnya lebar-lebar mendengar kata-kata Nizam." Pesawat Jet pribadi untuknya. Oh my God.. ini pesawat jet bukannya odong-odong yang biasa dinaiki bocah-bocah. Disaat teman-temannya sering mengeluh betapa pelitnya para menantu mereka kepada mertuanya. Ia diberi pesawat Jet oleh menantunya. Benar-benar anaknya sudah jadi pundi-pundi uang. Walaupun Ia hampir gila karena bahagia mendengar Nizam akan memberinya pesawat Jet tetapi Ibunya Alena tetap ingin menunjukkan bahwa Ia masih punya harga diri.     

" Ah..Jangan Nak Nizam. Ibu belum membutuhkan itu. Itu hadiah yang sangat mahal. Agaknya Ibu belum terlalu memerlukannya, jadi tidak usah, terima kasih" Kata Ibunya Alena malu-malu kucing. Ibunya Alena ingin memberikan kesan bahwa Ia bukan mertua yang matrealistis dan murahan. Sehingga Ia pura-pura menolak.     

Nizam jadi menganggapnya serius, Ia mengira Mertuanya menolak diberi pesawat Jet karena tidak menyukainya. Makanya Ia segera berkata lagi," Oh..kalau Ibu tidak menyukai pesawat Jet mungkin Ibu menginginkan hadiah yang lain?" Tanya Nizam dengan bersungguh-sungguh.     

Mendengar Nizam menawarkan hadiah lain, Ibunya Alena jadi cepat-cepat berkata, " E.eh....tidak usah Yang Mulia, agaknya pesawat Jet sudah cukup baik. Jadi jangan merepotkan lagi" Katanya sambil berbinar-binar membuat Nizam tersenyum.     

Ga anaknya ga ibunya semua bisa membuat Nizam tersenyum bahagia karena tingkahnya. Mendengar jawaban mertuanya Nizam langsung mengetahui bahwa kalimat mertuanya yang pertama adalah basa-basi belaka.     

"Baiklah, Thalal!! " Nizam memanggil adiknya     

"Ya Kakak" Pangeran Thalal tersenyum sambil menghadap Nizam.     

"Besok Kau minta Arani untuk mengurusnya"     

"Tapi Arani sedang mengurus Jonathan"     

"Oh ya, Aku lupa. Kalau begitu uruslah olehmu"     

"Siap Kakak" Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum tapi kemudian Ia memandang istrinya. "Apakah Kau ingin Aku memberikan pesawat Jet untuk orang tuamu juga? biar besok bisa sekalian Aku urus" Tanya Pangeran Thalal.     

Cynthia langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak..tidak. Orangtuaku tidak seperti orangtua Alena yang merupakan pembisnis yang sering bepergian ke luar negri. Orang tuaku hanyalah pegawai biasa. Pesawat itu tidak akan terlalu bermanfaat untuk mereka."     

"Oh..baiklah, Mungkin perusahaan?" Kata Pangeran Thalal lagi.     

"Tidak Yang Mulia. Uang bulanan yang dikirimkan ke rekening mereka sudah lebih dari cukup. Keluargaku berasal dari keluarga biasa. Mereka tidak memerlukan biaya yang banyak untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Mereka terbiasa hidup sederhana. Memberikannya uang banyak hanya akan membuat mereka bingung dan tidak akan memberikan kenyamanan" Cynthia tersenyum. Perkataan Cynthia membuat semua orang yang mendengarnya terkagum-kagum termasuk ibunya Alena yang langsung mengakui kalau perkataan Cynthia ini memang benar adanya.     

Standar hidup setiap orang pasti berbeda. Uang senilai seratus ribu akan memiliki nilai yang sangat berbeda bagi beberapa tingkatan besaran uang yang dimiliki. Bagi orang yang memiliki uang di atas sepuluh juta mungkin uang seratus ribu tidak berharga apapun. Hal ini akan berbeda dengan orang yang memiliki uang sekitar satu juta. Maka nilai uang seratus ribu akan cukup berharga. Tetapi bagi orang yang tidak memiliki uang sama sekali maka nilai uang seratus ribu akan menjadi sangat berarti.     

Kemewahan bagi Ibunya Alena adalah hal yang biasa karena Ia lahir dari orang tua pembisnis dan Ia sendiri seorang pembisnis. Ia terbiasa berlimpahan materi dari sejak lahir dan itu berimbas juga terhadap Alena. Mereka keturunan kaya dari sananya dan bukan kaya dari hasil kerja keras. Sebuah pesawat Jet bisa jadi menjadi sangat berarti bagi suami dan dirinya.     

Sedangkan bagi orang tua Cynthia yang memang bukan berasal dari kalangan orang berada tentu saja tidak akan berarti apa-apa. Persis seperti memberikan sebuah stik golf kepada seorang pengemis. Walaupun harganya jutaan mungkin Ia tidak akan berarti apa-apa. Bagi seorang Pengemis mungkin akan lebih bahagia jika Ia diberi sebungkus nasi yang harganya cuma puluhan ribu.     

"Yang Mulia ayolah kita pulang sekarang, Aku sudah mengantuk" Kata Cynthia kemudian. Pangeran Thalal mengangguk sambil kemudian Ia menimang-nimang dulu dua keponakannya bergantian dengan Cynthia.     

"Alexa sangat cantik persis seperti ibunya dan Axel sangat tampan seperti diriku" Kata Pangeran Thalal.     

"Kenapa tampan seperti dirimu? Tidak seperti ayahnya"     

"Karena Aku tidak ingin Axel tumbuh dengan sifat Kakak Nizam yang kejam. Aku ingin Axel tumbuh semanis, selembut dan setampan diriku" Kata Pangeran Thalal sambil tersenyum tetapi ketika Ia melirik kakaknya. Ia menyadari bahwa Nizam menatapnya dengan pandangan yang sangat tajam.     

"He..he..he..Aku cuma bercanda Kakak. Mohon jangan dimasukan ke dalam hati. Ayo Cynthia kita simpan lagi anak macannya. Nanti bapaknya marah kepada kita" Kata Pangeran Thalal sambil menyimpan Axel yang baru di gendongnya. Cynthia juga menyimpan Alexa ke ranjang bayinya. Lalu mereka berpamitan.     

"Semoga sukses yang Cynthia" Kata Alena sambil kembali mesem-mesem. "Ingat saran yang aku berikan padamu" Alena berteriak lagi pada Cynthia yang berjalan di samping Pangeran Thalal.     

"Siap..Alena. Semoga rencana kita tidak gagal" Kata Cynthia sambil tidak lupa membawa dus-dus kue almondnya.     

Pangeran Thalal menggandeng istrinya keluar dari kamar. Di mobil Ia bertanya kepada Cynthia yang tengah asyik mengunyah kuenya.     

"Apa yang sedang kalian rencanakan?" Tanyanya curiga. Di mobil istrinya juga tidak bisa menahan senyumnya.     

"Tenang saja Yang Mulia akan mengetahuinya nanti saat di kamar" Kata Chynthia sambil tersenyum manis     

"Entah kenapa Aku seperti sedang mencium suatu konspirasi di antara kalian. Dan Aku merasa konspirasinya akan terjadi mengerikan."     

"Mengapa Yang Mulia berkata begitu?" Kata Cynthia sambil tetap sumringah.     

"Karena setiap kalian merencanakan sesuatu pasti hasilnya adalah berupa lelucon."     

"Ya..dan kau akan merasakan lelucon itu sendiri setelah kita di kamar"     

Pangeran Thalal terdiam, Ia malah bersandar di kursi mobil sambil memejamkan matanya. Cynthia bersender di bahunya sambil ikut memejamkan mata. Sekarang yang terdengar hanya deru mobil yang membelah jalanan di Kota New York.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.