CINTA SEORANG PANGERAN

Cynthia, It\'s me Arescha



Cynthia, It\'s me Arescha

Nizam mempersiapkan data untuk rapat dibantu dengan Arani, sedangkan Alena hanya melihat di sofa sambil di pijat kakinya dengan lembut oleh seorang pelayan. Sesekali Alena meringis sambil mengusap perutnya. Kepala bayi-bayinya terasa semakin mendesak ke perutnya, rasanya lumayan membuat ngilu. Setiap Alena meringis Nizam menjadi gelisah, "Are You Ok, Honey? Apakah kamu tidak apa-apa, Aku jadi khawatir" Kata Nizam sambil mengecek laporan tiap hotel yang sudah masuk via email. Matanya beralih dari laptop ke arah Alena yang sedang meringis. Ia segera berdiri dan meninggalkan pekerjaannya. Lalu duduk di samping Alena.     

"Kamu tidak usah khawatir, Aku tidak apa-apa. Hanya kadang ngilu. Ini anak-anakmu agaknya sudah tidak tahan ingin segera keluar" Kata Alena sambil tersenyum.     

"Kata Dokter kau harus banyak bergerak agar nanti saat melahirkan lancar. Kamu yakin kalau kamu ingin melahirkan dengan normal? Apakah tidak lebih aman kalau dioperasi saja" Kata Nizam lagi     

"Aah..Aku engga mau dioperasi, mau normal saja. Walaupun katanya sakit tapi di sesar juga sama aja sakitnya. Proses penyembuhan melahirkan normal katanya lebih cepat dari yang di sesar. Aku mau normal aja." Kata Alena sambil mengelus perutnya dengan penuh kasih sayang. Nizam jadi ikutan mengelus. Elusannya semakin lama semakin dihayati. Hingga kemudian nafas Nizam terasa berat. Wajahnya yang tampan sempurna itu memerah. Matanya beriak sayu.     

Alena menatap Nizam dan memegang tangannya, "Aku tahu, Kau pasti sekarang ingin menuntun anakmu agar nanti tidak tersesat saat mencari jalan keluar" Kata Alena dengan wajah serius membuat Nizam menyeringai.     

"Tapi kau mau rapat, Lihat sudah pukul 07.45 bukankah rapatnya dimulai pukul 08.00" Kata Alena sambil mengeluskan telunjuknya pada lengan suaminya yang berbulu membuat Nizam semakin merinding.     

Melihat Alena seakan mengiyakan keinginannya, Ia menoleh kepada Arani dan berkata," Keluarlah Kalian semua!! Dan Kau Arani bawakan semua barangku sekarang ke Aula. Dan bilang pada para manajer yang sudah datang untuk menunggu, mungkin Aku akan datang sedikit terlambat."     

Arani tampak mengerutkan kening, tetapi tidak berani berkata apapun selain memberikan hormat seraya membawa laptop dan tumpukan berkas laporan keluar dari kamar Nizam dan Alena. Para pelayan dan seorang perawat juga segera undur diri dan menutup pintu kamar.     

Nizam menatap Alena dan segera meraup bibir Alena yang sangat ikal dan menggiurkan bagaikan minuman yang memabukkan. Seakan tidak ada puasnya Nizam mendaratkan ciuman dibibir istrinya. "Nizam...mmm" Kata Alena sambil tersenyum. Nizam tidak menjawab Ia malah menurunkan ciumannya ke bawah.     

"Kalau Aku sudah melahirkan kau harus berpuasa lho" Kata Alena sambil memegang kepala suaminya yang tidak mau diam.     

"Mmmm...." Kata Nizam sambil menyapukan lidahnya ke perut Alena.     

"Mungkin Kau harus mendatangkan salah satu istrimu dari Azura untuk menggantikanku" Kata Alena dengan polos. Nizam mengangkat wajahnya, Ia menatap wajah Alena sambil mengerutkan keningnya. "Lebih baik kujepitkan ke pintu daripada menyentuh wanita lain" Katanya sambil membopong tubuh Alena lalu diangkat ke atas tempat tidur.     

Alena tertawa terkikik-kikik mendengar kata-kata Suaminya. Nizam sangat keras kepala dan pria terstabil hatinya. Ia bukanlah rumput yang mudah bergoyang ditiup angin. Dia adalah batu karang yang kalaupun terkena badai akan tetap berdiri dengan kokoh. Bahkan air lautpun tidak mampu menggerus kekuatan sang batu karang. Nizam adalah pria yang sangat sulit untuk jatuh cinta tetapi sekalinya Ia jatuh cinta, Ia akan membawa cinta itu sampai ke akhirat.     

"Sayangku, Kau tidak usah berpikiran lain-lain. Aku adalah suamimu yang sangat cerdas. Kau tenang saja melahirkan. Urusan yang lain serahkan kepadaku" Kata Nizam sambil duduk diantara kaki Alena. Alena menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tersipu-sipu malu sekaligus suka melihat wajah suaminya kalau sedang melaksanakan kewajibannya. Ketampanan dan aura keseksian Nizam otomatis bertambah berkali lipat.     

***     

Arani menatap jam di dinding, sudah lebih 15 menit dari waktu rapat. Para Manajer sudah berkumpul semuanya. Mereka tampak saling berbincang satu sama lain dengan topik acak. Walaupun Nizam terlambat tetapi mereka tidak keberatan. Jarang-jarang Nizam mengadakan pertemuan seperti ini. Biasanya hanya diwakilkan oleh Mr. Arescha. Jadi mereka antusias sekali, walaupun rapatnya harus di Aula rumah sakit.     

Mr. Arescha sendiri tampak duduk dengan santai. Ia terlihat sangat cool dan tampan. Ketenangannya bagaikan air yang mengalir. Ia kemudian tampak berdiri dan berjalan keluar ada telepon yang harus Ia jawab, Di dalam terlalu ribut dengan obrolan para manajer.     

Ketika Arescha menelpon, Ia berdiri, bersender disalah satu pilar rumah sakit tidak jauh dari aula, Tubuhnya yang jangkung berisi tampak menawan dalam balutan jas berwarna abu. Dan ketika Ia menutup teleponnya Ia membalikkan tubuhnya akan kembali ke Aula ketika badannya tiba-tiba menabrak seseorang hingga handphonenya terlepas.     

"Oh maafkan Aku!!" Mr. Arescha terkejut sambil menahan tubuh yang menabraknya. Tapi sebuah tangan yang kokoh menarik tubuh yang menabraknya itu dari pegangan Mr. Arescha.     

"Hati-hati kalau berjalan!!"     

Mr. Arescha menatap orang-orang yang ada didepannya dan mulutnya langsung berkedut menatap tubuh yang tadi tertabrak olehnya. Seraut wajah yang sangat dikenalnya. Wajah dari seorang wanita yang tercerdas yang pernah Ia temui. Wajah dari wanita itu tampak sudah sangat banyak berubah tetapi tidak pernah Ia lupakan barang sedetikpun. Wajah dulu yang sangat imut-imut sekarang tampak sudah dewasa.     

Wanita itu berubah banyak dari segi penampilan. Ia menggunakan gaun tangan panjang keluaran Channel dengan perhiasan yang elegan dan yang semakin membuatnya kaget adalah sebuah kain lembut panjang menutupi kepalanya walaupun masih memperlihatkan helaian rambut pirangnya. Wanita itu beribu kali lipat lebih cantik dibandingkan dulu waktu terakhir kali Ia bertemu dengan wanita itu.     

"Cynthia?? It's you? Honey..it's me Arescha" Katanya sambil secara refleks memegang tangan wanita itu. Wanita itu yang ternyata Cynthia tampak terbelalak matanya. Ia juga refleks menarik tangannya dari pegangan Mr. Arescha. Sebagaimana Nizam, Pangeran Thalal sangat sensitif terhadap istri-istri mereka. Ia juga sangat terkejut dan sangat tidak menyangka akan bertemu dengan Arescha di sini. Arescha pria yang pernah mengisi hari-harinya dulu. Arescha dulu adalah guru ekstrakurikuler pemograman waktu Ia SMA. Mendadak kepala Cynthia terasa pusing hingga Ia harus bersender ke tubuh Pangeran Thalal.     

Mr.Arescha menatap pria yang disenderi oleh Cynthia, tubuhnya langsung menciut melihat ketampanan wajah Pangeran Thalal. Ia langsung bisa menebak kalau Pangeran Thalal adalah orang Azura dan memiliki hubungan dengan bos besarnya, Pangeran Nizam.     

Sesaat mereka saling pandang dalam kekakuan dan kebingungan hanya saja tidak terlalu lama karena Nizam muncul dari arah ruangan dalam. Melihat ketiga orang sedang saling pandang dengan para pengawal yang berjajar dibelakang mereka membuat Nizam sedikit heran. Ia lalu menghampiri mereka.     

"Apa yang kalian sedang lakukan? Saling berpandangan seperti itu. Cynhtia!! syukurlah kau sudah datang. Segera Kau temani sahabatmu itu. Aku ada rapat dulu sebentar. Dokter Kandungan sedang menuju ke sini. Alena sekarang sedang beristirahat ditemani para pelayan. Kau jangan pernah lagi meninggalkan rumah sakit karena kemungkinan besok atau malam Alena sudah melahirkan" Kata Nizam sambil membetulkan jasnya yang sudah terpakai dengan sangat rapih.     

"Oh ya...kalau begitu aku permisi dulu" Cynthia berjalan cepat melangkah masuk ke ruangan tempat kamar Alena berada tanpa melihat sedikitpun pada Mr. Arescha padahal nyawanya hampir terlepas dari badan karena pertemuan yang sangat mengejutkan ini.     

"Mr. Arescha. tampaknya Anda mengenal adik iparku Cythia" Kata Nizam sambil memandang pada general manjernya.     

Mr. Arescha tampak tersipu-sipu dengan sedikit tertegun, terkejut, galau, sedih campur aduk menjadi satu. " Eh..iya. Dia adalah siswi ekstrakulikulerku waktu di SMA dulu. Dia sekarang sudah menjadi adik ipar yang Mulia?" Kata Mr. Arescha sambil tersenyum menganggukan kepala kepada Pangeran Thalal yang sedari tadi mengerutkan keningnya dengan perasaan tidak suka.     

"Iya ini Pangeran Thalal, adikku. Dia suaminya Cynthia dan Cynthia sahabat dari istri saya. dan Thalal! ini Arescha. CEO di seluruh Gardenia di Amerika." Kata Nizam sambil memperkenalkan Pangeran Thalal kepada Arescha.     

Mr. Arescha membungkukkan badannya memberikan hormat seraya mengulurkan tangan, " Senang berkenalan dengan anda. Saya Mr. Arescha siap melayani Anda" Katanya. Pangeran Thalal menganggukan kepalanya. Bibirnya mengerut sedikit dengan indahnya. Pria semanis madu ini lalu menatap Mr. Arescha. "Apakah Anda sangat mengenal istri saya?" Katanya. Mr Arescha tertegun ditanya seperti itu tapi Ia tidaklah bodoh. Ia menjawab dengan diplomatis. " Ia adalah siswa saya, tentu saja saya mengenalnya"     

"Oh baiklah. Senang berkenalan dengan Anda" Pangeran Thalal menjadi sangat lega mendengar kata-kata Mr. Arescha. Ia tersenyum manis.     

"Baiklah ayo kita mulai rapatnya. Aku tidak ingin rapat yang lama dan bertele-tele. Aku harus segera menemani istriku kembali. Ia akan segera melahirkan" Kata Nizam sambil melangkah masuk ke ruangan aula.     

" Semoga istri Yang Mulia lancar melahirkan. Dan Anda dikarunai dengan anak yang sehat" Kata Mr. Arescha. Nizam mengucapkan terima kasih dan segera memasuki Aula.     

Semua Manager dan direktur segera berdiri menyambut Nizam dan membungkukkan badannya memberikan hormat. Nizam membalas hormat mereka dengan menganggukan kepalanya. Ia lalu duduk di kursi yang disediakan untuknya. Arani yang berdiri disamping Nizam diam-diam memperhatikan rambut Nizam yang masih sedikit basah. Ia sedikit menggelengkan kepalanya dengan tingkah majikannya yang luar biasa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.