CINTA SEORANG PANGERAN

Niat Membalas Dendam



Niat Membalas Dendam

Alena kemudian berkata, " Bastnah, Pergillah ke Pangeran Thalal. Katakan Aku ingin berbicara dengannya " Kata Alena kepada Bastnah.     

"Yang Mulia. Hamba akan menyuruh pelayan lain untuk pergi menyusuli Pangeran Thalal. Hamba tidak bisa membiarkan Yang Mulia sendiri" Kata Bastnah sudah mulai khawatir melihat tatapan mata Alena yang kosong. Tetapi Alena malah tersenyum.     

"Aku tidak apa – apa, cepatlah kau pergi dan jangan menyuruh pelayan lain karena mereka tidak akan benar. Aku harus berbicara dengan Pangeran Thalal apapun yang terjadi' Kata Alena mencoba bersikap tenang.     

Bastnah mencoba mencari tahu apakah Alena bisa ditinggalkan atau tidak. Karena melihat wajah Alena yang sudah terlihat tenang, Bastnah kemudian pergi meninggalkan Alena. Begitu Bastnah pergi. Alena segera mengganti pakaiannya dengan celana jeans panjang dan sebuah blouse tangan panjang. Alena mengekor kuda rambutnya dan Ia mengambil tas kecilnya. Ia juga menyambar pisau buah yang ada di meja tempat makanan tersaji.      

Pisau itu sebenarnya disimpan untuk mengupas dan memotong buah apel dan pir yang terhidang untuk sarapan Alane. Pisau itu walaupun kecil tetapi lumayan melukai kalau sampai dihujamkan ke tubuh manusia.     

Alena kemudian melangkah pergi ke luar kamar dengan wajah di buat setenang mungkin. Walaupun Alena pemilik rumah ini karena Nizam sudah mengatas namakan semua sertifikat kepemilikan atas nama Alena tetapi sebagai istri seorang Pangeran Putra Mahkota. Alena tidak memiliki keleluasaan untuk keluar dari rumah ini.     

Kedudukannya sangat penting sehingga setiap Alena keluar harus seizin Nizam dan didampingi pengawal serta asisten. Jadi Alena memikirkan segala cara untuk dapat keluar dari rumah ini. Dan memang benar saja karena baru saja Alena keluar dari pintu, dua orang pengawal langsung mencegahnya. Mereka membungkukkan badannya dan berkata,     

" Salam Yang Mulia, tetapi Yang Mulia tidak diizinkan meninggalkan kamar oleh Yang mulia pangeran putra mahkota " Kata penjaga itu dengan hormat.     

Alena mengerutkan keningnya dan berkata dengan tenang, " lho Aku disuruh Yang Mulia untuk ke depan sebentar. Ada hal penting yang harus kami bicarakan." Kata Alena sambil tersenyum.     

"Kami... " Penjaga itu belum selesai berbicara ketika Alena memotong pembicaraannya.     

"Sudahlah.. Aku tahu kalian khawatir tetapi jangan takut. Aku tidak akan pergi kemana – mana. Aku hanya akan pergi ke depan. Kalian diamlah di sini. Jaga Axel dan Alexa sebentar. " Kata Alena mencoba meyakinkan mereka. Melihat wajah Alena yang tenang membuat mereka akhirnya percaya dan membiarkan Alena pergi.     

Alena mencoba melangkah dengan tenang tetapi setelah Ia belok di belokan ke arah luar, Alena berlari dan sembunyi jika berpapasan dengan penjaga. Di teras depan ada penjaga lagi, Ia lalu berkata.     

" Bawakan Aku mobil dengan sopirnya " Kata Alena kepada pengawal yang ada di depan rumah.     

"Ampuni hamba Yang Mulia. Tetapi Yang mulia hendak kemana ? Tanpa pengawal dan asisten pribadi Yang Mulia tidak diizinkan pergi" Kata Penjaga itu sambil membungkukkan badannya.     

"Yang Mulia Pangeran Nizam menyuruhku ke restoran yang ada di depan untuk membicarakan sesuatu. Ini tentang kejadian kemarin" Kata Alena.     

"Tetapi hamba tidak diberitahu kalau Yang Mulia akan pergi. Mohon maaf Yang mulia kami tidak akan mengizinkan Yang Mulia pergi seorang diri" Kata penjaga itu dengan hormat.     

"Berani benar kau membantah calon ratumu! Aku akan pergi saja sampai berbelit urusannya. Aku bukan tawanan perang atau kriminal. Aku mau bertemu dengan suami sendiri di luar" Alena mulai merah padam menahan amarah. Wajah polosnya tidak ada lagi seakan hilang lenyap di telan kepahitan hidup yang sedang Ia alami sekarang.     

Penjaga itu terkaget – kaget mendengar Nada suara Alena yang terdengar begitu sinis dan memang masuk di akal mereka sehingga kemudian seorang pengawal segera berlari ke arah garasi dan ruangan tempat para sopir berada.     

Tidak lama kemudian sebuah mobil datang dengan sopirnya, Alena langsung menghampirinya. Seorang penjaga kemudian membukakan pintu mobil penumpang tetapi Alena malah pergi ke arah depan tempat sopir berada. Alena tampak berbicara dengan sopir itu. Tidak lama kemudian sopir itu keluar dan Alena mulai masuk.     

Para Penjaga terkejut melihat Alena masuk ke tempat sopir dan memegang setirnya dengan mantap.     

"Yang mulia, Anda tidak di izinkan untuk mengendari kendaraan sendiri. Mohon Yang Mulia untuk keluar dan pindah tempat duduk di belakang " Kata si penjaga dengan panik termasuk sopir yang tadi dipaksa Alena agar keluar dari ruang kemudi.     

Alih – alih mengikuti si penjaga Alena malah tancap gas dan meninggalkan kediamannya. Ketika mobil melesat Pangeran Thalal berlari ke luar,     

"Kakak!! Kakak Putri!! " Pangeran Thalal berteriak panik melihat kakak iparnya pergi menggunakan mobilnya sendiri.     

"Ya Alloh, apa yang telah terjadi ini ? Bagaimana bisa kalian membiarkan Yang Mulia pergi sendiri " Pangeran Thalal sangat marah. Bahkan Ia memukul penjaga itu sampai jatuh terjerembab.     

"Ambilkan lagi mobil untukku, Cepat !! " Kata Pangeran Thalal dengan muka menahan amarah. Ia tampak terkejut melihat Alena nekat menerjang pintu gerbang yang tertutup sehingga Para Penjaga dengan panik segera membuka pintu gerbang sebelum mobil Alena menabraknya dan membuat Alena celaka. para penjaga tercengang melihat Alena mengedarai mobil sendiri. Bahkan mobil itu  melesat bagaikan di kejar hantu.     

Sementara itu Pangeran Thalal terlihat tidak sabar menunggu mobilnya. Hingga kemudian sebuah mobil sport berwarna merah segera keluar dari dalam garasi. Pangeran Thalal segera menaikinya dan langsung melesat mengejar kakak iparnya.     

Para penjaga lagi - lagi terkejut melihat Pangeran Thalal melesat pergi menyusul Alena. Dua mobil kini tampak saling melaju dengan kecepatan tinggi meninggalkan kediaman Alena dan Nizam.     

Pangeran Thalal ingin sekali berteriak agar Alena menghentikan kendaraannya tetapi tentu saja itu tidak mungkin karena itu tidak akan terdengar. Sehingga kemudian Pangeran Thalal hanya berkonsentrasi mengejar Alena. Wajah tampan Pangeran Thalal pucat melihat Alena mengendarai mobil dengan sangat cepat. Ia menjadi sangat khawatir akan keselamatan kakak iparnya itu.     

Bastnah tadi cerita kalau Alena menonton siaran TV yang menayangkan acara pemakaman Edward. Alena tampak terpukul dan meminta Bastnah untuk menyusulnya. Pangeran Thalal mengira kalau Alena hanya akan bercerita tentang kesedihan hatinya kepada dirinya. Ia tidak menyangka kalau Alena akan melarikan diri menggunakan mobil dan entah akan pergi kemana. Apakah akan pergi mencari Nizam, atau pergi ke pemakaman ? atau pergi ke rumah Lila dan Edward atau akan pergi ke kampus untuk mencari keterangan.     

Semuanya masih perkiraan dalam benak Pangeran Thalal. Tetapi yang pasti Ia harus menghentikan tindakan Alena yang membahayakan keselamatannya sendiri. Alena.. Alena, Kakak iparnya itu luar biasa dalam bersikap dan bertingkah laku. Dia tidak pernah berpikir panjang jika dia sudah menginginkan sesuatu maka Ia akan melakukannya tidak perduli akibatnya akan menjadi seperti apa.     

Mobil yang ditumpangi Alena jauh meninggalkan Pangeran Thalal tetapi Pangeran Thalal juga bukan pria sembarangan yang tidak tahu cara mengemudikan mobil. Walaupun kemana – mana Ia diantar sopir pribadi tetapi keterampilan menyetirnya juga sangat teruji jadi hanya sekejap mobil Alena sudah tesusul. Mobil Pangeran Thalal menjajari mobil yang dikendarai Alena.     

Sesungguhnya Pangeran Thalal terkejut melihat Alena pandai mengendarai mobil karena kebanyakan wanita di negaranya tidak pandai mengemudikan kendaraan karena kemana – mana mereka selalu di antar. Ia lupa kalau Alena adalah orang Indonesia dimana laki – laki dan perempuan tidak terlalu beda antara hak dan kewajibannya bahkan di bandingkan dengan negara lainnya di Asia wanita Indonesia lebih memiliki kebebasan walaupun tidak sebebas di Amerika.     

Walaupun Alena memiliki sopir pribadi tapi Ia memang memiliki keterampilan mengendarai mobil dampak di SMA Ia selalu membawa mobil sendiri ke sekolah dan bahkan Ia bisa mengendarai motor. Yang tidak bisa Ia lakukan tetapi wanita Azura bisa lakukan adalah naik kuda. Di Indonesia sangat jarang ada orang yang menekuni olah raga berkuda kecuali orang tertentu atau atlit berkuda walaupun masih banyak delman atau dokar.     

Jadi ketika Alena melarikan mobil dengan kecepatan tinggi membuat Pangeran Thalal menjadi panik. Alena melirik ke samping dimana mobil Pangeran Thalal memepetnya.     

"Sial..." Alena merutuk dalam hati. Ruangan tempat Alena dan Pangeran Thalal sebenarnya cukup jauh tetapi Pangeran Thalal keluar tepat pada waktunya. Kemungkinan Bastnah berlari pada saat memanggil Pangeran Thalal.     

Alena berniat pergi ke pemakaman Edward dan hendak pergi ke tempat Pangeran Barry. Ia akan membuat perhitungan sendiri dengan pangaren keparat itu. Tapi Pangeran Thalal malah mengejarnya. Alena tidak mau berhenti walaupun di pepet oleh Pangeran Thalal     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.