CINTA SEORANG PANGERAN

Aku Akan Mencari Tahu Ke Amerika



Aku Akan Mencari Tahu Ke Amerika

Amrita memandang Pangeran Husen dengan pandangan sedikit penuh pengharapan. "Aku baru tahu kalau Kau adalah salah satu pangeran yang berjiwa besar. Tetapi sayangnya orang - orang dilingkungan kita tidaklah seperti itu. Pernikahan bagi orang tua kita tidak ubahnya seperti permainan politik yang mereka lakukan untuk melancarkan urusan mereka.     

Dan Kita sebagai anak - anaknya menjadi korban. Mereka tidak tahu kalau Aku juga memiliki pilihan sendiri. Aku ingin berada disamping pria yang Aku cintai. Jadi maafkanlah Aku. Aku tidak ingin kau nikahi " Kata Amrita kepada Pangeran Husen.     

Pangeran Husen tersenyum manis. Ia kemudian berkata kepada Amrita,     

"Aku sangat menghargai kau yang sudah berterus terang. Jarang ada wanita kita yang memiliki pendirian seperti dirimu. Kau berani menyuarakan keinginanmu sendiri. Aku lebih suka wanita yang memiliki pendirian kuat seperti dirimu. Kau tidak usah khawatir. Aku akan bicara kepada Ratu Sabrina bahwa Aku menolak untuk menikahimu karena Aku menginginkan wanita lain.     

Aku akan menjamin kebersihan dirimu di hadapan keluargaku. Aku tidak akan berkata bahwa kau yang menolak diriku agar keluargamu tidak mendapat masalah dari Ratu Sabrina "     

Mata Amrita tampak berkaca - kaca. Entah mengapa Ia merasa seperti sudah mengenal Pangeran Husen sejak lama. Ia tidak pernah menyadari kalau ternyata banyak Pangeran yang lebih terhormat dari para pangeran di negaranya. Ternyata para pangeran Azura seribu kali lebih baik dari para pangeran di kerajaannya.     

Tadinya Amrita merasa sangat putus asa dengan kejadian ini. Ia tidak ingin menipu siapapun dengan ketidaksuciannya. Ia juga tidak ingin mati konyol di malam kesucian pernikahannya kalau seandainya Ia menikahi pangeran lain.     

Walaupun Ia melakukannya dengan Pangeran Abbash karena saling menyukai dan bahkan rasa suka dia ke pangeran itu lebih besar dibandingkan rasa suka Pangeran Abbash kepadanya. Tetap saja Ia merasa terlalu gegabah karena menyerahkan sesuatu yang sangat berharga kepada yang bukan haknya.     

Tubuhnya seorang wanita bukanlah hak pria yang wanita itu cintai tetapi tubuh seorang wanita adalah hak dari suami wanita itu sendiri, Tidak perduli apakah ada cinta atau tidak ada cinta di antara mereka. Itulah sebabnya Amrita sama sekali tidak ingin menipu Pangeran Husen dengan bersedia dijodohkan kepadanya.     

"Ngomong - ngomong tentang Pangeran Abbash. Kapan kalian ada rencana untuk menikah ? Dan mengapa orang tuamu malah menerima lamaran Ratu Sabrina ? Maafkan Aku kalau Aku lancang. Kau tidak perlu menjawabnya jika Kau memang keberatan untuk menjawabnya" Kata Pangeran Husen      

Mata Amrita tampak menerawang dengan tatapan kosong lalu Ia menggelengkan kepalanya. Mendadak air matanya mengalir deras. Sebenarnya kalau saja Ia masih suci mungkin Ia akan menerima lamaran Pangeran Husen daripada menunggu Pangeran Abbash tanpa kepastian seperti ini.     

Ia memang sangat mencintai pangeran Abbash tetapi Ia bukan wanita egois yang tidak perduli dengan penderitaan orang tuanya sendiri terutama ibunya yang sangat ingin menyaksikan Ia menikah. Alasannya bukan saja karena usianya yang sudah melebihi batas kewajaran pernikahan di kerajaan mereka dimana anak gadis banyak dinikahkan sebelum usia mereka dua puluh tahun.      

Amrita juga memiliki adik - adik wanita yang sudah dilamar dan siap dinikahkan tetapi pernikahan mereka menjadi tertunda karena mereka menungguk kakak tertuanya untuk menikah terlebih dahulu. Ini permasalahan yang rumit.     

"Aku tidak tahu kapan kami akan menikah. Bahkan Aku tidak tahu dimana keberadaannya. Ia tidak pernah menghubungiku dan Aku tidak bisa menghubunginya. Aku ingin sekali pergi mencarinya. karena ada kemungkinan Dia berada di Amerika untuk membantu kakakknya Pangeran Barry. "     

"Tetapi.. bukankah Pangeran Barry sudah pulang dari Amerika ? Lalu bagaimana dengan Pangeran Abbash ? Apakah dia tidak ikut pulang bersama Pangeran Barry, kakaknya ?" Mata Pangeran Husen terbelalak.      

Pangeran Husen berpikir kalau Amrita menolaknya karena memang sudah memiliki rencana pernikahan dengan Pangeran Abbash. Tetapi ternyata belum, pantas saja orang tua Amrita menerima lamaran dari Ratu Sabrina untuk dirinya.     

"Itulah yang tidak aku mengerti, ada huru hara di Amerika yang ditimbulkan oleh Pangeran Barry sehingga Pangeran Barry pulang dengan penuh kegagalan. Selama ini Aku belum pernah melihat Pangeran Barry kalah dalam hal apapun. Selalu ada Pangeran Abbash yang membantunya di sisinya untuk melancarkan semua urusannya.      

Tetapi kali ini ternyata urusan Pangeran Barry di Amerika tidak lancar. Aku curiga kalau Pangeran Abbash tidak membantunya tetapi kalau benar tidak membantunya. Motifnya apa ? Dan mengapa berita Pangeran Abbash tidak terdengar. Aku jadi ragu apakah Ia sebenarnya ada di Amerika tau tidak ?"      

"Kau tidak bisa pergi untuk mencarinya ?" Pangeran Husen menatap Amrita. pangeran Husen bukan pangeran bodoh yang tidak tahu apa - apa tentang wanita yang akan dijodohkan kepadanya. Ia berhasil mengumpulkan banyak data tentang Amrita. Pangeran Husen ingin tahu wanita macam apa yang akan dinikahkan kepadanya.     

Dari data yang dikumpulkan Amrita adalah salah satu wanita bebas dan berpendidikan tinggi yang biasa pergi bepergian ke luar negri sendiri hanya ditemani beberapa pengawal dan asisten. Bahkan terkadang ia benar - benar pergi seorang diri. Ia juga satu - satunya wanita di Zamron yang mengenyam pendidikan di luar negeri. Jadi memang agak mengherankan kalau dalam situasi genting seperti ini Amrita malah duduk di rumahnya.     

"Orang tuaku melarang Aku bepergian sekarang. Aku harus menikah terlebih dahulu. Itulah sebabnya Aku tidak bisa mencari Pangeran Abbash" Muka Amrita tertunduk. Tiba - tiba air matanya kembali menetes membuat Pangeran Husen menjadi iba.     

"Apakah Kau yakin kalau Pangeran Abbash mencintaimu ? Karena aku pikir agak mengherankan jika Ia pergi meninggalkanmu ke luar negeri tanpa kabar berita dan bahkan Ia tidak berusaha untuk menghubungimu.     

Setahuku jika seorang laki - laki mencintai wanita maka Ia akan berusaha untuk selalu berhubungan dengannya. Minimal menelponnya dan memberi kabar" Kata Pangeran Husen dengan hati - hati.      

Tiba Amrita terisak - isak membuat Pangeran Husen jadi ingin mengelus kepalanya dan berusaha menenangkannya. Tetapi Ia merasa kalau itu memang sangat tidak pantas Ia lakukan karena memang Ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Amrita.     

Bahu Amrita tampak turun naik menahan tangisannya agar tidak terdengar keras. Ia tampak sangat emosional hingga akhirnya Pangeran Husen kemudian memberikan segelas air putih kepadanya.     

"Ia memang tidak mencintaiku. Ia tidak pernah menyatakan cintanya kepadaku. Aku yang terlalu bodoh karena mengharapkannya " Kata - kata Amrita tampak membuat Pangeran Husen menjadi sangat kaget.     

"Kalau begitu, mengapa Kau menunggunya. Bukankah itu perbuatan yang sedikit beresiko. Sampai kapan kau akan menunggunya ? "     

"Dia berjanji akan menikahiku"     

"Tapi kapan ? Apa dia memberikan kepastian waktunya ?"     

Amrita menggelengkan kepalanya. Ia tidak mungkin mengatakan kepada Pangeran Husen kalau Pangeran Abbash akan menikahinya jika Ia sudah membunuh Nizam dan menikahi istrinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.