CINTA SEORANG PANGERAN

Keadilan bagi Putri Kumari



Keadilan bagi Putri Kumari

Putri Alicya memberikan gelas minumnya ke pelayan setelah Ia membungkukkan badannya memberikan hormat kepada Ratu Sabrina. Ratu Sabrina mengangkat bahunya dengan lembut.     

"Mengapa ? Ada apa ? " Kata Ratu Sabrina. Ia tahu Putri Alicya ini sama rapuhnya dengan Putri Mira dan bahkan lebih penakut dibandingkan Putri Mira. Putri Alicya juga tidak terlalu berambisi untuk mengambil hati Nizam. Ia berada di harem karena memang diberikan oleh Jendral Al-Ghozali untuk ikatan setia menterinya itu kepada dirinya. Semua tentara laut, udara dan darat ada di kekuasaan Jendral itu. Jadi kalau Jendral itu memberikan putrinya untuk dinikahi oleh Nizam itu sama saja dengan sumpah setia jendral itu kepada kerajaan Azura dibawah kepemimpinan Nizam.     

" Putri Rheina dan Putri Kumari berkelahi dan membuat Putri Mira menjadi histeris kembali " Kata Putri Alicya. Wajah letih Ratu Sabrina langsung bertambah kerut kemerutnya karena amarah yang hampir meledak dididadanya.     

"Apa mereka tidak bisa membiarkanku tenang sebentar saja. Apa mereka tidak tahu kalau urusanku sudah begitu banyak. Mereka bukan anak kecil lagi. Apa mereka tidak bisa menjaga dirinya masing – Masing " Kata Ratu Sabrina dengan kesal. Suaranya terdengar menggema membuat Hatice, Pelayannya terdiam dan Putri Alycia menjadi mengkerut ketakutan.     

"Bawa cambukku !! " Kata Ratu Sabrina sambil berjalan ke luar dari kamar dengan langkah lebar – lebar. Dengan sigap Hatice segera mengambil cambuk yang tergantung di dinding ruangan. Lalu berjalan mengikuti Ratu Sabrina di ikuti lagi oleh Putri Alicya dan asisten pribadi Ratu Sabrina.     

"Kapan pangeran Nizam pulang ke Azura? Aku sudah terlalu lelah mengurus Harem dan Kerajaan sekaligus. Seharusnya Anakku itu segera mengambil alih kerajaan dan Aku segera mempersiapkan penggantiku untuk mengurus harem yang lama – lama membuat kepalaku pusing " Kata Ratu Sabrina.     

Ketika Ratu Sabrina mulai memasuki Harem, Ia sudah mendengar suara Putri Rheina yang berteriak – teriak ditampali oleh suara Putri Kumari. Sedangkan para penjaga perempuan tampak masing – masing memegangi mereka agar mereka tidak benar – benar berkelahi dan mengakibatkan luka – luka.     

Para putri itu tidak boleh terluka di wajah karena wajah adalah modal utama di harem kalau sampai ada cacat maka habislah wanita itu akan tersingkirkan dari harem. Makanya pencambukan hanya diberlakukan pada kaki itupun langsung dioleskan obat penyembuh luka agar tidak berbekas.     

Kecantikan dan keterampilan dalam menyenangkan hati raja adalah hal yang paling utama untuk mereka sehingga Kerajaan tidak akan segan – segan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai kehidupan di harem termasuk memelihara kecantikan mereka.     

Selama ini harem dianggap sebagai tempat refreshing atau penenang jiwa bagi Raja. Kesehatan mental raja dipengaruhi oleh para istri dan selir dalam harem. itulah sebabnya harem sangat penting bagi kestabilan pemerintahan. Bukankah jika rajanya memiliki mental yang sehat maka Ia akan dapat memerintah dengan baik.     

Melihat Ratu Sabrina datang maka Putri Rheina dan Putri Kumari langsung terdiam mereka beserta para pelayan dan penjaga langsung membungkukkan badan memberikan hormat. Ratu Rheina tampak memasang wajah congkak seperti biasa. Ia merasa memiliki hubungan kekerabatan paling dekat dengan Ratu Sabrina sehingga Ia yakin kalau Ratu Sabrina akan membelanya. Tetapi Ia juga melirik ke arah Putri Alicya yang Ia yakini kalau putri itulah yang telah melaporkannya ke Ratu Sabrina. Diam – diam Putri Rheina menatap penuh kebencian kepada putri itu.     

"Apa Yang terjadi ? Mengapa Kalian berdua seperti orang – orang bar – bar yang tidak berpendidikan. Kerajaan sudah banyak mendatangkan guru ke dalam harem ini hanya untuk memperbaiki kelakukan kalian. Tetap apa yang terjadi ? Kalian masih saja berkelahi. " Sampai di sini ratu Sabrina menatap Putri Rheina dan Putri Kumari bergantian dengan wajah yang sangat kesal sekali.      

"Yang Mulia, Putri Kumari menamparku dua kali berturut – turut. Aku adalah istri sah dari Yang Mulia Pangeran Nizam. Dan sekaligus calon Ratu sedangkan Ia, putri Kumari hanyalah seorang selir yang baru dinikahi secara adat. Jadi bagaimana bisa di menamparku" kata Putri Rheina sambil mencibirkan bibirnya.     

Putri Kumari tidak berani berkata – kata untuk membantkah perkataan Putri Rheina. Dia segan dengan kewibawaan Ratu Sabrina dan Ia juga tahu diri kalau Ia putri yang masih baru.     

Tetapi Ratu Sabrina bukan lah ratu yang hanya sekedar tegas dank eras. Ia juga adil dan bijaksana. Sehingga kemudian dia menunjuk ke arah Putri Kumari.     

"Aku tidak ingin mendengar laporan sepihak karena bagiku setiap kejadian adalah seperti asap. Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Putri Kumari bukanlah orang gila yang tiba – tiba menampar orang tanpa ada sebab dulu. Ceritakan kepadaku Putri Kumari!! " Kata Ratu Sabrina sambil menatap Putri yang berkulit hitam manis ini.     

Mata indah yang berwarna hazel itu tampak beriak gelisah, Ia tahu kalau Putri Rheina adalah keponakan dari Ratu Sabrina karena Ratu Sabrina dan Perdana Menteri Salman adalah saudara sepupu. Jadi kalaupun Ia bercerita yang sebenarnya apa mungkin Ratu Sabrina akan mepecayainya. Ini sangat mustahil. Putri Kumari melihat cambuk yang dipegang oleh Hatice. Ia langsung merasa kalau Ia pasti yang akan terkena hukuman cambuk.     

Jadi Putri Kumari kemudian berkata dengan pasrah kepada Ratu Sabrina<     

" Silahkan cambuk hamba. Hamba mengaku bersalah karena berani berseteru dengan Putri Rheina ' Kata Putri Kumari dengan penuh kepasrahan. Melihat hal itu Putri Rheina tampak senyum – senyum senang karena ia merasa yakin kalau Ratu Sabrina pasti akan menghukum putri Kumari.     

Mendengar perkataan Putri Kumari Ratu Sabrina malah tambah gusar,     

'Aku tidak memintamu untuk mengakui kesalahanmu. Tetapi Aku hanya ingin tahu permalahan yang sebenarnya. Kau jelas. Di harem ini dilarang ada yang menyembunyikan permasalah yang sebenarnya sehingga akan menimbulkan permasalahan yang berlarut – larut.      

Semua masalah harus tuntas di saat masalah itu muncul. Membiarkannya berlarut – larut hanya akan memelihara bom penyakit yang sewaktu – waktu bisa meledak. " Kata Ratu Sabrina membuat Putri Kumari langsung mendongakkan permasalahannya. Putri Rheina terkejut melihat reaksi Ratu Sabrina seperti itu .     

 Bukankah seharusnya permintaan maaf Putri Kumari diterima lalu putri Kumari segera dihukum cambuk. Sudah lama Ia tidak melihat cambuk di dalam Harem sejak Ia yang terakhir kali dicambuk oleh Ratu Sabrina karena Ia ketahuan masih suci dan itu membuat Ia dicambuk karena dianggap telah menipu semua orang dengan darah kesucian yang palsu.     

"Tapi Yang Mulia, dia sudah menamparku. Aku tidak pernah memaafkan perbuatannya " Kata Putri Rheina mulai cemberut tidak suka.     

"Apa sebabnya dia sampai menamparmu ? Aku tadi sudah berkata tidak mungkin ada asap kalau tidak api." Kata Sabrina tegas membuat Putri Kumari menjadi penuh percaya diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.