CINTA SEORANG PANGERAN

Mereka Meminta Senjata



Mereka Meminta Senjata

"Maafkan kami tetapi Kami tidak meminta banyak. Kami hanya menginginkan persenjataan yang baru saja kalian beli dari Amerika " Kata Pengawal itu tetapi hormat kepada Nizam karena walau bagaimanapun itu adalah Pangeran Putra Mahkota.     

"Apakah yang sebenarnya terjadi ? Bagaimana bisa kalian mengkhianati Kami ?" Kata Nizam bertanya dengan nada kesal. Nizam jadi menyesal karena Arani tdia berada di sisinya. Rencananya Arani menyusul mereka setelah Jonathan menyeselesaikan kuliah profesi hukumnya karena memang kuliah di jurusan hukum memerlukan waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan jurusan yang lainnya. Ini Persis seperti kuliah di kedokteran. Dan Nizam tidak mengizinkan Arani pergi bersama mereka melainkan tinggal di Amerika untuk sementara waktu sampai kuliah Jonathan selesai.     

Pangeran Abbash dan Lila serta anaknya juga yang tadinya akan tinggal dulu sementara di Amerika malah pulang terlebih dahulu dengan pesawat mereka sendiri. Nizam sungguh merasa sangat menyesal telah berada dalam pesawat yang sama dengan anak-anak mereka.     

Seharusnya memang pesawat mereka berbeda tetapi Nizam menjadi tidak tega kalau harus berpisah dengan Alexa dan Axel. Ia juga tidak ingin membiarkan Alena terbang berpisah dengannya. Dan sialnya lagi Ia mengizinkan Pangeran Thalal untuk ikut ke dalam pesawatnya dan tidak menggunkan pesawat sendiri karena Cynthia tidak ingin berpisah dengan Alena.     

Sungguh kesalahan yang fatal sehingga harus ditebus dengan teramat mahal. Sedikitpun Nizam tidak mengira kalau para pengawalnya akan berkhianat kepadanya. Padahal semua pengawalnya adalah orang - orang terpilih di bawah komando tiga jendral kepercayaanya. Yaitu Jendral Imran, Amar dan Arani.     

Nizam sungguh tidak mengerti bagaimana bisa pesawatnya kena bajak kalau ada Imran dan Amar yang ikut mengawal mereka. Nizam menjadi sangat kesal terlebih mereka menggunakan anak - anak mereka yang masih bayi sebagai sandera. Ini adalah kali kedua anak - anak mereka menjadi sasaran orang - orang jahat.     

Alena sebenarnya sangat ketakutan lebih dari ketakutan Nizam tetapi Ia berusaha bersikap tenang dan optimis. Si kembar dan Pangeran Atha adalah makhluk - makhluk lemah yang tidak berdaya jadi sangat tidak adil kalau mereka sampai dikorbankan demi kepentingan orang dewasa.     

"Berikan saja apa yang mereka minta Nizam kita tidak bisa mempertaruhkan nyawa anak-anak kita hanya demi senjata - senjata itu "kata Alena kepada Nizam walaupun Alena berusaha menunjukkan sikap yang tenang tetapi kekhawatirannya tetap berjalan. Nyawa anak - anaknya yang dipertaruhkan.     

Mata Nizam membesar melihat Alena berkata dengan santai, Ia berusaha mencerna apa yang ada di otak istrinya. Ini adalah kejadian yang luar biasa menakutkan bagi Nizam. Karena ini tentang nyawa si kembar tetapi alih - alih Alena histeris, Ia malah terlihat yang paling tenang. Di saat Cynthia dan Zarina tampak sangat ketakutan di sisi suami mereka.     

Alena malah maju ke depan dengan gagah berani. Apalagi kemudian lima orang pengawalnya yang membelot tampak mengalihkan perhatiannya kepada Alena. Alena mengangkat bahunya walaupun tiba - tiba seorang pengawal segera menodong laras senapan ke kepala Alena.     

Nizam bereaksi melihat moncong senapan berada di kepala istrinya. "Kalian jangan berani berbuat yang macam - macam atau Aku bersumpah, Aku tidak akan pernah mengampuni Kalian beserta tujuh turunan keluarga kalian " Kata Nizam dengan suara tajam bagaikan ujung sebilah pedang.     

Para pengawal itu sesaat berubah wajahnya. Ada rasa kengerian yang terpancar dari wajah Nizam dan menimbulkan aura yang menakutkan. Tetapi mereka tidak mau terlihat kalah dengan gertakan Nizam. Mereka terikat janji setia kepada pemimpin mereka.      

Nizam memang pangeran putra mahkota tetapi bukan pemimpin mereka secara langsung. Ada pemimpin mereka yang lebih berkuasa atas diri mereka. Dan pemimpin mereka menuntut janji kesetiaan kepadanya. janji setia kepada pemimpin dan bukan kepada putra mahkota atau kerajaan.     

Apalagi mereka dijanjikan keselamatan dan kekayaan serta jabatan penting di kerajaan kalau seandainya misi ini akan berhasil     

"Ampuni Kami Yang Mulia, tetapi nyawa anak - anak yang Mulia ada di tangan kami. Kami yakin Kami tidak akan kalah. Jadi Kami tidak takut dengan ancaman Yang Mulia " Kata pengawal itu membuat Nizam langsung kehilangan kendali.      

Seumur hidupnya tidak ada satupun pengawal yang berani berkata seperti itu kepadanya. Bahkan sebelum Ali dan Fuad berekasi Nizam sudah bereaksi duluan.     

Kaki Nizam bergerak cepat dan tanpa terkendali langsung menendang dada si penjaga itu membuat si penjaga langsung terjungkal ke belakang menghantam dinding pesawat dan muntah darah. Kerasnya tubuh yang terbanting ke bawah lantai pesawat setelah menghantam dinding pesawat menimbulkan kengerian yang hebat. Suara senjata di kokang menambah ngeri suasana. Ketika para wanita menjerit ketakutan kecuali Alena tentunya. Nizam merasakan kepalanya ditodong oleh beberapa moncong senjata itu.     

Moncong senjata - senjata itu langsung mengarah ke Nizam. Tapi Nizam malah berdiri menantang mereka. "Kau bunuh Aku !! Bunuh !! " Kata Nizam dengan murka Ia mau maju menghajar para pengawal lagi tetapi Alena langsung menarik lengan Nizam ke belakang. Suaminya terlihat sangat emosi karena galau memikirkan anak - anak mereka.     

"Yang Mulia.. jangan gegabah.. Aku yakin mereka tidak akan berani membunuh kita, Kita penuhi permintaan mereka. Aku mohon " Kata Alena sambil menghalangi tubuh Nizam. tangannya dengan erat memegang lengan Nizam.     

"Mana pemimpin kalian ? Aku ingin berbicara dengan mereka. Aku akan penuhi permintaan kalian asalkan anak - anak kami selamat. Kami tidak perduli dengan nyawa kami. Tetapi anak - anak kami tidak berdosa. Jangan sampai kematiannnya menjadi tangungan kam. " Kata Alena bertanya kepada mereka. Tiba - tiba seseorang dari mereka maju.     

"Pemimpin Kami tidak akan sembarangan muncul. Kami hanya menginginkan senjata yang sudah di beli oleh Jendral Imran"     

"Baguslah itu.. pemimpin kalian sungguh - sungguh punya nyali. Sebenarnya Aku tidak terlalu perduli dengan senjata - senjata itu. Kerajaan Azura adalah kerajaan kaya sehingga kami bisa membeli senjata kapanpun kami mau. Aku tahu kalian pasti berasal dari komplotan gelap yang ingin senjata tetapi tidak memiliki akses legal untuk membelinya " Kata Nizam dengan sinis.     

"Anda benar Yang Mulia. Senjata yang baru dibeli adalah senjata canggih keluaran terbaru. Menggunakan teknologi modern, ultra nano yang bisa menghancurkan bukit batu dengan sekali ledakannya. Dan meleburkan tank menjadi serpihan debu" Kata Penjaga itu dengan pongah.     

Nizam langsung menggigil mendengar kata - kata penjaga itu. Tidak ada satupun yang tahu tentang detail senjata itu selain dirinya dan seseorang. Nizam masih ingat dengan jelas bagaimana Ia menyebutkan spesifik senjata itu kepadanya. Maka Ia sudah bisa menebak siapa dalang dibalik dalang semua ini.     

"IMRAAN!! Beraninya kau menghianati Aku " Kata Nizam berteriak sekeras gemuruh petir di udara. Semua yang menjadi tahanan sontak terkejut dan menatap Imran yang sedang duduk di pojok agak jauh dari Amar dan Zarina.     

Pangeran Thalal seketika berdiri dan menatap Imran dengan pandanga tidak percaya. Bagaimana mungkin tangan kanan Nizam bisa mengkhianatinya dengan begitu mudah. Padahal ini belum sampai ke Azura.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.