CINTA SEORANG PANGERAN

Tetap Waspada



Tetap Waspada

Setelah yakin memang aman, Nizam baru keluar tapi sebelah tangannya tetap menahan Alena agar tetap berdiam di ceruk.     

"Semua penjaga sudah mati, tidak tersisa satupun kecuali di ruang pilot. Hamba sudah memastikannya tetapi yang berada di ruang pilot hamba belum berani untuk masuk. Terlalu riskan" Kata Amar sambil membungkukkan badannya.      

Nizam melihat Amar yang sudah mulai tegar walaupun kesedihan masih berbekas diwajahnya.     

"Benarkah ?" Kata Nizam meyakinkan Amar.     

"ya hamba sangat bersyukur para pelayan itu bergerak membantu hamba. Dari segi jumlah sisa para penjaga itu tidak sebanding dengan para pelayan. Walaupun dari persenjataan mereka kalah tetapi kalau banyak para penjaga itu jadi tidak berkutik. Hanya ada beberapa orang terluka parah dan tidak mati. Di kalangan pelayan juga jatuh korban dua orang dan yang terluka ada dua puluh orang" Amar memberikan laporan.     

'Innalillahi wa innailaihi rojiun " Nizam mengusap wajahnya dengan sedih mendengar para pelayan yang tewas. Nizam kemudian mengucapkan doa untuk para pelayan yang tewas. Alena juga ikutan berdoa mengaminkan doa suaminya.     

"Ayo kita ke ruang kemudi" Kata Nizam sambil bergerak menarik tangan Alena menuju ruang kemudi pesawat.     

Bertiga mereka bergegas ke ruang kemudi pesawat. Ada beberapa pelayan yang berdiri di sana sambil dipimpin oleh Bastnah. Nizam menggelengkan kepalanya menyuruh mereka mundur. Nizam baru saja mengetuk pintu ketika Alena kemudian memegang tangan Nizam. Mata Nizam membesar dan melotot kepada Alena.      

Ia memberikan isyarat agar para pelayan termasuk Alena untuk mundur. Tetapi Alena malah menolak dirinya untuk mundur. Ia kemudian ikut memerintahkan para pelayan untuk mundur. Dan sebelum Nizam sempat mencegahnya. Alena sudah mengetuk pintu dan berteriak dengan suara lembut.     

"Permisi !! Aku Putri Alena izin masuk untuk memberitahukan sesuatu " Kata Alena membuat dua orang penjaga yang ada di dalam menjadi terkejut. Termasuk pilot dan co-pilot. Sejam yang lalu para penjaga masuk ke dalam ruang kemudi dan menodongkan pistol di kepala pilot agar mengubah arah pesawat ke pulau Jabari dan tidak ke ibu kota Azura.     

Para penjaga itu sangat terkejut mendengar suara Alena. Mereka tentu saja tidak akan sampai mengenali suara putri konyol itu karena Alena paling banyak ngoceh diantara semua wanita yang ada disekeliling mereka.     

"A.. ada apa putri itu kemari ? Aku jadi curiga" Kata salah satu penjaga sambil sedikit tegang.     

"Kau tidak usah tegang begitu. Aku yakin Jendral Imran akan menguasai keadaan di pesawat. Bukankah semua penjaga berada di pihak kita" Kata Si penjaga satunya.     

"Tetapi seharusnya putri itu ikut disandera di ruangan bersama para pangeran dan jendral Amar" Kata si penjaga itu bersikeras. Tetapi kemudian mereka terdiam kembali mendengar Alena berkata lagi.     

"Permisi.. Aku izin masuk. Ada sesuatu yang akan aku sampaikan kepada pilot. Ayo cepat sebelum suamiku datang mencariku. Jendral Imran sudah terbunuh. Aku terlanjur ikut berkhianat dengan Imran. Aku izin masuk untuk meminta perlindungan kepada kalian. Cepatlah buka sebelum Nizam datang dan membunuh kita semua"     

Para penjaga wajahnya langsung pucat, Ia akan membuka pintu, Tetapi kemudian tangannya ditarik kembali oleh temannya.     

'Jangan bodoh! Siapa tahu putri Alena menipu kita. Aku tidak percaya Jendral Imran terbunuh " Kata si penjaga itu.     

Alena dan yang lainnya terdiam sesaat karena pintu masih belum dibuka. Alena kemudian berteriak kembali.     

"Kalau kalian ingin mati di sini terserah, tapi Aku akan meminta Pangran Barry untuk tidak mengampuni kalian. Kau tahu kalau Aku berada disisi Pangeran Barry. Aku berselingkuh dengannya. Cepat buka pintu!! Atau kalian akan mati dibunuh Nizam atau Pangeran Barry" Kata Alena memberikan pilihan.     

"Kau bilang berselingkuh ? Apa itu mungkin? " Kata si penjaga itu kepada temannya.     

'Apa yang tidak mungkin Gobl*k. Para pangeran dan putri banyak yang saling selingkuh. Aku ingat kalau putri Alena pernah pergi menemui Pangeran Barry seorang diri jadi mungkin saja itu benar.     

Cepat buka pintunya dan biarkan putri itu masuk ! Kita harus melindunginya karena kalau benar Ia selingkuhan pangeran Barry kita bisa mendapatkan banyak keuntungan dari pangeran Barry karena sudah berhasil menyelamatkannya " kata si penjaga itu meyakinkan temannya.     

"Kalau Ia berdusta bagaimana ?" temannya bertanya lagi untuk meyakinkan hatinya.     

"Kalau Ia berdusta, Kita sandera saja dia. Kita tidak akan rugi. Dia hanya wanita yang lemah" Kata temannya lagi.     

Si penjaga segera berkata, " Kau benar sekali. Biar Aku yang membuka pintu "      

Salah satu penjaga bergegas menuju pintu penghubung antar ruang kemudi dan badan pesawat. Alena dan Nizam mendengar langkah kaki. Mata Nizam lagi – lagi membesar saking kagumnya dengan kecerdikan Alena. Otak istrinya selalu berhasil kalau sedang genting begini. Alena kemudian memundurkan badannya ke belakang Nizam agak jauh.     

Nizam bersiaga sehingga ketika kemudian Ia melihat pintu di buka dari dalam dan Nizam melihat sebuah tangan yang memegang pembatas pintu. Nizam menunggu pintu di buka agak lebar sehingga ketika pintu terbuka lebar maka Nizam segera menari tangan itu dengan kekuatan penuh. Penjaga itu sangat terkejut tetapi terlambat karena Ia sudah dibanting ke lantai dan kemudian Ia langsung tidak bernyawa ketika Nizam menghantam dadanya sekuat tenaga oleh siku tangannya.     

Alena membuang muka ngeri dan para pelayan juga tampak menahan nafas melihat dada si penjaga itu meleksak ke dalam karena beberapa tulang rusuk penjaga itu patah terkena hantaman siku Nizam.      

Sesaat suasana jadi hening. Nizam meminta semua untuk tetap terdiam karena Nizam tidak tahu ada berapa penjaga yang ada di dalam. Kalau lebih dari dua orang maka Nizam tetap tidak mau ambil resiko untuk membahayakan pilot dan co pilot.     

Si penjaga yang berada di dalam tampak heran melihat temannya tidak datang lagi apalagi Ia juga tidak mendengar suara Alena lagi. Wajah si penjaga jadi pucat,Ia kemudian mencium ada yang tidak beres. Si penjaga itu kemudian memandang ke arah pilot yang tetap tenang menerbangkan pesawat. Ia tidak boleh panik karena ada banyak nyawa berharga yang harus Ia selamatkan.     

"kau harus tetap mengarahkan pesawat ke Pulau Jabari" Kata Si penjaga sambil menekankan ujung senjata ke kepala Pilot.     

"Sesuai keinginanmu.. asalkan semua bisa mendarat dengan selamat, Aku tidak perduli pesawat mau mendarat dimana" Kata Si pilot sambil menatap layar kendali pesawat.     

Si penjaga kemudian melangkah keluar. Para co pilot dan pilot segera menarik nafas lega karena merasa terbebas dari todongan senjata. Seorang co pilot melihat penjaga itu berjalan mundur sambil tetap menodongkan senjatanya ke arah mereka. Andaikan penjaga itu tidak berjalan mundur, si co-pilot pasti sudah memukul kepalanya. Tetapi rupanya penjaga itu bukan orang yang bodoh. Jadi Ia memilih berjalan mundur agar tetap bisa mengawasi pergerakan pilot dan co-pilotnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.